Sesuai dengan ayat Al-Qur'an berikut:
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk” (QS. Al Anbiya: 31)
Gunung Bromo |
Sebegitu takjubnya saya melihat Gunung Bromo. Mungkin Bromo bukanlah gunung terbaik seantero Indonesia. Tapi melihatnya berdiri kokoh bersebelahan dengan gunung Semeru, Masya Allah indahnya. Mungkin saya memang nggak sering hiking. Selain karena punya asma, saya juga nggak tahan dengan perubahan kepadatan udara di tempat tinggi (di atas gunung udara lebih tipis). Bisa tiba-tiba sesak napas. Makanya seumur hidup saya baru hiking ke Puncak Sikunir dan Penanjakan Bromo ini. Sewaktu di New Zealand, kami ke puncak gunung es menggunakan helikopter dan itu agak curang sih. Cuma duduk manis, eh udah sampai ke puncak.
Sebenarnya saya udah booking hotel di Cemoro Lawang, tapi supir malah membawa kami ke Probolinggo. Saya nggak tau juga sih karena sepanjang jalan tidur dan nggak ngeliatin GPS sama sekali. Tiba-tiba sudah sampai ke sebuah desa bernama Tosari. Kami parkir di sebuah lapangan, lalu mencoba menawar penginapan dan jeep. Walaupun supir kami bisa berbahasa Jawa, tapi kok kayaknya nggak ngaruh juga ketika menawar harga. Mana orang desa sini tuh kurang ramah dan bersikeras nggak mau di tawar. Bikin bete. Mending nggak usah naik jeep deh.
Kami keliling kota dulu sampai akhirnya ketemu orang yang menawarkan penginapan Rp. 150rb permalam. Kamarnya lumayan sih, tempat tidurnya agak jadul, ada air panas, tapi nggak ada handuk. Jadilah saya cuma cuci muka doang disitu. Saya mengeluarkan jaket thermal, lalu keluar dari penginapan untuk jalan-jalan. Sempat menawar harga ojek untuk ke penanjakan Bromo dan berhasil mendapatkan harga Rp. 100rb sudah termasuk tiket masuk. Lumayan lah ya.
![]() |
Akhirnya pakai jaket thermal lagi |
Menjelang Magrib, kami naik mobil untuk ke desa sebelah yaitu Wonokitri. Suasananya mulai dingin, tapi jaket thermal ini oke banget deh. Jadi nggak terasa dingin sama sekali. Kami makan ayam bakar dan teh panas bertiga dengan total Rp. 75rb. Kirain bakalan cuma Rp. 50rban karena ini kan masih termasuk desa. Mungkin tau kali yah kalau kami adalah pendatang apalagi dari Jakarta ya dimahalin.
Kami kembali ke Desa Tosari. Saya dan Rezki jalan-jalan keliling kota untuk menenangkan pikiran. Sebenarnya kemaren saya lagi bete karena orang yang mau ditemuin di Malang tiba-tiba ngebatalin dengan alasan ada acara kantor. Masa' nggak tau sih ada acara kantor di tanggal segitu? Padahal janjian udah sebulan sebelumnya, dan udah ngatur jadwal meeting 3 orang untuk digeser. Ya sudahlah, i don't have time for anger, ego and jealousy. Bete itu bikin saya lari-larian keliling desa sampai si Rezki kecapekan ngejar saya (kok jadi kayak film India). Mana kami sama-sama anak asma lagi, cuma energi saya kalau lagi bete jauh lebih besar. Ditambah lagi saya mulai PMS, hahaha! Sabar ya Ki, makasih udah temenin di kala ke-bete-an memuncak.
Karena kecapekan lari-larian, jam 7.30 malam kami pulang ke penginapan dan tidur. Besoknya harus bangun jam 3 pagi untuk berangkat ke penanjakan Bromo. Untung saya tipe orang yang bisa langsung terlelap dalam keadaan apa pun sampai alarm berbunyi jam 3 pagi. Saya bangun, ke kamar mandi dan nyalain air keran, lho kok malah mati? Saya keluar kamar, bertanya pada tukang ojek yang ada di luar penginapan dan mereka nggak tau dimana saklar pompanya. Akhirnya supir kami membangunkan pemilik rumah dan menyuruh beliau menyalakan air. Saya hanya cuci muka, sikat gigi, dandan sedikit (biar kece pas di foto), pakai jaket thermal, dan jaket kulit merah (supaya kalau di foto keliatan mentereng). Kami naik ojek masing-masing dan perjalanan ke Penanjakan Bromo pun dimulai. Awalnya sih saya santai aja duduk di bonceng. Lama-kelamaan karena terlalu menanjak, pantat dan paha jadi pegal.
Sempat berhenti sebentar untuk beli tiket masuk Taman Nasional Gunung Bromo, dan saya turun untuk meluruskan kaki. Setelah itu naik ojek lagi dan semakin menanjak. Duh, kapan sampenya ini? Paha dan pantat saya udah keram. Kami melewati Musholla yang dibangun bank Mandiri beberapa meter sebelum penanjakan. Hanya saja karena belum adzan, Mushollanya belum buka. Alhamdulillah akhirnya kami sampai di pintu masuk penanjakan. Saya turun dari motor pelan-pelan karena kaki saya udah kesemutan. Banyak banget orang yang nawarin sewa jaket walaupun udah ditolak berkali-kali. Mereka terus-menerus mendesak saya untuk menyewa jaket sekalipun saya bilang kalau jaket saya ini udah cukup tahan.
Kami naik beberapa anak tangga dan napas saya sempat terhenti. Nggak enaknya jadi penderita asma tuh ya gini. Kalau udah di ketinggian, udara menipis, kapasitas paru-paru semakin sedikit, jadilah saya ngos-ngosan banget. Saya sempat diam dulu mengumpulkan udara. Alhamdulillah nggak berlangsung lama sesak napasnya. Selanjutnya udah kayak biasa lagi. Sesampai di penanjakan Bromo, hari masih gelap, angin berhembus kencang, dan udara sangat dingin. Untungnya jaket saya udah oke banget. Saya jalan-jalan kayak biasa kesana-kesini untuk mencari spot foto terbaik. Si Rezki yang kasihan udah hampir beku dia ketika berdiri di pagar. Beberapa saat kemudian, cahaya matahari pun mulai bersinar.
Sunrise |
![]() |
Gunung Bromo |
Cemoro Lawang dari Penanjakan Bromo |
Gunung Bromo (dari bahasa Sanskerta: Brahma, salah seorang Dewa Utama dalam agama Hindu), adalah sebuah gunung berapi aktif di Jawa Timur, Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut dan berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang. Gunung Bromo terkenal sebagai objek wisata utama di Jawa Timur. Gunung ini menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif dan termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Peta gunung |
Bentukan Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo. Sayangnya, BMKG memperingatkan kita nggak boleh turun ke gunung atau mendekat kesana karena kawahnya masih aktif. Gunung Bromo ini bisa kapan saja memuntahkan laharnya. Jadi seram tapi sedih juga karena nggak bisa turun ke kawah.
Puas mengambil foto di Penanjakan, kami turun ke warung-warung untuk makan indomie pakai telur dan teh manis panas. Kami harus membayar Rp. 20rb untuk paket begituan doang. Gile yah, udah komersil banget nih Bromo. Setelah makan, saya dan Rezki naik ojek lagi untuk turun gunung. Abang ojek menyarankan kami untuk ke bukit cinta karena bisa melihat Gunung Bromo lebih dekat disana. Saya sih nurut aja, tapi trekking ke bukit cinta lumayan capek juga. Jalanannya nanjak banget dan terjal banget. Duh, badan udah mulai remuk redam.
Mari mendaki |
Foto dulu |
Tampak lebih dekat |
Saya agak takut juga berfoto di bukit cinta, karena memang tempat foto paling bagus harus di luar pagar pembatas. Sambil berdoa dan agak merangkak, saya beranikan diri untuk duduk di bukit dengan pemandangan langsung ke gunung Bromo. Selesai berfoto, kami kembali ke penginapan. Sempat beberapa kali berhenti juga sih untuk mengambil foto.
![]() |
Pose kalender |
Sesampai di penginapan, kami beberes baju dan koper lalu langsung memasukkannya ke dalam mobil. Kami mau menghemat waktu, jadi memang langsung pergi setelah puas mengambil foto Bromo. Suatu hari saya akan kembali lagi karena belum sah rasanya karena belum naik ke kawah. Baiklah, tujuan selanjutnya adalah Air Terjun Madakaripura yang harus kami lalui dengan jalan berkelok-kelok yang membuat saya hampir muntah.
Ditunggu ceritanya :)
2 comments:
Keren yah udah nyampe ke Gunung Bromo.
Babang pernah menang lomba mendaki Bromo sampe puncak, padahal lawannya badannya gede-gede semua hahaha
Posting Komentar