Selama di Makassar, seperti yang saya ceritakan sebelumnya, saya berpindah hotel tiga kali. Baru setelah itu malam terakhir di Makassar saya menginap di rumah Dita. Mungkin orang tua Dita khawatir dengan saya udah seperti anak hilang karena berlebaran di Hotel dan shalat Ied disekitar hotel. Alhamdulillah juga saya jadi bisa merasakan suasana lebaran di rumah salah satu sahabat.
Dita menjemput saya di hotel pas malam takbiran, lalu kami membeli pisang epe dulu, barulah pulang ke rumahnya. 5 tahun yang lalu, saya menginap di rumah Dita yang masih ngontrak. Sekarang dia sudah pulang ke rumah sendiri yang dulunya disewakan untuk orang Korea. Beginilah kalau menginap di rumah sahabat, yang ada kita ngobrol sampai jam 1 malam. Ntah apa aja yang di obrolin pokoknya kita ketawa terus. Padahal kepala saya sudah mulai pusing, tenggorokan sakit, tapi tetep aja tidur larut malam.
Besoknya karena mau shalat Ied, saya bangun jam 4 untuk shalat shubuh, mandi, dan bersiap shalat. Kami naik mobil ke mesjid untuk shalat dan orang-orang sudah rame banget. Ini pertama kalinya saya salat Ied di Makassar. Nggak pernah kepikiran sebelumnya, tapi alhamdulillah bisa merasakannya. Shalat berlangsung seperti biasa, saf shalat kurang rapat, saya dapat di pelataran mesjid jadi sajadahnya nggak kotor. Karena baru tidur beberapa jam, saya jadi ngantuk banget sewaktu mendengarkan ceramah. Setelah shalat, saya pulang ke rumah Dita dan menikmati makanan lezat yang dimasak mama Dita. Kalau di Makassar, kalian akan berlebaran dengan menu ayam goreng, sambal (pastinya), opor ayam, dan berbagai macam lainnya. Saya makan banyak banget karena memang enak banget. Alhamdulillah. Coba kalau masih di hotel, palingan cuma bisa makan sarapan hotel, hahahaha.
Setelah makan, Dita bilang bakalan sembelih sapi. Saya agak kaget karena sembelihnya di jalan depan rumah Dita. Kalau di Aceh atau di Jakarta pasti sembelihnya di lapangan atau di halaman mesjid. Ada pak ustadz datang, lalu sapi langsung di sembelih. Saya sih nggak berani untuk menonton karena nggak tega sama sapinya. Jadi diam aja di dalam rumah Dita sambil main dengan Alesha (anaknya Dita). Tetangga Dita mulai berdatangan untuk membantu membersihkan dan memotong daging jadi kecil-kecil untuk kemudian di bagikan ke fakir miskin. Katanya sih lebih enak sembelih sendiri, jadi daging terbaik bisa diberikan ke orang miskin. Insya Allah berkah.
![]() |
Suasana shalat Ied |
Sekitar jam 11 siang, saya pamit untuk pulang ke Jakarta. Dita mengantarkan saya ke bandara. Sebenarnya saya udah mulai flu, tapi ditahan. Selama di pesawat menuju Jakarta, saya tidur aja sepanjang perjalanan. Setelah tiba di Bandara Soekarno Hatta, saya pesan Uber, lalu saya tidur lagi sepanjang perjalanan ke Depok. Sesampai di Depok, mandi, shalat magrib, saya balik lagi ke Jakarta untuk bersilaturahmi dengan teman yang lusa akan balik ke Abu Dhabi bernama kak Selvi. Kak Selvi teman saya sejak kuliah, dia juga termasuk sahabat baik saya, apalagi kita sama-sama orang Aceh. Makanya saya bela-belain silaturahmi ke dia malam itu dan saya tetap tidur di perjalanan menuju rumah kak Selvi. Kalau udah begini, saya biasanya bakalan sakit dan benar saja dua hari kemudian saya demam dan suara saya hilang. Ini pasti karena kecapekan dan karena saya jarang olah raga, jadi stamina di tubuh kurang.
Sejak sakit begini, saya berjanji dalam hati untuk sering olah raga. Insya Allah terlaksana.
0 comments:
Posting Komentar