November 04, 2016

Perjalanan menuju ke Da Lat

Saya sampai di kantor tour guide untuk mengambil koper, lalu seharusnya langsung berangkat lagi menuju bandara. Sialnya, petugas yang ada di kantor tour malah baru saja memesan taksi. Dia bilang sih taksi datangnya cepet kok setelah dipesan. Saya percaya saja, lalu membayar VND 250,000 kepadanya. Kantor tour guide itu lumayan sempit, bahkan mungkin semua standar ruko di Ho Chi Minh City ini semua sempit. Saya sampai kesusahan untuk menggerek koper keluar saking sempitnya. Mana kantornya berantakan lagi, jadi semakin susah mengeluarkan koper ke jalan.

Saya dan Nida menunggu taksi di sisi jalan, sambil berharap-harap cemas karena taksinya belum ada yang datang. 5 menit, 10 menit, 15 menit, belum datang juga. Saya menyuruh mereka menelepon lagi taksinya karena saya takut telat ke bandara. Petugasnya memang ngebantuin kita melihat mana taksinya tapi dia ngeles juga bilang, "Biasalah jam pulang kerja memang agak macet." Lho, tadi dia bilang bakalan cepet datangnya. Ada taksi bandara lewat tapi ternyata dia malah berbelok ke arah yang lain. Rasa panik saya mulai memuncak dan saya hampir marah. Alhamdulillah akhirnya datang juga taksinya.

Setelah naik taksi, jalanan macet karena orang pada bubar kantor. Saya berdoa banget supaya nggak telat ke bandara. Kami mulai jalan jam 16.30, tiba di bandara jam 17.00, langsung cek in, dan pesawat Vietnam Airlines sedang boarding. Saya sampai harus berlari tapi alhamdulillah keburu bahkan sempat juga ke WC karena udah kebelet banget karena was-was tadi. Duh, paling males deh kalau harus mepet begini. Tapi selama saya ke luar negeri sih memang paling sering mepet. Mungkin yang enaknya memang bandara di luar negeri masih mau mempersilahkan kita boarding bahkan 15 menit sebelum pintu pesawat di tutup. 

Penerbangan ke Da Lat memakan waktu 50 menit saja. Saya heran ketika melihat bandara di Da Lat jam 18.35 sudah sepi banget. Bahkan lampu-lampu di bandara sudah pada mati. Mana nggak ada WIFI lagi. Saya dan Nida berjalan keluar bandara, celingak-celinguk kiri dan kanan untuk mencari kendaraan yang bisa mengantarkan kami menuju hotel. Akhirnya pilihan kita jatuh pada taksi. Karena memang nggak ada kendaraan lainnya. Alhamdulillah juga ketemu sama taksi yang pengemudinya masih muda dan santai. Jadi kami lebih nyaman.

Sudah lebih dari setengah jam berlalu, tapi kami belum sampai juga ke hotel. Diluar hujan deras dan berkabut. Saya mulai merasa seram. Duh, suasananya kok agak spooky ya? Mana jalanannya nggak ada lampu. Saya menghabiskan waktu dengan mengobrol sampai akhirnya sejam kemudian kami sampai di Nhat Vy Hotel. Resepsionis hotel keluar dan membantu kami mengeluarkan koper dari taksi. Ketika mau membayar taksi, saya agak kebingungan dengan uang VND jadi agak lama mengeluarkan pecahannya dari dompet. Ongkos taksi malam itu mahal banget, sekitar VND 300rban. Tapi ya sudah lah ya.

Hotel ini nggak ada elevator dan kamar kami di lantai dua. Resepsionis langsung mengangkat koper saya dan Nida keatas dengan santainya, padahal dia cewek. Kuat banget yah. Kamar kami ternyata nggak ada AC juga dan saya awalnya agak protes. Takut kepanasan. Kata resepsionis sih Da Lat kalau malam dingin banget, jadi nggak ada AC. Kami menginap di Hotel yang ada balkonnya. Saya sempat merekan video Instagram Story untuk memperlihatkan kepada keluarga dan teman-teman di Indonesia betapa berkabutnya kota Da Lat malam itu. WIFI di hotel ini juga super kencang. Jadi enak kalau mau update social media.

Oh ya, sewaktu saya sedang sikat gigi sebelum mandi, saya melihat bayangan putih dari jendela kamar mandi. Awalnya saya cuek karena saya sebenarnya nggak takut "dunia per-hantu-an". Saya melanjutkan sikat gigi dan bayangan itu lewat lagi. Saya kaget, lalu langsung sadar kalau ini kan lantai 2? Saya keluar kamar mandi dan bilang ke Nida kalau kayaknya ada hantu, hahaha. Karena penasaran, saya selidiki dulu jendela kamar mandi mengarah kemana. Ternyata memang masih di lantai yang sama dan tadi yang lewat itu resepsionis hotel. Baru deh saya lega dan melanjutkan mandi.

Setelah mandi, saya bertanya pada resepsionis apa besok bisa disediakan sarapan. Dia bilang sih ada Pho (mie Vietnam) yang enak banget dengan harga VND 50,000. Trus saya bilang, "No pork at all, ya!" Dan dia mengacungkan jempol tanda OK. Setelah saya selesai internetan, saya tidur deh. Besok paginya baru sadar kalau Da Lat dinginnnnn banget. Udah seperti sedang di Lembang, mungkin lebih dingin lagi. Saya jadi menunda-nunda mandi, tapi tour kami akan menjemput jam 8 pagi. Mau nggak mau harus berkemas, mandi, sarapan, dan check out.
Hotel Da Lat
Berkabut dan mendung
Kami turun sarapan sekitar jam 7 pagi. Karena nggak tega minta tolong resepsionis untuk mengangkat koper lagi, jadi saya dan Nida terpaksa angkat sendiri deh. Setelah itu kami menuju ruang makan yang berada di sebelah gedung hotel. Awalnya kami disajikan Pho yang agak mencurigakan dagingnya. Mungkin karena sering jalan ke luar negeri, saya tau bau makanan dengan daging babi dan ternyata memang ada daging babinya. Pelayan hotel minta maaf dan makanan kami di tukar dengan roti dan telur. Yah, lebih baik makan ini saja.
Sarapan
Selesai sarapan, kami check out dan menunggu orang tour datang. Tiba-tiba di lobby Hotel ada anjing yang samperin saya dan Nida dengan senangnya sampai kami teriak ketakutan dan hampir naik sofa. Resepsionis hotel langsung mengeluarkan anjingnya dan menutup pintu. Tapi ketika tour guide datang dan membuka pintu lobby lagi, anjingnya langsung kegirangan dan samperin kami lagi, dan kami teriak lagi. Akhirnya resepsionis menggendong anjingnya sampai kami naik ke mobil tour guide.

Baiklah, petualangan kami di Da Lat pun dimulai....

0 comments:

Follow me

My Trip