Oktober 31, 2016

One Day in Ho Chi Minh City

Setelah mandi dan packing lagi (hari ini kami akan terbang ke Da Lat jam 6 sore), kami sarapan sebentar ke lantai paling atas. Makanannya sederhana sih, nggak begitu banyak pilihan. Saya hanya menyantap roti, telur, dan teh. Cukuplah untuk mengisi perut. Kalau lagi jalan-jalan, makanan sih nggak bisa terlalu pilih-pilih (kecuali karena kehalalannya). Apa aja dimakan untuk menjaga stamina tetap fit.
Jalanan di Ho Chi Minh
Suasana sekitar
Setelah makan, kami check out dan menunggu di lobby hotel untuk dijemput oleh pihak tour. Karena nggak pergi sama teman cowok dan waktu yang agak mepet, saya memutuskan untuk ikut local tour di Ho Chi Minh. Dari beberapa postingan blog orang yang saya baca dan juga kata teman-teman saya, kota ini memang nggak begitu menarik. Maka dari itu saya memilih tour karena biasanya tour akan membawa kita ke tempat-tempat yang (mungkin) menarik. Jam 8 pagi, ada seorang ibu-ibu agak berteriak di lobby hotel dengan menyebutkan nama saya 'Mewtya, where's Mewtya?" Untung saya tau kalau yang disebutkan ibu-ibu itu adalah nama saya. Kami mengikuti dia menuju ke kantornya yang ternyata hanya 50 meter dari hotel saya. Kami menggerek koper kesana untuk dititipkan selagi kami mengikuti tour. Beberapa menit kemudian ada bapak-bapak yang usiaya sudah lebih dari 60 tahun yang keluar dari kantor dan menyuruh saya dan Nida mengikutinya. Kami pasrah aja untuk ikut dengannya.
Antri naik bus
Setelah berjalan agak lama, saya bertanya pada si Bapak kemana kita akan pergi? Beliau menjawab kalau kita akan ke terminal bus. Kita akan berkeliling kota dengan menggunakan bus. Oh ya, kalian bisa membooking local tour seperti saya di http://www.saigoncafetravel.com/. Untuk tour Ho Chi Minh harganya $29 peorang dan saya sudah membayarnya lewat internet menggunakan kartu kredit. Jadi nggak usah bayar langsung ke tour guidenya. Sesampai di terminal bus, kami naik ke salah satu bus yang ditunjuk tour guide. Ternyata peserta tour banyak banget bule'. Saya lupa nama bapak tour Guidenya, beliau membuka tour dengan memperkenalkan diri kalau dia dulu pernah jadi tentara di Amerika sewaktu Vietnam masih masa embargo. Makanya dia fasih berbahasa Inggirs.
Sushi Tei
Saya akan memaparkan tujuan kami satu demi satu:

1. War Remnants Museum
Tiket masuk museum VND 15000, tapi kami tidak membayar tiket lagi karena sudah termasuk dalam paket tour. Sebelum mengeksplorasi lebih jauh tentang Museum ini, saya menemukan toko souvenir dan malah belanja dulu. Takut nggak keburu kalau mau beli oleh-oleh nanti. Berhubung banyak banget orang yang harus dikasih souvenir nih. Kami belanja agak terburu-buru karena memang waktunya mepet banget. 
Tiket museum
Toko souvenir
Museum ini resmi dibuka pada September 1975. Sebenarnya saya nggak suka museum, tapi karena saya ikut tour ya pasrah aja dibawa kemana pun. War Remnants Museum, seperti namanya, disini dipamerkan apa saja yang berhubungan dengan perang Vietnam. Mulai dari senjata, transportasi perang seperti pesawat dan tank, foto-foto perang, efek perang, yang semuanya menyeramkannn!!! Duh, foto-foto yang dipajang di dinding sedih-sedih banget. Saya nggak tega melihatnya. Untung kami disini cuma 30 menit doang.
Foto perang
Fotonya sedih banget deh
Tank dan pesawat
2. Moc Cafe
Seperti tour kebanyakan, kami akan dibawa ke sebuah tempat khusus untuk beli oleh-oleh khas Vietnam yaitu kopi. Saya sih nggak suka kopi, tapi nggak sah kalau ke Vietnam nggak minum kopi. Tour membawa kami ke sebuah warung kopi yang kece bernama Moc Cafe. Katanya sih kopi disini yang terbaik tapi menurut saya rasanya sama aja. Kami disuguhkan kopi dan beberapa kue yang bisa dicicip. Saya beli beberapa bungkus kopi yang kayaknya rasa nggak ada di Indonesia untuk oleh-oleh. Lumayan murah sih harganya masih dibawah Rp. 100rban.
Naik bus
Menunggu kopi
Kopi dan nastar coklat
3. Thien Hau Pagoda
Tempat yang satu ini adalah kuil Buddha tertua di kota Ho Chi Minh karena dibangun pada abad ke 17. Nggak ada yang terlalu menarik disini, jadi saya hanya berfoto saja. Beberapa turis yang beragama Buddha bisa sekalian sembahyang disini. Jadi teringat Sensoji Temple, Asakusa, yang termasuk kuil tertua di Tokyo.
Dupa
Patung Buddha
Kebetulan bus kami parkir disisi kiri jalan dan kuil berada di kanan jalan sehingga kami harus menyebrang. Baru sadar kalau menyebrang di Ho Chi Minh susaaaah banget. Orang nggak ada yang mau ngalah. Saya udah kasih tangan berkali-kali (seperti di Jakarta) tapi teteup aja nggak ada yang mau berhenti. Duh, ampun dah! Sampai harus tour guide yang membantu kita nyebrang.
Doa-doa
4. Benh Tanh Market
Tempat yang satu ini adalah Tanah Abangnya Ho Chi Minh. Suasana sangat ramai dan kita bisa belanja apa saja disini. Saya masuk dan berkeliling sejenak sampai merasa tertarik dengan kain baju Vietnam dengan motif teratai. Bagus deh bajunya, sekalian bisa dijahit dan dipakai untuk sehari-hari sebagai busana muslim. Harganya juga murah RM 25. Kami boleh membayar pakai mata uang ringgit disini.
Mari ke pasar
Tour Guide menghampiri saya dan bilang kalau ternyata paket tour yang saya booking bukan Half Day Tour (Tur setengah hari) tapi tur seharian penuh. Perasaan saya hanya membayar $29 dan benar-benar untuk setengah hari deh. Karena Full Day Tour itu harganya $50. Mungkin rejeki anak sholehah, jadi setelah makan siang kami boleh ikutan tour lagi. Yeay!
Suasana jalanan di Ho Chi Minh
5. Makan Siang di Hummus & Grill
Setelah belanja di pasar, kami makan siang terlebih dahulu. Saya dan Nida mengikuti rombongan orang Malaysia untuk makan di Resto halal yang menyediakan makanan Middle East. Sebenarnya tour hari ini sudah termasuk makan siang, tapi kami makan di resto halal dekat dengan resto yang sudah disediakan oleh tur guide. Kami makan banyak disini sampai-sampai orang malaysia pada heran kok kami bisa makan sebanyak itu, hahaha. Mereka semua sharing sepiring berdua.
Suasana Resto
Nasi Ayam Arab
6. Toko Souvenir
Kali ini kami dibawa ke toko souvenir (lagi) yang menjual berbagai macam kerajinan. Yang uniknya, pengrajin disini adalah orang-orang disable, jadi menambah nilai jual produknya. Saya selalu belanja kalau ada toko souvenir sih, hahaha. Oh ya, di tempat ini ada anjing gedeeee banget. Setelah masuk ke tokonya, saya hampir nggak berani berjalan ke bus karena ada anjing gede banget menunggu di depan pintu.
Penjual sedang menjelaskan kerajinan kerang
Kerajinan
7. Reunification Palace dan Notre Dame Cathedral
Sebenarnya saya nggak sempat ke Katedral karena waktunya udah mepet banget. Cuma sempat mengambil foto dari dalam bus saja. Setelah itu kami ke Reunification Palace yang dulunya tempat Ngo Dien Dimh yang menjabat sebagai presiden Vietnam selatan sampai tahun 1975. 
Notre Dame Cathedral
Bangunan bersejarah ini dibangun oleh Ngo Viet Thu, salah satu orang Vietnam yang paling berbakat dalam bidang arsitektur. Di dalam bangunan terdapat 100 ruangan dan kamar yang didekorasikan dengan benda-benda kerajinan tangan terbaik dan modern. Bahkan banyak sekali yang merupakan pemberian dari negara sahabat sebagai souvenir yang dipamerkan di tempat ini. Saya sudah capek berkeliling juga sih, jadi nggak begitu menikmati suasana di tempat yang terlalu luas ini.
Reunification Palace
Ruang meeting
Karpet dari Hongkong
Setelah selesai berkeliling, tour guide memesankan kami taksi untuk kembali ke kantornya untuk mengambil koper. Perjalanan dari Reunification Palace ke kantor tur guide hanya 15 menit, tapi saya sudah mulai was-was. Takut telat ke bandara. Setelah sampai di kantor, malah ada drama lagi deh, tapi karena postingan ini udah kepanjangan, saya potong dulu ya. Nanti saya tulis lagi, sampai jumpa!

0 comments:

Follow me

My Trip