Oktober 24, 2016

Siem Reap Pub Street and Night Market

Duh, blog sudah terbengkalai kurang lebih seminggu nih. Tapi nggak apa-apa, Insya Allah saya masih ingat apa saja kejadian seru yang saya alami selama di Kamboja dan Vietnam.Toh belum sebulan juga saya pulang dari 2 negara eksotis itu. Tenang saja, saya akan selalu menuliskan secara lengkap pengalaman saya agar bisa menjadi pedoman juga untuk kalian semua.
Naik tuk-tuk
Setelah mandi sore, saya dan Nida menyewa tuk-tuk yang sudah tersedia di depan hotel untuk jalan-jalan ke Night Market. Berbeda dengan tuk-tuk di Bangkok, tuk-tuk di negara ini lebih bagus desainnya, hahaha. Kursinya ada 2 berhadapan dan tempatnya lebih luas. Dari beberapa referensi yang saya baca, Night Market adalah tempat paling enak untuk belanja di Siem Reap. Karena masih sore, kami minta diantarkan berkeliling kota terlebih dahulu karena memang ingin menikmati suasananya. Siem Reap mungkin seperti kota Lhokseumawe. Nggak sembraut, banyak sepeda motor, dan sedikit mobil. Yang banyak ya kendaraan tuk-tuk (becak motor kalau di Sumatera).
Suasana kota
Sebelum ke Night Market, pengemudi tuk-tuk mengantarkan kami ke Muslim Family Kitchen untuk makan malam. Baik banget sopir tuk-tuknya karena langsung nawarin kami untuk makan dulu. Jangan tanya saya dimana lokasinya karena tulisan nama jalannya menggunakan aksara Cambodia dan saya nggak bisa menuliskannya, hahaha. Kalian bisa pakai Google Maps kalau mau kesini ya. Selama di negara-negara nonmuslim, baru Cambodia doang saya bisa makan masakan lokal tanpa rasa was-was. Biasanya pasti makannya setengah hati karena takut nggak halal. Walaupun saat itu belum jam makan malam, saya dan Nida memutuskan untuk langsung makan malam saja. Nanti kalau masih lapar, tinggal ngemil aja di Night Market.
Plang resto
Masih sepi
Sewaktu naik taksi ke hotel, saya sempat bertanya nama makanan khas Kamboja dan supir taksi menjawab 'Amok'. Jadi saya dan Nida memesan Amok 2 porsi ($4.5/porsi) ditemani dengan Pineapple Milkshake ($2) dan Dragon Milkshake (buah naga $2). Di Indonesia jarang sekali saya menemukan minuman susu dicampur dengan nenas. Ternyata rasanya asam manis segaaaar banget. Saya suka banget. Kalau susu dicampur buah naga juga jarang karena biasanya yang dijual di negara kita adalah jus buah naga.   
Harga Amok
Milkshake nenas dan buah naga
Bagaimana dengan Amok? Duh, makanan yang satu ini pas banget di lidah saya. Enaaaaak banget. Saya dan Nida memesan Beef Amok dan Chicken Amok. Jadi kita bisa tukeran nyobain. Kalian bisa membayangkan masakan kari yang agak kering, dengan kelapa dan sedikit sayur di tumis. Duh enak banget deh. Saya nggak mengeluarkan sambal dan bon cabe sama sekali karena memang semua paduan bumbunya saya suka. Enak banget deh dan kalian harus cobain. Pegawai resto ini bisa berbicara bahasa Melayu. Jadi kalian bisa sekalian ngobrol sama pelayannya. Katanya sih memang banyak sekali orang Malaysia yang makan disini sehingga mereka jadi bisa bahasa Melayu. 
Amok
Pose dulu
Setelah makan, kami naik tuk-tuk lagi menuju Night Market. Kami janjian dengan supir tuk-tuk untuk dijemput tepat jam 10 malam di depan sebuah mini market, sehingga kami nggak usah menyewa tuk-tuk lain lagi. Mulailah saya menelusuri pertokoan yang ada. Hal yang saya sesalkan selama belanja disini adalah saya hanya membawa sedikit uang cash. Tapi ada baiknya juga sih karena saya jadi agak menghemat. Disini kalian bisa menggabungkan mata uang Cambodia Riel (KHR) dan USD. Kurs 1 USD = 4000 KHR. Jadi kalau harga barangnya 22 USD, saya terkadang menggunakan uang 20 USD dan 8000 KHR. Agak menyesal karena menukarkan uang USD ke KHR karena segala macam pembayaran di Siem Reap menggunakan USD.
Souvenir berjejer 
Uang Kamboja
Gelang
Pertama-tama saya mencari magnet kulkas, gantungan kunci, gelang-gelang lucu, tas jinjing, kalung, dan berbagai pernak-pernik untuk oleh-oleh. Duh, ternyata banyak banget barang lucu di Night Market dan kita bisa menawar harga serendah mungkin. Saya juga membeli rok songket Kamboja dengan warna merah dan biru sengaja untuk dipakai besok di Angkor Wat supaya mencolok ketika difoto. 
Belanja dulu
Setelah merasa cukup belanja, kami pindah ke Pub Street. Rencananya sih mau nyari cemilan karena mulai lapar lagi. Mungkin kecapekan nawar barang kali ya. Nah, di Pub Street, saya menemukan toko batu permata yang indaaaah banget. Duh, semua berkilauan dan menarik perhatian saya. Ketika menulis blog ini, saya sempat membaca artikel tentang palsu atau tidaknya batu permata di Kamboja. Katanya sih, batu-batu di negara ini diimpor dari Laos dan Myanmar karena disana memang ada tambangnya. Walaupun begitu, saya tetap tertarik untuk membeli. Apalagi saya sempat menyuruh mereka mengetes keaslian cincin emas saya dengan alat yang mereka punya dan ternyata benar bahkan sampai kadar karat emasnya pun benar. Ya sudah, saya tertarik beli safir biru (blue sapphire) yang benar-benar indah. Saya beli cincin dan gelang seharga Rp. 750rban kalau nggak salah.
Batu permata
Pub Street
Setelah merasa kehabisan uang dan tenaga untuk menawar barang, saya jalan-jalan disekitar Pub Street untuk mencari cemilan. Kalau kalian minum minuman beralkohol, mungkin bisa mencoba Angkor Beer seharga $2. Pub Street ini dipenuhi oleh turis dari berbagai negara. Bahkan mungkin isinya bule' semua, nggak ada orang lokalnya. Jalan-jalan malam disini juga nggak menyeramkan sama sekali karena memang dimana-mana turis. Kita dengan amannya berfoto, belanja, jalan kaki kesana-kemari tanpa takut dicopet atau dirampok. Memang sih tetap harus waspada, tapi saya bisa pastikan kalau Night Market dan Pub Street sangat aman untuk turis.
Pub Street
Gaya dulu
Saya mampir di penjual es krim goreng. Karena atraksinya yang memukau, saya jadi tertarik untuk beli es krimnya. Saya ada merekam aksi si abang penjual es krim di action camera, tapi belum sempat di upload ke blog. Baru di upload ke Instagram doang. Tapi nanti akan saya upload, ditunggu saja ya. Harga es krimnya juga murah, sekitar $2-$3.5, dan ternyata salah satu penjual es krimnya bilang kalau tadi dia satu pesawat dengan saya. Dia juga baru dari Kuala Lumpur. Saya juga melihat ada turis yang juga satu pesawat dengan saya. Pastilah mereka kesini kalau memang mau jalan-jalan malam di Siem Reap.
Abang es krim 
Es krim goreng
Siem Reap Art Center Night Market
Sambil menunggu jam 10, saya dan Nida terus berjalan sampai ke Siem Reap Art Center Night Market. Saya berharap bakalan menemukan souvenir unik lagi disini atau barang-barang kerajinan yang lebih unik. Ternyata malah sama saja dengan Night Market yang kami masuki awal banget. Yang nggak enaknya di tempat ini adalah banyak banget pengemis dan gelandangan yang tiduran di jembatan menuju Art Center. Jadi sedikit terganggu. Saya hanya mampir kesini sekitar 10 menit, lalu langsung balik ke mini market tempat janjian dengan sopir tuk-tuk.

5 menit sebelum jam 10, tuk-tuk datang. Kami lalu diantar ke hotel dan hanya membayar $5 untuk seluruh perjalanan tadi. Oh ya, saya sempat minta tolong resepsionis hotel untuk mengirimkan kartu pos ke sahabat saya Ade Rosiva di Jakarta dengan memberikan uang $2. Semoga sampai deh kartu posnya.

Baiklah, besok kami akan dijemput pukul 4.30 pagi untuk melihat matahari terbit di Angkor Wat. Sampai jumpa!

0 comments:

Follow me

My Trip