Agustus 26, 2016

Long Way to Auckland

Perasaan sudah lama sekali tidak melakukan perjalanan jauh ke luar negeri. Terakhir Januari 2015, berarti sudah hampir 1.5 tahun yang lalu. Perjalanan paling jauh saya adalah ke Jepang atau Korea yaitu 6.5 jam dari Kuala Lumpur. Kali ini saya melakukan perjalanan selama 11.5 jam dari Kuala Lumpur menuju Auckland, New Zealand. Biasanya sehari sebelum berangkat, saya grogi dan jadi mules-mules. Kali ini malah nggak. Semua berjalan baik-baik saja. Nggak ada mules, nggak ada grogi, tidur nyenyak, badan sehat, semua lancar, alhamdulillah.

Saya berpamitan pada adik untuk berangkat ke Bandara Soekarno Hatta tanggal 16 Agustus 2016 pukul 10.30 siang. Jalanan juga lancar, nggak macet sama sekali, dan akhirnya sampai ke bandara sejam kemudian. Rekor banget ke bandara Soekarno Hatta cuma satu jam dari Depok. Saya menunggu Anis, teman saya yang ikut ke New Zealand juga. Anis sedang hamil 5 bulan dan bawa balita berumur 3 tahun. Suaminya menyusul dari Bandung, jadinya Anis diharuskan untuk cek in 2 buah koper 30 kg sendirian. Saya nggak tega banget. Jadilah kita saling bahu-membahu mengangkat koper ke meja pemeriksaan bagasi dan meja timbangan sewaktu cek in. Pegawai Air Asia sempat salah menghitung total koper kami. Seharusnya saya 20 kg dan Anis 50 kg, tapi dia salah menginput berat ke koper siapa. Jadilah kami omelin dan mana ada cowok yang mampu berantem sama ibu-ibu hamil, hahahaha. Si Masnya pun mengalah dan kami berhasil cek in koper.

Setelah cek in, kami makan siang dulu di Solaria. Baru kemudian berpamitan kepada Mama dan adik Anis, lalu masuk ke ruang tunggu. Salut ngeliat Anis. Lagi hamil menyandang ransel dan menggendong Alys sekalian. Wah, berarti suatu hari saya punya anak dan pengen travelling, harus kaya Anis. Super strong! Untung juga Alys nggak rewel, nggak lari-larian juga. Pokoknya dia baik hati banget deh.
Terbang dulu
Sebenarnya sebelum hari kami berangkat, lumayan banyak drama yang terjadi pada Ferdi (teman saya yang ikutan ngetrip bareng). Mulai dari handphone dia hilang, sampai jadwal pesawatnya di reschedule sehingga dia sempat was-was nggak dapat pesawat ke Kuala Lumpur. Saya jadi ikut deg-degan. Sampai akhirnya pagi-pagi menelepon Ferdi untuk bertanya jadwal keberangkatan pesawat dia. Untunglah dia tetap dapat pesawat walaupun jadinya harus tiba lebih dahulu daripada saya dan Anis. Ferdi naik pesawat jam 1 siang, sedangkan saya dan Anis naik pesawat jam 3 siang.

Perjalanan ke Kuala Lumpur dari Jakarta agak menyeramkan karena turbulensi yang terus-menerus. Duh, saya paling nggak suka sama turbulensi kayak gini. Setelah suasana di pesawat tenang, pramugari membagikan makanan. Saya lupa kalau saya memesan makanan, padahal baru aja makan siang. Jadinya nggak kemakan deh makanan di pesawat. Alhamdulillah pesawat mendarat mulus di Kuala Lumpur. Setelah melewati imigrasi, kami harus mengangkat koper-koper gede lagi ke troli. Duh, benar-benar butuh cowok-cowok nih karena kopernya gede dan berat.

Anis mengganti pampers Alys, baru setelah itu kami menemui Ferdi yang udah bosen menunggu di Starbucks bandara KLIA2. Mumpung ada Ferdi yang bisa ngebantuin angkat koper, kami langsung cek in koper. Sayangnya ada 1 koper gede lagi yang belum bisa di cek in karena suami Anis belum sampai ke Kuala Lumpur (penerbangan dari Bandung). Anis beli bagasi 30 kg atas nama suaminya, jadi harus drop baggage juga kalau suaminya udah menunjukkan dirinya ke petugas cek in, hihihi.

Kami menunggu Mas Wid (suami Anis) sambil makan di Subway dulu. Saya sekalian menghabiskan makanan yang saya dapat dari pesawat tadi, tapi karena nggak enak jadi ngasih ke Ferdi, hahaha. Ferdi nggak suka juga, jadilah terbuang sia-sia. Setelah makan Subway, kami nongkrong di Starbucks sambil main Pokemon. Pas banget kami berada diantara 2 Poke Stop yang ada Lure-nya. Sampai saya bisa dapat Snorlax dengan CP 1800an, hahaha. Akhirnya Mas Wid datang, kami cek in lagi, lalu proses ke imigrasi dan berjalan menuju ruang tunggu untuk boarding. Yang nggak enaknya dari KLIA2 adalah bandaranya luaaass banget. Jalan dari imigrasi ke ruang tunggu aja jauhnya setengah mati. Sebelum ruang tunggu dibuka, saya dan Ferdi sibuk memainkan Action Camera Xiaomi Yi II 4K yang baru saya beli. Kami bernarsis ria, merekam semua hal dan mengetes semua fitur di kamera. Lumayan untuk killing time menunggu boarding. Setelah pintu dibuka, kami pun masuk. Sempat ada pemeriksaan Visa tapi santai aja karena semua dokumen kami lengkap.
Ngetes Action Camera
Kami pun boarding dan dimulailah perjalanan ke Gold Coast dengan Air Asia X. Udah lama nggak naik pesawat besar. Saya dan Ferdi beli kursi satu deret berdua. Jadi ada satu bangku kosong untuk menaruh tas. Sewaktu pesawat akan tinggal landas, pramugara menegur saya karena menaruh tas di kursi. Tas harus berada di cabin atau dibawah kolong kursi. Pramugaranya cakep, biar dia balik lagi, saya taruh lagi tas dan benar saja, dia balik lagi dan menegur saya lagi. Sampai tiga kali lagi, hahaha.

Selama dalam pesawat, saya ngobrol dengan Ferdi. Perjalanan selama 8 jam kayaknya lama banget. Mana lampu pesawat belum dimatiin dan saya jadi susah tidur. Udah pakai kacamata hitam juga tetap silau. Sampai akhirnya lampu dimatikan juga. Nggak terasa 2 jam sebelum mendarat, saya bangun karena pramugari membagikan makanan. Saya makan dan merasa mulut nggak enak banget. Pengen langsung sikat gigi. Pokoknya sudah meniatkan diri untuk sikat gigi setiba di Gold Coast.
Di pesawat sama Ferdi
Setelah 8 jam terbang dan menahan pipis (nggak suka pipis di pesawat), kami turun di bandara Coolangatta Gold Coast. Akhirnya pernah menginjakkan kaki di benua Australia, sekalian pipis di toiletnya, hahaha (nggak penting). Suasananya mulai dingin, tapi karena sinar matahari bersinar terik, jadi nggak terlalu dingin. Kami masuk ke ruang transit, dan saya buru-buru ke toilet karena pengen pipis banget. Setelah pipis, saya sikat gigi dan kumur dengan Listerine, baru deh terasa segar di mulut (bukan iklan). Saya lalu masuk ke ruang pemeriksaan tas lagi, baru setelah itu mengantri untuk boarding pesawat untuk terbang ke Auckland.
Coolangatta Airport
Di pesawat, saya duduk di kursi yang sama juga. Jadi agak bingung, ngapain disuruh turun ya kalau bakalan duduk di tempat yang sama. Yang berbeda adalah awak kabinnya. Pramugara yang ganteng tadi udah nggak bertugas, tapi diganti dengan cowok ganteng lainnya, hihihi. Penerbangan ke Auckland memakan waktu 3 jam 15 menit. Hari ini sangat cerah, penerbangan tanpa turbulensi sama sekali dan akhirnya sampailah saya ke Auckland International Airport.
Auckland dari langit
Welcome to Auckland
Traveling it leaves you speechless then turns you into storyteller - Ibn Batutta
So here I am. A storyteller...

4 comments:

Unknown mengatakan...

Perjalanan yang cukup lama ya mut, tapi baru liat dari langitnya aja udah keren..

ujha mengatakan...

mulai baca nih gw... dan seperti trip berdua sama kwangsooo yaaa
wahhahahahahah ...

greengreengrass mengatakan...

Meutia baca pengalaman orang ada yang g usah apply visa transit di OZ kalau tidak lebih dari 8 jam. Kamu transit dinGold coast berapa jam? Kalau boleh tahu.

Meutia Halida Khairani mengatakan...

@green: saya transit cm utk pindah pesawat. setau saya harus pakai visa transit keluar bandara Australia

Follow me

My Trip