Saya menuliskan postingan kali ini agar saya bisa mengingatnya seumur hidup. Di penghujung tahun 2016 ini, saya melihat Indonesia berbeda. Seolah-olah persaudaraan antar sesama muslim semakin erat. Mungkin kita sudah terbiasa dengan stigma negatif kata "demo". Pokoknya kalau sudah ada isu besok tuh demo, ya udah deh kita nggak mau kemana-mana hari itu karena was-was akan keselamatan diri sendiri. Saya juga berpikir hal yang sama dan nggak mau mengambil resiko. Tapi saya tetap ingin mengingat aksi kali ini.
Aksi Damai 414
Beberapa hari sebelum Aksi ini, saya sudah menjadwalkan untuk tidak kemana-mana pada hari Jumat tanggal 4 November 2016. Saya sudah menggeser semua jadwal meeting dan nongkrong ke satu hari sebelum atau sesudah tanggal tersebut. Belum lagi isu katanya pasukan berani mati juga datang dan ternyata HOAX. Duh, kalau begini kan jadi ambigu. Ya sudah, saya hanya di rumah dan nonton tv untuk mengetahui perkembangan terbaru.
Ketika hari H, saya sempat takjub dengan aksi yang aman dan damai di Bundaran H.I dan diikuti sangat banyak orang. Bahkan beberapa teman kantor dan teman dekat juga ikut aksi tersebut. Saya kurang tau berapa orang persisnya tapi sempat memutihkan jalan protokol di sepanjang Bundaran H.I. Banyak sekali orang dari daerah datang dan semua aksi berlangsung damai, alhamdulillah. Tanaman tidak diinjak, tidak ada sampah, pokoknya aksinya sangat rapi dan bermartabat. Hanya saja menjelang malam mulai ada kerusuhan yang membuat saya mulai ragu ini beneran damai apa nggak. Hmmm, apa pun yang terjadi kala itu, saya tetap mencoba berpikiran positif.
Super Damai 212
Aksi yang satu ini benar-benar membuat saya terharu. Kalau aksi damai 414 yang ikutan sudah sangat banyak, kali ini lebih banyak lagi. Bahkan para tetangga, tante, om, yang saya kenal, pada ikutan semua. Ada yang booking satu pesawat juga. Saya jadi tergerak untuk ikut tapi saya sedang flu berat. Jangankan mau ke Monas, ke apotik aja nitip sama tetangga.
Saya bisa melihat kedamaian di aksi doa bersama ini. Semua orang duduk rapi di Monas, seolah-olah melihat barisan di Masjidil Haram. Banyak yang membagikan makanan, menyediakan air untuk berwudhu, menyediakan toilet darurat, membagikan sajadah, dan kegiatan positif lainnya. Para ulama terus menyerukan untuk berdoa bersama dengan khusyuk, tidak membuang sampah sembarangan, terus melafalkan tahlil, tidak berdesak-desakan, dan pada akhirnya semua pada tertib.
Hari itu juga dilaksanakan shalat Jumat dengan jamaah terbanyak di Indonesia (sekitar 7 juta orang) dan mungkin terbanyak di dunia. Segala kalangan masyarakat termasuk para ulama, pegawai kantoran, dan artis pun ikut di dalamnya. Bahkan presiden dan wakil presiden pun ikut shalat bersama. Tiba-tiba hujan rintik-rintik pun turun. Ini bukan pertanda alam tidak setuju dengan aksi ini tapi keberkahan turun sangat banyak ketika hujan.
Rasulullah ﷺ ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan:
اَللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
Allahumma shoyyiban naafi’an
“Ya Allah, jadikanlah hujan ini hujan yang membawa manfaat.” (H.R. Al-Bukhari)
Aksi ini berakhir dengan sangat sangat damai. Semua pulang ke rumah masing-masing dengan tertib. Betapa indahnya hari Jumat tanggal 2 Desember 2016 yang lalu. Sebagai informasi, Aksi Damai 411 dan 212 hanya untuk berdoa agar proses hukum terhadap seseorang yang diduga menistakan agama dilakukan secara akuntabel, transparan, independen dan tidak memihak. Insya Allah doa begitu banyak orang di waktu hujan akan menembus langit dan dikabulkan oleh Allah.
0 comments:
Posting Komentar