Welcome to my personal diary. I really love capturing pictures and telling stories for every moments. I hope I'd remember the moments forever by writing it and you will enjoy by reading it.
Pagi di Fox Glacier. Saya bangun, makan Popmie lagi, sikat gigi, cuci muka, dandan, dan bersiap check out dari Motel. Kami memang menginap di beda kota jadi setiap hari harus cek in dan out di tempat yang berbeda. Saya membuka gorden di Motel dan takjub melihat kabut dan gunung es yang otomatis membuat suasana jadi dingiiiin banget. Tanpa berlama-lama lagi, langsung masukin semua koper ke mobil lalu singgah sebentar ke resepsionis karena kami memang belum melakukan pembayaran. Di resepsionis, ternyata pembayaran Motel nggak bisa pakai kartu kredit di luar bank New Zealand. Udah pakai kartu kredit saya dan Ferdi, semua di reject. Terpaksa deh pakai uang cash.
Deretan sepatu boots
Perjalanan menuju Franz Josef memakan waktu 20 menit. Kami masih agak ragu bakalan bisa naik helikopter untuk Glacier Landing karena pagi itu hujan dan sangat berkabut. Benar saja, ketika sampai di depan konter Glacier Helicopter, mereka tidak melakukan penerbangan helikopter dalam seminggu ini karena cuaca yang kurang baik. Langsung sedih karena naik helikopter adalah impian saya banget. Tapi mau bagaimana lagi, nggak mungkin juga memaksa pilot untuk terbang di hari itu. Akhirnya dengan perasaan sedih, kami mampir ke Cafe The Landingyang berada di samping kantor Glacier Helicopter untuk sarapan. Enaknya disini bisa akses WIFI sepuasnya.
Suasana Cafe
Menu
Kalau kalian melihat daftar menu, hampir semua harga makanan di New Zealand nggak ada yang murah. Pokoknya sekali makan $15 - $25, tapi porsinya gedeeee banget. Pesanan kami padahal standar aja, hanya bubur (seperti Quaker Oats), Croisant, Omelet, dan roti bakar, tapi harga total yang harus dibayar hampir sejuta rupiah. Duh, bangkrut juga lama-lama kalau sarapan aja sejuta, hahahaha.
Quaker Oats dan Kiwi
Croisant
Roti bakar
Omelet
Dengan perasaan sedih karena nggak bisa naik helikopter, kami melanjutkan perjalanan. Sebelumnya, saya beli jaket thermal terlebih dahulu dengan harga $245 dan diskon jadinya cuma $180. Soalnya udah nggak tahan dinginnnn banget daerah Franz Josef. Setelah beli jaket, saya dan Anis mampir ke supermarket untuk beli bahan makanan. Kami agak khawatir nanti malam di Te Anau malah nggak ada Cafe yang buka sehingga kami harus makan Pop Mie lagi. Kami beli Microwave Rice, sayuran instant, minyak bunga Canola (sengaja milih minyak yang paling murah dan nggak ada di Indonesia), telur selusin, coklat, dan susu. Total belanja $45 padahal belinya nggak banyak. Mahal banget deh!
Setelah belanja bahan makanan, kami melanjutkan roadtrip menuju Te Anau yang menurut google lama perjalanan kami adalah 6 jam 30 menit. Suasana pagi itu agak redup mendung, jadi bawaannya ngantuk di mobil (emang ngantuk terus sih). Karena teman saya kebelet pipis, akhirnya kami mampir dulu di Te Wahipounamu. Ada 2 orang bule yang menyapa saya dan Anis ketika berfoto di pinggir tebing dengan gaya unik dan asyik bercanda dengan temannya (sampe pukul-pukulan). "Hi, where are you from?" tanyanya, dan saya jawab, "Indonesia." Trus dengan gayanya yang seperti anak metal, bule bilang, "Oh Indonesia is Bali! Bali! Bali!" Saya heran, dan jawab, "Yes, Bali is in Indonesia." Bule bilang kalau mereka pernah kesana tapi belum pernah ke Jakarta. Setelah obrolan singkat yang agak aneh, bule itu kemudian pergi.
Parkiran Te Wahipounamu
Te Wahipounamu membentang 280 mil di sepanjang garis pantai barat Pulau Selatan Selandia Baru. Elevasi lahan ini berada pada 12.349 kaki di atas permukaan laut di Aoraki / Mt. Cook. Di beberapa tempat, daratannya membentang sejauh 56 mil. Kalian dapat melihat banyak keindahan alam di Te Wahipounamu seperti puncak gunung yang tertutup salju, danau safir, air terjun, fjord, dan lembah. Tempat ini juga rumah bagi ratusan gletser yang paling aktif di dunia, tetapi ada dua yang paling utama yaitu Franz Josef Glacier dan Fox Glacier. Wilayah ini merupakan hasil modifikasi terbesar dari ekosistem alami di New Zealand.
Berpose di tebing
Diantara gunung
Masih di Te Wahipounamu
Kami terus berjalan sampai menyadari kalau bensin mulai sekarat. Jadi was-was di sepanjang perjalanan karena belum menemukan pom bensin. Bahkan ketika cek di GPS, pom bensin masih agak jauh. Alhamdulillah akhirnya kami melintas di kota Makarora dan ada pom bensin yang bersebelahan dengan Cafe. Pas banget, mobil perlu diisi bensin, dan kami juga sudah lapar. Setelah mengisi bensin sampai penuh, kami masuk ke Cafe untuk makan.
Makarora
Parkir Mobil
Uniknya di Cafe ini kalian bisa makan nasi. Hari itu memang ada beberapa turis dari China, jadi mungkin makanya Cafe menyediakan nasi. Tekstur nasi di Cafe ini agak mirip dengan nasi plastik. Butiran nasinya nggak menyatu, rasanya juga agak aneh. Tapi berhubung lapar, saya makan juga, ditambah lauk ayam kecap. Wah, serasa lagi makan di Cafe di negara-negara Asia. Kalian juga bisa membeli souvenir khas New Zealand kalau mampir ke Cafe ini karena ada tokonya juga.
Pintu masuk Cafe
Pulau Selatan Selandia Baru memang terkenal dengan pemandangan yang sangat indah. Setelah makan, saya dan teman-teman langsung berfoto bernarsis ria di sekitar halaman Cafe. Kota Makarora sendiri berada diantara gunung-gunung Mount Aspring National Park, sehingga kalau ingin berfoto disini kalian akan mendapatkan pemandangan sangat indah. Tapi jangan salah, daerah ini sangaaaaat dingin. Bahkan jaket thermal yang baru saya beli harus buru-buru dipakai karena ultra light jacket dari Uniqlo udah nggak mempan lagi. Mulut sampai berasap saking dinginnya.
Mt. Aspring
Gaya dulu
Melanjutkan perjalanan kembali. Kali ini kami menemukan pemandangan yang Subhanallah sangattt indah yaitu Lake Wanaka. Danau yang satu ini diapit gunung dengan puncak bersalju, pepohonan hijau, rumput ilalang panjang, yang merupakan lukisan Tuhan yang super indah. Kami terpaksa mampir untuk berfoto disini walaupun angin yang berhembus sangat kencang dan membuat tangan jadi membeku.
Lake Wanaka
Pose dulu
Lake Wanaka berada tersembunyi di bawah gunung-gunung yang menjulang tinggi, Wanaka merupakan tempat paling damai, sunyi, dan syahdu di antara danau-danau South Island (Pulau Selatan). Mungkin karena kita akan berdecak kagum dengan pemandangan yang mengeliling danau yang satu ini. Di musim dingin, para pemain ski berduyun-duyun datang dari seluruh penjuru dunia untuk menikmati kerennya bermain ski dan snowboarding di Cardrona dan Treble Cone, bermain ski lintas-alam di Snow Farm, dan bermain ski heli (heli hike) di puncak Harris Mountains. Untuk liburan di segala musim, kita bisa memancing, lintas alam, menjelajahi perbukitan dan lembah, memanjat, dan terjun payung di danau ini. Semua wahana bisa dibooking di kota terdekat.
0 comments:
Posting Komentar