November 29, 2016

Madakaripura Waterfall

Perjalanan selanjutnya adalah air terjun Madakaripura yang berada di Dusun Branggah, Desa Negororejo, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Air terjun ini adalah salah satu air terjun di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Kalau kalian berwisata ke Gunung Bromo, jangan lupa mampir ke tempat ini karena memang perjalanannya bisa dilakukan sekali jalan. Kami sempat berhenti dulu di tengah jalan untuk sarapan, baru deh menggunakan GPS menuju tempat ini. Jujur aja saya nggak tau bagaimana caranya kalau harus naik angkutan umum kesini.
Pose Gajah Mada
Sesampai di parkiran air terjun, beberapa orang langsung menghampiri kami untuk menyewakan jasa guide dan jas hujan. Mereka bersikeras kalau nggak pakai jas hujan nanti bakalan kebasahan dan kalau nggak pakai guide takutnya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan (tergelincir). Semula berharap sama bapak supir untuk menawar dengan menggunakan bahasa Jawa tapi tetap nggak ngaruh. Kami tetap dapat harga Rp. 100,000 untuk guide, Rp. 10,000 untuk jas hujan, Rp. 10,000 untuk ojek. Duh, mahal juga yah. Karena bakalan basah-basahan, saya mengganti sepatu kets dengan sendal jepit dulu, baru naik ojek.
Pose lagi
Kata Guide, perjalanan dari tempat parkir ke air terjun itu 4 km dengan medan berbukit, menanjak, dan menurun. Kalau jalan kaki terasa jauh banget. Duh, karena masih pegal dari Gunung Bromo tadi, kami menyewa ojek. Ternyata ojek cuma mengantar sejauh 2 km. Sisanya jalan kaki juga! Lama perjalanan kami mungkin sekitar 30 menit dengan naik turun tangga, jalan menanjak, dan menurun. Memang pemandangan alam yang disuguhkan subhanallah indahnya. Tapi tetap aja capeeeek. Mana nggak ada tempat untuk duduk walau hanya sebentar. Kalian juga harus berhati-hati karena takut ada bebatuan jatuh dari atas gunung.
Tiket masuk
Jembatan merah
Pemandangan indah
Alhamdulillah setelah itu kami mendengar suara gemericik air dan tampaklah air terjun dari sela-sela bukit. Masya Allah indahnya. Sepertinya memang perjalanan jauh dan lelah terbayarkan dengan hanya melihat air terjun begitu indah. Guide memang bilang kalau air terjun yang satu ini sangat indah. Dan setelah saya berkeliling 3 air terjun di Jawa Barat, 3 air terjun di Vietnam, Madakaripura adalah yang paling indah.
Air terjunnya sudah terlihat
Air terjun Madakaripura yang memiliki tinggi 200 meter ini merupakan air terjun tertinggi di Pulau Jawa dan tertinggi kedua di Indonesia. Air terjun ini berbentuk ceruk yang dikelilingi bukit-bukit yang meneteskan air pada seluruh bidang tebingnya seperti layaknya sedang hujan, 3 di antaranya bahkan mengucur deras membentuk air terjun lagi. Sejarah mengatakan kalau air terjun ini dulu tempat bertapanya Gajah Mada, makanya dikasih nama Madakaripura.
Pakai jas hujan
Air terjun
Untung saja saya dan Rezki beli jas hujan karena kita memang akan basah kuyup ketika melewati air terjun dan memang itu jalan satu-satunya. Kalau kalian mendongak melihat keatas, seolah-seolah air yang turun seperti tirai. Sungguh sangat indah. Ada 3 air terjun utama yang deras, dan juga digunakan untuk berenang dan mandi. Sebenarnya Guide mengambil banyak foto disini, tapi hampir semuanya nggak bagus. Padahal kamera saya udah saya setting dengan baik, eh dia sok tau ngubah-ngubah settingnya. Jadilah hampir semua hasil foto blur. Duh, saya bete sekaliiii.
Air terjun deras
Air dari tebing-tebing
Kalau kalian mau berwisata ke air terjun yang satu ini, saya sarankan pakai guide. Karena ada beberapa tempat kita harus naik ke bebatuan (seperti panjat tebing) dan harus dipegangin terus sama guidenya. Apa dia modus ya? Si Rezki bisa-bisa aja tuh naik ke bebatuan, hahaha. Saya suka berada di bawah percikan air terjun bahkan sampai terguyur banget. Walaupun pakai jas hujan untuk melindungi tas dan hp, tapi rasanya seneng banget.
Seperti tirai
Airnya jatuh ke bebatuan
Agak blur
Tiba-tiba ada petugas yang teriak suruh kita balik. Saya jadi agak panik kalau ada yang teriak-teriak begitu. Guide memang menyuruh kita untuk meninggalkan tempat ini sebelum jam 14.00. Karena sering terjadi hujan pada jam-jam segitu yang bisa mempengaruhi tingkat air di sekitar air terjun yang cukup berbahaya dan memungkinkan kita sulit meninggalkan tempat ini. Gerimis mulai datang dan kita harus segera pergi dari situ. Kami bertiga masih sibuk berfoto, lagian memang sampai ke air terjun ini udah siang sih. Jadi baru main sebentar, eh udah harus balik.
Balik dulu
Pemandangan indah
Perjalanan pulang jadi lebih melelahkan lagi. Selain karena udah lebih capek, basah pulak, mulai masuk angin, tapi senang banget. Mungkin resep awet muda memang harus sering jalan-jalan ya. Apalagi pemandangan pohon-pohon hijau dan udara luar biasa segar sangat menenangkan pikiran. Saya jalan kaki sambil ngobrol dengan Rezki sampai akhirnya ketemu ojek lagi. Kami diantarkan sampai mobil, lalu berpamitan pada guide dan orang-orang di sekitar sana. Perjalanan ke Surabaya pun dimulai.

November 27, 2016

The Incredible Mount Bromo

Sesuai dengan ayat Al-Qur'an berikut:
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk” (QS. Al Anbiya: 31)
Gunung Bromo
Sebegitu takjubnya saya melihat Gunung Bromo. Mungkin Bromo bukanlah gunung terbaik seantero Indonesia. Tapi melihatnya berdiri kokoh bersebelahan dengan gunung Semeru, Masya Allah indahnya. Mungkin saya memang nggak sering hiking. Selain karena punya asma, saya juga nggak tahan dengan perubahan kepadatan udara di tempat tinggi (di atas gunung udara lebih tipis). Bisa tiba-tiba sesak napas. Makanya seumur hidup saya baru hiking ke Puncak Sikunir dan Penanjakan Bromo ini. Sewaktu di New Zealand, kami ke puncak gunung es menggunakan helikopter dan itu agak curang sih. Cuma duduk manis, eh udah sampai ke puncak.

Sebenarnya saya udah booking hotel di Cemoro Lawang, tapi supir malah membawa kami ke Probolinggo. Saya nggak tau juga sih karena sepanjang jalan tidur dan nggak ngeliatin GPS sama sekali. Tiba-tiba sudah sampai ke sebuah desa bernama Tosari. Kami parkir di sebuah lapangan, lalu mencoba menawar penginapan dan jeep. Walaupun supir kami bisa berbahasa Jawa, tapi kok kayaknya nggak ngaruh juga ketika menawar harga. Mana orang desa sini tuh kurang ramah dan bersikeras nggak mau di tawar. Bikin bete. Mending nggak usah naik jeep deh.

Kami keliling kota dulu sampai akhirnya ketemu orang yang menawarkan penginapan Rp. 150rb permalam. Kamarnya lumayan sih, tempat tidurnya agak jadul, ada air panas, tapi nggak ada handuk. Jadilah saya cuma cuci muka doang disitu. Saya mengeluarkan jaket thermal, lalu keluar dari penginapan untuk jalan-jalan. Sempat menawar harga ojek untuk ke penanjakan Bromo dan berhasil mendapatkan harga Rp. 100rb sudah termasuk tiket masuk. Lumayan lah ya.
Akhirnya pakai jaket thermal lagi
Menjelang Magrib, kami naik mobil untuk ke desa sebelah yaitu Wonokitri. Suasananya mulai dingin, tapi jaket thermal ini oke banget deh. Jadi nggak terasa dingin sama sekali. Kami makan ayam bakar dan teh panas bertiga dengan total Rp. 75rb. Kirain bakalan cuma Rp. 50rban karena ini kan masih termasuk desa. Mungkin tau kali yah kalau kami adalah pendatang apalagi dari Jakarta ya dimahalin.

Kami kembali ke Desa Tosari. Saya dan Rezki jalan-jalan keliling kota untuk menenangkan pikiran. Sebenarnya kemaren saya lagi bete karena orang yang mau ditemuin di Malang tiba-tiba ngebatalin dengan alasan ada acara kantor. Masa' nggak tau sih ada acara kantor di tanggal segitu? Padahal janjian udah sebulan sebelumnya, dan udah ngatur jadwal meeting 3 orang untuk digeser. Ya sudahlah, i don't have time for anger, ego and jealousy. Bete itu bikin saya lari-larian keliling desa sampai si Rezki kecapekan ngejar saya (kok jadi kayak film India). Mana kami sama-sama anak asma lagi, cuma energi saya kalau lagi bete jauh lebih besar. Ditambah lagi saya mulai PMS, hahaha! Sabar ya Ki, makasih udah temenin di kala ke-bete-an memuncak.

Karena kecapekan lari-larian, jam 7.30 malam kami pulang ke penginapan dan tidur. Besoknya harus bangun jam 3 pagi untuk berangkat ke penanjakan Bromo. Untung saya tipe orang yang bisa langsung terlelap dalam keadaan apa pun sampai alarm berbunyi jam 3 pagi. Saya bangun, ke kamar mandi dan nyalain air keran, lho kok malah mati? Saya keluar kamar, bertanya pada tukang ojek yang ada di luar penginapan dan mereka nggak tau dimana saklar pompanya. Akhirnya supir kami membangunkan pemilik rumah dan menyuruh beliau menyalakan air. Saya hanya cuci muka, sikat gigi, dandan sedikit (biar kece pas di foto), pakai jaket thermal, dan jaket kulit merah (supaya kalau di foto keliatan mentereng). Kami naik ojek masing-masing dan perjalanan ke Penanjakan Bromo pun dimulai. Awalnya sih saya santai aja duduk di bonceng. Lama-kelamaan karena terlalu menanjak, pantat dan paha jadi pegal. 

Sempat berhenti sebentar untuk beli tiket masuk Taman Nasional Gunung Bromo, dan saya turun untuk meluruskan kaki. Setelah itu naik ojek lagi dan semakin menanjak. Duh, kapan sampenya ini? Paha dan pantat saya udah keram. Kami melewati Musholla yang dibangun bank Mandiri beberapa meter sebelum penanjakan. Hanya saja karena belum adzan, Mushollanya belum buka. Alhamdulillah akhirnya kami sampai di pintu masuk penanjakan. Saya turun dari motor pelan-pelan karena kaki saya udah kesemutan. Banyak banget orang yang nawarin sewa jaket walaupun udah ditolak berkali-kali. Mereka terus-menerus mendesak saya untuk menyewa jaket sekalipun saya bilang kalau jaket saya ini udah cukup tahan.

Kami naik beberapa anak tangga dan napas saya sempat terhenti. Nggak enaknya jadi penderita asma tuh ya gini. Kalau udah di ketinggian, udara menipis, kapasitas paru-paru semakin sedikit, jadilah saya ngos-ngosan banget. Saya sempat diam dulu mengumpulkan udara. Alhamdulillah nggak berlangsung lama sesak napasnya. Selanjutnya udah kayak biasa lagi. Sesampai di penanjakan Bromo, hari masih gelap, angin berhembus kencang, dan udara sangat dingin. Untungnya jaket saya udah oke banget. Saya jalan-jalan kayak biasa kesana-kesini untuk mencari spot foto terbaik. Si Rezki yang kasihan udah hampir beku dia ketika berdiri di pagar. Beberapa saat kemudian, cahaya matahari pun mulai bersinar.
Sunrise
Gunung Bromo 
Cemoro Lawang dari Penanjakan Bromo
Gunung Bromo (dari bahasa Sanskerta: Brahma, salah seorang Dewa Utama dalam agama Hindu), adalah sebuah gunung berapi aktif di Jawa Timur, Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut dan berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang. Gunung Bromo terkenal sebagai objek wisata utama di Jawa Timur. Gunung ini menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif dan termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Peta gunung
Bentukan Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo. Sayangnya, BMKG memperingatkan kita nggak boleh turun ke gunung atau mendekat kesana karena kawahnya masih aktif. Gunung Bromo ini bisa kapan saja memuntahkan laharnya. Jadi seram tapi sedih juga karena nggak bisa turun ke kawah.

Puas mengambil foto di Penanjakan, kami turun ke warung-warung untuk makan indomie pakai telur dan teh manis panas. Kami harus membayar Rp. 20rb untuk paket begituan doang. Gile yah, udah komersil banget nih Bromo. Setelah makan, saya dan Rezki naik ojek lagi untuk turun gunung. Abang ojek menyarankan kami untuk ke bukit cinta karena bisa melihat Gunung Bromo lebih dekat disana. Saya sih nurut aja, tapi trekking ke bukit cinta lumayan capek juga. Jalanannya nanjak banget dan terjal banget. Duh, badan udah mulai remuk redam.
Mari mendaki
Foto dulu
Tampak lebih dekat
Saya agak takut juga berfoto di bukit cinta, karena memang tempat foto paling bagus harus di luar pagar pembatas. Sambil berdoa dan agak merangkak, saya beranikan diri untuk duduk di bukit dengan pemandangan langsung ke gunung Bromo. Selesai berfoto, kami kembali ke penginapan. Sempat beberapa kali berhenti juga sih untuk mengambil foto.
Pose kalender
Sesampai di penginapan, kami beberes baju dan koper lalu langsung memasukkannya ke dalam mobil. Kami mau menghemat waktu, jadi memang langsung pergi setelah puas mengambil foto Bromo. Suatu hari saya akan kembali lagi karena belum sah rasanya karena belum naik ke kawah. Baiklah, tujuan selanjutnya adalah Air Terjun Madakaripura yang harus kami lalui dengan jalan berkelok-kelok yang membuat saya hampir muntah.

Ditunggu ceritanya :)

November 26, 2016

Kuliner dan Tempat Wisata di Malang

Berhubung sebentar lagi sudah bulan Desember, antrian postingan masih seperti ular naga panjangnya, dan saya semakin sibuk. Saya sudah menargetkan diri saya untuk selesai memposting cerita perjalanan ke Surabaya, Pulau Madura, dan Malang sebelum Desember. Bulan depan saya bakalan full memposting tentang 2 e-commerce yang bakalan saya launch dan beberapa clothing line juga. Belum lagi banyak sekali cerita pendek tentang kehidupan saya yang ingin saya posting juga. Baiklah, mari kita lanjutkan.

Saya akan memposting 5 tempat nongkrong dan tempat berwisata di Malang yang sudah saya kunjungi kemarin. Kayaknya saya bakalan sering memposting tentang Malang karena ada beberapa bisnis di kota itu. Ada rencana juga tahun depan mau buka perusahaan disana demi memudahkan kita tembus BPOM untuk produk snack yang juga akan kita luncurkan bulan depan, Insya Allah.

1. Labyrinth Terrace n Lounge
Kenapa memilih Resto ini? Awalnya sih kita acak aja mau nongkrong dimana. Tapi setelah melihat-lihat Cafe dan Resto di sekitar jalan Merbabu Malang, pilihan kami jatuh pada Labyrinth karena ada banyak bule' nongkrong disini. Tempat ini juga memiliki konsep Resto & Bar (konsep favorit saya). Ya udah deh, langsung mampir. Lokasinya berada di jalan Merbabu no. 11.
Meja bar
Mozariella Goreng
Katanya Resto yang satu ini baru buka. Kalian bisa memilih mau duduk di luar apa di dalam. Saya sih lebih suka di luar, sekalian menikmati angin malam. Kami berempat memesan makanan yang sama, yaitu Nasi Goreng dan minum teh hangat. Kami juga memesan mozariella goreng sebagai cemilan. Untuk makanan memang standar aja sih disini. Suasana resto juga lumayan tenang karena mungkin besok masih hari kerja, jadinya jarang ada yang nongkrong.

2. Monopoli Cafe & Resto
Kami memutuskan untuk nyari Cafe lain untuk nongkrong. Sekalian menambah panjang daftar Cafe yang pernah kami kunjungi di Malang. Lama-kelamaan main ke Malang udah seperti main ke Bandung, saking seringnya. Tempat yang akan kami datangi berikut ini hanya jalan kaki beberapa meter dari Labyrinth Resto. Lokasinya berada di Jalan Merbabu no. 21. 

Saya nggak memiliki foto Cafe ini sama sekali karena waktu kesini kami serius banget membahas proyek keripik pisang yang akan kami rilis ke pasaran di bulan Desember nanti. Tempatnya lumayan cozy, minumannya enak, harga minuman nggak begitu mahal, bahkan ada live music, padahal bukan weekend. Hanya saja pelayan Cafenya agak cuek. Sewaktu minuman saya nggak sengaja tumpah, saya panggil mbaknya untuk minta tolong di lap karena lengket banget. Mbaknya cuma liat doang dan nggak mau ngelap. Saya panggil lagi, eh tetep dicuekin. Ya sudah deh.

3. Minum Susu Jahe di Alun-alun Batu
Mungkin ungkapan The Night is Still Young berlaku untuk kami bertiga malam itu di Malang. Sepulang dari Monopoli Cafe, kita lanjut nongkrong di Alun-alun Batu cuma buat menikmati suasana yang dingin-dingin kayak di Bandung. Benar saja, malam itu mulai dinginnnn. Kami langsung duduk di sebuah warung untuk minum susu jahe panas, sekalian ngobrolin bisnis lagi. Nggak habis-habis obrolan bisnisnya yah. Sayangnya, Too Many Ideas, Too Little Time (terlalu banyak ide, terlalu sedikit waktu). Tenaga juga lumayan terbatas. Jadi sering lelah hayati, hahaha.

Sekitar jam 12 malam, ketika mulai banyak orang berkumpul di sekitar warung dan pada merokok (saya nggak tahan sama rokok), barulah kami kembali ke Hotel.

4. Peternakan Kuda Megastar
Kami check out hotel lagi. Sepertinya pindah-pindah hotel merupakan style saya kalau jalan-jalan. Sewaktu di Makassar menginap 4 malam di 4 Hotel yang berbeda. Sebenarnya tujuan awal hari ini mau ke Museum Angkut. Sayangnya, museum itu baru bukan jam 12 siang dan kami masih harus melihat bunga matahari di Peternakan Kuda Mega Star, Jl. Langsep, Oro-Oro Ombo, Kec. Batu, Kota Batu, Jawa Timur 65311.
Mari berkuda
Bunga kertas
Agak sial kesini karena bunga mataharinya baru aja di panen seminggu sebelum kesini. Yang tersisa hanya bunga kertas. Dulu pas ke Malang, saya juga gagal melihat bunga matahari karena daerah sini lagi longsor. Nggak rejeki berarti. Kami jadinya main ke kandang kuda. Sebenarnya saya lumayan takut sama kuda. Tapi saya tetap berusaha santai. Beberapa kuda di peternakan ini merupakan kuda pacu, sehingga dari segi fisik kudanya kekar banget dan tinggi. Saya semakin seram untuk mengelus wajah kudanya, walaupun kata petugas kudanya baek. Sempat diajakin untuk menunggang kuda, tapi saya tetap nggak berani.

5. Rawon Rampal
Karena kami kelaperan, sebelum mengantar Khanti ke bandara, kami makan Rawon dulu di Jalan Panglima Sudirman No.71A, Klojen, Kesatrian, Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur 65111. Telepon: (0341) 369304. Kalian tau. rasa rawonnya enakkkkk banget. Kuahnya gurih, dagingnya super empuk, sambalnya pas pedasnya bikin nagih. Pokoknya ini adalah Rawon terenak yang pernah saya makan deh.
Rawon enak
Setelah makan, kami mengantar Khanti ke bandara yang harus pulang duluan karena katanya mau ke Aceh. Akhirnya saya, Rezki, dan bapak supir berangkat menuju Probolinggo untuk berwisata ke tempat paling keren se-Jawa Timur, yaitu Gunung Bromo. Sampai jumpa!

Kegiatan di Batu, Malang

Rabu pagi di Batu, Malang. Kota yang satu ini memang enak banget suasananya di pagi hari. Lebih tepatnya, suasana bikin males. Jangankan mau mandi, keluar kamar buat sarapan aja malas. Tapi tetap sarapan juga sih, kan lapar. Suasana di ruang makan dengan pemandangan gunung-gunung dan kota yang sedikit berkabut bikin betah. Duh, kalau bukan karena ke Batu ini untuk urusan bisnis, saya mau masuk kamar lagi, tidur lagi, atau di ruang makan aja lama-lama sampai waktunya makan siang. Hotel Seulawah Grand View ini memang bikin 'pewe' banget deh. Oh ya, Hotel ini punya orang Aceh, jadi kalian bisa melihat nama-nama ruangannya seperti nama provinsi di Aceh.

Cukup sudah bermalas-malasan dan makan banyak, kami mandi dan berkemas untuk check out. Waktu itu mau book 2 malam di hotel ini, tapi sayangnya malam kedua malah nggak available. Jadilah kita pindah hotel. Tujuan pertama pagi ini adalah menjumpai Bu Yayuk, salah satu ketua UMKM. Kami janjian ketemuan jam 9 pagi di Alun-Alun Batu, tapi beliau baru datang jam 10. Selagi menunggu, kami makan ketan di Pos Ketan, sambil bernarsis ria di Instagram Story, hahaha. Setelah Bu Yayuk datang, kami meninjau kebun yang pernah saya datangi pada bulan September dulu. Saya memang berjualan tanaman di Tokopedia dan Bukalapak dengan harga murah, hihihihi (promosi).
Pucuk merah
Lokasi siap semai
Hampir panen
Bunga Peacock
Kebun mawar 
Meninjau lahan
Saya sengaja membawa Khanti dan Rezki ke Batu untuk sekalian bertukar-pikiran tentang bisnis di Batu. Mereka juga takjub melihat kebun bunga mawar sebanyak itu dan hampir semua bunganya mekar. Belum lagi bunga peacock penuh yang mekar terlihat seperti di luar negeri. Yang asyiknya bawa teman adalah bisnis trip menjadi seperti liburan. Kami ketawa bareng, foto-foto bareng, dan berpikir untuk membangun sebuah bisnis bersama. Sekalian menyerbu pohon buah blackberry bareng-bareng. Baru kali ini saya makan blackberry langsung dari pohonnya dan ternyata enakkkk banget ya.
Menyerbu blackberry
Selesai jalan-jalan keliling kebun, kami istirahat di mesjid sejenak, lalu mampir untuk makan siang. Kali ini Bu Yayuk membawa kami ke saung dengan kolam ikan yang suasananya enak banget untuk berleyeh-leyeh sambil makan siang. Kok semua tempat di Batu menawarkan gaya leyeh-leyeh santai yaaa? Menu makanan di Saung ini sih biasa aja, cuma ikan gurame bakar, sambal, tahu, nasi, standar-lah ya. Rasa makanannya juga biasa aja. Cuma harganya agak mahal.
Makan siang kita
Selamat makan
Kami mengunjungi rumah Bu Yayuk setelah makan siang, sekaligus mau nyobain keripik yang beliau jual yang katanya enakk banget. Saran saya kalau kalian mau mencoba makanan itu enak apa nggak, cobainnya setelah makan kenyang. Perut kami kenyang banget tuh karena makan siang, nah pas cobain keripik kan jadi tau ini enak apa nggak. Ternyata keripiknya memang enak banget. Bahkan kami disuruh cobain berbagai varian dan alhasil perut ini seperti mau pecah. Udah nggak kuat makan lagi. Kepala juga udah pusing karena kecapek'an kali yah.
Pusat UMKM
Keripik dan snack
Setelah dari rumah Bu Yayuk, kami check in Pondok Jatim Park Hotel. Kepala rasanya pusing banget dan saya jadi agak flu. Jadilah saya tidur siang terlebih dahulu, baru melanjutkan aktivitas. Teman saya Rezki sengaja mau main ke waterboom di Jatim Park dulu karena mungkin cowok energinya lebih banyak. Saya dan Khanti sih udah tepar di kasur.

Setelah tidur siang dan flu mulai reda, kami mandi, dandan, dan siap jadi Anak Gaul Malang (AGM). Ok, nanti saya tulis ya. Ketika memposting tulisan ini juga saya sedang flu berat. Kepala pusing, hidung meler, dan demam. Udah lama nggak sakit. Kayaknya terakhir pas bulan puasa. Doakan saya cepat sembuh. Aminnnn...
Bersiap nongkrong

November 25, 2016

Perjalanan ke Surabaya - Madura

Hi, sepulang dari Kamboja dan Vietnam, saya dan beberapa teman sebisnis-sepenanggungan melakukan bisnis trip ke Malang. Pesawat kami jam 5 pagi dan boarding jam 4.30. Kebayang nggak jam berapa saya jalan dari Depok? Jam 1.30 pagi! Saya jalan duluan dari Depok, jemput Rezki di Pancoran, lanjut jemput Khanti di Karet, baru deh kami jalan ke Bandara. Sepanjang jalan ke Bandara, kami sempat tidur sebentar. Nggak terasa udah sampai ke Soekarno Hatta International Airport, baru check in, terus masuk ke bording gate. Biar nggak terlalu ngantuk, sempat posting Instagram Story dulu, baru deh naik ke pesawat. Selama perjalanan ke Surabaya, saya tidur nyenyak di pesawat sampai mendarat.

Karena kami mau ambil mobil dulu ke Surabaya, jadi kami landing di kota ini terlebih dahulu. Beberapa bulan yang lalu belum sempat puas-puasin jalan-jalan sampai ke Madura juga. Jadi inilah saatnya, hihihi. Kami dijemput oleh Bang Reza (abangnya Khanti, salah satu partner bisnis saya) dan istrinya. Kami dibawa sarapan ke Soto Madura Wawan Premium. Saya agak kaget karena kami sarapan makan makanan berat banget. Soto Madura yang satu ini banyak banget dagingnya, ditambah telur, dengan porsi yang besar. Kami semua memesan minuman Teh Dorong (Es teh lemon). Udah seperti makan siang deh pokoknya sarapan kita.
Sarapan
Selesai sarapan, kami mampir ke rumah Abang Khanti terlebih dahulu. Kami bisa selonjoran sebentar sebelum akhirnya Khanti mau mengunjungi kantornya yang baru buka di Surabaya. Saya melihat ada beberapa orang mau interview disana. Teringat ketika dulu saya mau interview. Berpakaian rapi, deg-degan, dan berdoa (hal yang paling mujarab untuk menenangkan hati). Sekarang dengan enaknya melenggang ke kantor dengan ripped jeans. Good luck buat yang mau interview. Selamat datang di dunia kerja.
Quote
Setelah urusan Khanti di kantornya selesai, kami mampir ke Zangrandi Ice Cream. Katanya sih, es krim yang satu ini yang terenak seantero Surabaya. Berhubung Surabaya panas banget, jadi saya mau aja pas diajak makan es krim.
Plang Cafe
Zangrandi ini es krimnya banyak variasi, tapi harganya sedikit mahal. Cara mereka mendesain es krim supaya terlihat mengiurkan dalam satu piring itu oke banget. Piring dan gelasnya juga unik-unik. Kalau urusan rasa, menurut saya masih lebih enak es krim buatan adik saya, hahaha. Subjektif banget yaaa.... Nanti saya mau posting Dessert Cafe yang satu ini di postingan yang berbeda deh.
Es Krim Zangrandi
Puas makan es krim, kami ke Pulau Madura. Yang penting udah pernah menginjakkan kaki di Pulau yang berbeda dan tag tempatnya udah ada di blog, hihihi. Kami sengaja turun sebentar di jembatan, trus berfoto secara kilat, baru deh naik mobil lagi. Agak norak ya, maklumlah belum pernah kesini.
Pose di jembatan Suramadu
Kami sempat berkunjung ke pengrajin Batik Madura yang memang tokonya berderet di pinggir jalan. Teringat dalam satu tahun ini saya sudah melanglang-buana mencari kain batik terbaik seantero Jawa dengan harga termurah. Ternyata masi banyak batik-batik indah di Jawa Timur. Saya sampai minta kartu nama penjualnya karena bisa aja nanti perlu.
Batik Madura
Kalau ke Madura, belum lengkap rasanya kalau nggak makan Bebek Sinjay. Ini kali kedua saya makan bebek yang satu ini, tapi ini pertama kalinya saya makan yang di Madura. Tempat makannya luas dan gede banget. Tapi sistem mengantrinya 'nggak banget' deh. Kita bayar di kasir, trus rebutan menunggu makanan. Saya sampai keringetan banget. bete juga karena antriannya nggak rapi, seolah-olah semua orang menyerbu ke tempat pengambilan makanan sambil menyebutkan nomer di tiket masing-masing. Ini masih mending karena kami kesini bukan pas jam makan siang. Kebayang ngantrinya pas makan siang? Noooo!!!
Bebek Sinjay
Alhamdulillah dapat juga makanannya. Kami buru-buru makan karena udah nggak betah banget, lalu balik ke mobil. Lagian udah sore juga, sekitar jam 3an. Tujuan kami selanjutnya adalah Tretes, Pasuruan. Untung saya bawa bantal leher, jadi bisa tidur pulas selama perjalanan. Kebetulan memang abangnya Khanti ngasih kami supir, supaya nggak terlalu capek harus mikirin nyetir mobil lagi. Saya hanya bangun sebentar melihat kiri-kanan, sekalian berpikir ini udah sampai mana, lalu tidur lagi. Mana kebelet pipis.

Perjalanan ke Tretes ditempuh dalam waktu 2 jam. Sampai Tretes udah jam 5 sore dan Jawa Timur itu memang malamnya cepet banget. Awalnya mau mampir ke Air Terjun Kakek Bodo, tapi udah agak gelap. Kalau ke air terjun sore banget ntar turun kabut. Malah jadi seram. Sesampai kami di tempat penjual tanaman hias, kami langsung mengobrol dengan petaninya. Baru setengah jam ngobrol sama mereka, eh udah adzan magrib. Cepet banget adzannya, pukul 17.20. Kami hanya mengunjungi kebun sebentar karena udah malam. Mana lampu jalan telat lagi hidupnya, jadi agak spooky di daerah sini.

Selesai urusan dengan petani, kami melanjutkan perjalanan ke rumah om Khanti, sekalian silaturahmi. Memang esensi silaturahmi memperbanyak rejeki itu benar. Karena ternyata om Khanti malah tau kalau ada kebun juga di Sawangan, Depok. Ngapain saya jauh-jauh ke Malang kalau di Depok juga banyak tanaman hidup yang bisa dijual.

Sepulang dari rumah Om Khanti, kami tidur lagi di perjalanan dan akhirnya sampai juga ke Malang. Alhamdulillah. Nggak terasa udah jam 9 malam dan kami kelaparan. Kami nyobain makan Bakso Cak Man dulu dan terasa enaaaak banget. Apa karena kami lagi lapar ya?! Setelah itu baru balik ke Batu, Malang untuk cek in hotel Seulawah Grand View. Hotelnya bagus banget dan harganya muraaah sekali. Apalagi kami dapat pemandangan lampu kota langsung dari balkon kamar. 
Pemandangan lampu kota
Rasanya lelah sekali hari ini. Selamat tidur :)

Follow me

My Trip