November 05, 2016

Da Lat Tour Part 1

Kami berkenalan dengan guide bernama Jacky (kali ini namanya bukan nama buah) yang sangat ramah. Dia bercerita sedikit tentang kota ini yang memang kalau malam dingin banget, sehingga kami nggak usah tidur pakai AC. Bahasa Inggris Jacky juga enak banget, jadi kami nggak sulit untuk memahami apa yang dia ucapkan. 

Oh ya, saya dan Nida sengaja mengambil paket tur untuk mengunjungi beberapa air terjun yang indah di Da Lat. Kami sudah menyiapkan sendal gunung juga supaya nggak terpeleset kalau harus melalui bebatuan licin atau berlumpur. Katanya sih, Da Lat memiliki banyak air terjun terindah. Berhubung selama tinggal di Jawa Barat, saya banyak menemukan air terjun sangat indah, jadi ingin melihat di negara lain seperti apa sih air terjunnya. Oke deh, mari kita simak satu-persatu ya!

1. Datanla Waterfall
Tujuan kami pertama kali di Da Lat adalah Datanla Waterfall yang lokasinya sekitar 5 km dari kota Da Lat. Lumayan jauh sih, cuma karena kita pakai mobil dan nggak macet, jadi nggak begitu terasa jauhnya. Pemandangan selama di perjalanan nggak beda jauh kalau kita jalan di Sukabumi, Jawa Barat.
Datanla
Beli tiket
Sesampai di tujuan, kami nggak perlu membayar tiket masuk lagi karena udah termasuk dalam paket tour. Kata guide, air terjunnya ada di bawah dan kalau mau turun kesana kita harus naik roller coaster. Dengerin nama roller coaster aja kita udah syok duluan, apalagi pas tau kalau roller coasternya nyetir sendiriiii. Ah tidak, disetirin orang aja udah seram tuh roller coaster, apalagi kalau nyetir sendiri. 
Nyetir roller coaster
Pemandangannya cakep
Guide meyakinkan saya dan Nida kalau naik roller coasternya seru dan aman banget. Akhirnya karena nggak mau jalan kaki turun ke bawah, Nida membeli tiket untuk naik roller coaster perorang VND 50,000 pulang-pergi. Kami pun naik roller coaster yang hanya bisa dinaiki maksimum 2 orang. Kalau kalian mau, bisa sendiri juga sih, tapi kan seram. Nida menyuruh saya yang menyetir, padahal dia yang duduk di depan. Saya majuin pedalnya pelan-pelan tapi kok jadi kenceng bangettttt. Saya lepas pedalnya dan roller coaster tiba-tiba berhenti dan kami ketawa. Ditambah Nida teriak melulu, "Mumumumumumumut," dan saya ketawa melulu. Ada kalanya saya nggak nge-gas, tapi roller coaster jalan sendiri dan kenceng. Nida teriak sambil pegang kaki saya (emangnya dia kira kaki saya seat belt kali ya?) dan saya sih sepanjang jalan ketawa terus-menerus.
Jembatan di dekat air terjun
Air Terjun Datanla
Alhamdulillah kami sampai dengan selamat di Datanla Waterfall. Menurut saya sih air terjunnya biasa aja, cuma bersih banget. Konon katanya dulu air terjun ini merupakan pemandian para peri dari khayangan yang ditemukan oleh seseorang bernama The Kho. Mungkin agak mirip dengan cerita rakyat dari Indonesia, Jaka Tarub, yang melihat para bidadari mandi di danau (bukan di air terjun sih).
Perjalanan pulang
Minum teh
Setelah puas berfoto, kami balik lagi ke pos roller coaster. Kali ini petugas bilang kalau kami nggak usah pakai seat belt atau pun menyetir karena perjalanan pulang yang menanjak itu sudah dilakukan otomatis dari mesin roller coaster. Tetap aja saya pakai seat belt karena seram dan Nida masih memegang kaki saya, HAHAHAHA! Sesampai diatas, kami ditawarkan toko-toko souvenir untuk minum teh. Sebenarnya teh ini untuk tester sih, tapi berhubung saya haus, ya udah sekalian deh, hihihi. Pahit banget tehnya!

2. Xuan Huong Lake
Xuan Huong Lake memiliki luas 32 hektar dan kedalaman rata-rata 1,5 meter. Danau ini terletak di ketinggian 1,478 meter di atas permukaan laut dan dianggap sebagai jantung dari Dalat. Dulu, danau Xuan Huong adalah sebuah lembah yang dialiri oleh sunga Cam Ly dan juga merupakan tempat tinggal orang Lach (suku minoritas di Da Lat).
Danau Xuan Huong
Banyak pohon
Pada tahun 1919, sesuai dengan saran duta besar Mr. Cunhac (seorang sarjana sipil) untuk rencana membangun kota Dalat,  makan dibangunlah bendungan untuk menahan air dari sungai menjadi danau. Orang Perancis kemudian menyebut danau ini Lake Grand Lac. Pada tahun 1921 - 1922, di bawah komando Utusan Gamier, bendungan dibangun lebih tinggi dan lebih panjang. Pada tahun 1953, danau itu berubah nama menjadi Xuan Huong. 
Danau keren
Pemandangan disini adem banget karena dikelilingi pohon-pohon hijau. Kebetulan hari itu matahari nggak bersinar terlalu terik, jadi enak banget deh jalan-jalan disini. Sebenarnya tujuan ke Xuan Huong nggak termasuk dalam itinerary kita. Kebetulan saja kita melewati tempat ini, ya udah sekalian turun untuk berfoto.


3. Lang Biang Highland
Ntah sudah sampai mana perjalanan saya dan Nida, tiba-tiba saya melihat pemandangan super indah dan menyuruh guide untuk berhenti dan mengambil foto. Memang tempat ini salah satu spot foto terbaik karena kalian bisa melihat pemandangan luar biasa dari ketinggian.
Pemandangan dari ketinggian
Subhanallah
Sebagai informasi, tempat ini adalah daerah dataran tinggi Lang Biang yang terletak di sebelah Utara provinsi Lam Dong. Luas tempat ini kira-kira 275,440 hektar yang merupakan zona cadangan atmosfer dunia pertama di daerah Tay Nguyen, dan diakui oleh UNESCO pada tahun 2015. Kalau mau berfoto di tulisan LANG BIANG-nya memang bukan dari tempat saya berpijak. Tapi saya sudah cukup puas bisa menikmati pemandangan seperti ini saja, Subhanallah! 

4. Me Linh Coffee Garden
Kalau ke Vietnam, nggak sah kalau kalian nggak minum kopi. Sebenarnya saya nggak suka kopi, tapi mau gimana lagi, masa' nggak nyoba kopi Vietnam? Akhirnya saya pasrah saja dibawa ke sebuah Cafe paling terkenal di Da Lat untuk mencoba Weasel Coffee-nya. Lokasi tempat ini di Block 20, Village 4, Ta Nung district. Kalau di Indonesia terkenal dengan Kopi Luwak, di Thailand dengan Elephant Coffee, maka di Vietnam ada Weasel Coffee. Saya sampai harus browsing untuk mencari tau perbedaan Weasel dan Luwak. Kayaknya sih sama aja keluarga musang juga. Tapi ternyata beda, Luwak lebih hitam, kalau musang (Weasel) lebih cerah, hahahaha.
Biji kopi
Menganalisa kopi
Sebelum menikmati kopi, kalian bisa memilih sendiri mau minum jenis kopi yang mana. Yang paling sulit adalah ketika kalian nggak suka, nggak ngerti kopi, eh malah disuruh analisa semua biji kopi yang mau kalian minum. Mana mbak pelayan Cafenya sambil bercerita kelebihan dari masing-masing kopi dan saya nggak tau harus bagaimana menanggapinya. Saya tetap membeli beberapa sachet kopi disini untuk oleh-oleh, tapi kalau untuk minum di tempat sih saya pilih Weasel Cherry dan Weasel Mocha.
Weasel
Kopi untuk souvenir
Keunikan tempat ini adalah kalian bisa menikmati pemandangan super indah sambil menikmati secangkir kopi. Katanya sih, Cafe ini memang paling terkenal diantara anak muda dan abege. Yah, secara saya masih abege, wajar deh diajakin kesini, hihihi. Kalian bisa lihat sendiri betapa penuhnya tempat ini dengan para anak muda. Jadi penasaran, di Vietnam ada anak Alay nggak ya? Hahaha.
Suasana Cafe
Menikmati kopi
Disini kami menghabiskan waktu satu jam. Sekalian minta Jacky untuk mengajari bagaimana caranya minum kopi dengan alat yang disajikan barengan dengan minuman. Saya menaruh banyak gula ke kopi karena nggak tahan pahit banget. Apalagi Weasel Cherry itu udah pahit, trus ujungnya malah asem. Kata teman saya penyuka kopi, kopi seperti itu justru kualitasnya nomor satu. Teteup aja saya nggak ngerti enaknya dimana.
Souvenir
Kalau kalian mau belanja souvenir juga bisa di Me Linh Coffee Garden ini. Saya hanya beli beberapa magnet kulkas yang terlihat lucu saja disini.

5. Elephant Waterfall
Kali ini saya akan membahas salah satu air terjun dengan debit air sangat deras yang dinamakan Air Terjun Gajah. Kenapa gajah? Karena saking derasnya aliran jadi diumpamakan seperti gajah yang sangat kuat. Air terjun ini memiliki ketinggian 35 meter dan lebar 40 meter, dan merupakan air terjun terluas kedua di provinsi Lam Dong. Saya sempat merekam debit airnya untuk dimasukkan ke Instagram Story tapi sudah terhapus karena memang IG Story hanya bertahan 24 jam saja.
Air terjun
Derasss
Tracking ke bawah
Kalian tau, air terjun yang satu ini medannya agak sulit. Kalian harus turun ke bawah, melewati bebatuan licin, naik tangga curam, jembatan berliku, dan baru terlihat aliran arusnya doang. Kami masih harus turun lagi ke bawah, baru akhirnya bisa berfoto dengan air terjun. 
Sudah terlihat
Betapa derasnya
Belum selesai sampai disana, kami masih harus masuk ke Wind Cave (Goa) yang ada di belakang air terjun supaya lebih menikmati keindahannya. Nah, turun ke Goa ini agak menyusahkan. Selain karena kami harus menyempil masuk diantara bebatuan, mana batuannya licin dan berlumpur (tangan saya sudah penuh lumpur), kita juga harus perosotan di batu untuk turun ke dalam Goa. Saya sampai meminta guide untuk mencontohkan cara perosotannya gimana. Kami harus jongkok, lalu secara perlahan-lahan perosotan dengan menggunakan kaki. Belum lagi sendal gunung kan nggak licin, nggak bisa perosotan di batu. Jacky jadinya menarik kaki kami deh.
Hati-hati jalan di batu
Masuk Goa
Wind Cave
Pemandangan di dalam Goa (dibalik air terjun) indah banget. Seperti ada cahaya masuk silih berganti diatara debit air terjun. Saya lumayan kebasahan kena tempias, tapi segar banget karena kami juga udah keringatan. Oh ya, karena tempias air terjun terlalu deras, beberapa foto saya agak blur. Jadi saya posting foto yang dalam kondisi baik saja ya.
Cuci tangan
Setelah puas di Elephant Waterfall, kami kembali naik keatas, melalui sela-sela batu yang sama, jembatan, tangga yang curam, sampai akhirnya ngos-ngosan banget. Lama-lama saya bisa berotot kalau terus tracking naik turun gunung dan lembah seperti ini. Tapi nggak apa-apa karena saya senang sekali menjalaninya.

Baiklah, nanti saya sambung lagi ya karena postingan ini sudah terlalu panjang. Sampai jumpa!

Dear Jacky, if you read my blog, please correct me if there's a mistake on writing the name of the place. Thank you~~~

0 comments:

Follow me

My Trip