Sudah lama nggak posting cerita. Berhubung antrian postingan sebenarnya masih banyak banget, jadi saya kasih intermezzo dulu ya. Berikut adalah sepenggal cerita saya dengan seorang pengemudi ojek online yang biasa saya tumpangi di sebuah stasiun. Seperti biasa, saya tambah bumbu penyedap agar enak dibaca. Cekidot!
***
Sebagai orang yang sudah lama tinggal di Jakarta dan sekitarnya, kalian pasti tau kalau hampir setiap pagi kita akan dihadapkan dengan kemacetan yang luar biasa. Karena itu, aku lebih suka naik kereta dari Depok ke Jakarta, lalu pesen ojek online di stasiun Tebet. Terserah orang mau bilang apa tentang aku yang suka naik kereta dan ojek, aku lebih suka menghemat waktu daripada harus tetep gaya naik mobil kena macet, hahaha. Dan biasanya aku pasti mengobrol dengan abang ojek.
Kali ini obrolannya lumayan seru.
“Kerja apa kuliah, Mbak?”
Duh, apa se-baby face inikah wajahku sampai selalu disangkain anak kuliahan. “Kerja, mas.”
“Kok baru jalan jam segini?”
Aku melihat jam, oh iya udah jam 10.30 siang. “Saya ada interview jam 11 siang mas.”
“Di gedung ABC?”
“Iya, Mas.”
“Saya juga Mbak, tapi jam 2 siang nanti.”
Wah, kok kebetulan. “Interview di perusahaan apa mas?”
“Di PT Keren mbak. Tau nggak mbak?”
Aku langsung syok. Dia bakalan interview di perusahaanku. “Nggak tau mas. Perusahaan apa itu?”
“Start up mbak. Pemilik perusahaannya traveller juga. Cewek lagi. Keren deh pokoknya.”
Aku langsung Ge-eR, “Wah, mas naksir ownernya ya?”
“Nggak sih. Nggak tau juga berapa umurnya. Mungkin sekitar 25 tahun kali ya.”
Kok bahas umur? Pikiranku langsung sensi. Tapi bagus juga disangkain masih berumur 25 tahun, yeay!
“Trus, startup itu apa mas?” tanyaku pura-pura bego.
“Perusahaan baru mbak. Usia perusahaan kurang dari 3 tahun, jumlah pegawai kurang dari 20 orang, pendapatan kurang dari $ 100.000/tahun, masih dalam tahap berkembang, umumnya beroperasi dalam bidang teknologi, produk yang dibuat berupa aplikasi dalam bentuk digital, dan biasanya beroperasi melalui website."
Aku terpana.
"Ngerti nggak, Mbak?”
Gile ni supir ojek kece banget. “Nggak ngerti Mas, otak saya nggak sampe situ. Trus, kenapa mas mau masuk situ?”
“Mungkin karena startup itu dibuat sebagai solusi dari masalah masyarakat mbak. Kayak ojek online nih, dibuat startup ojek supaya memudahkan kita tukang ojek cari penumpang, dan penumpang nyari tukang ojek. Biasa startup dibuat oleh orang-orang kreatif mbak, karena sekarang cuma orang kreatif yang bisa mengubah dunia. Saya pengen banget jadi bagian dari orang-orang itu.”
Aku terpana lagi, Bahkan sampai melongo. Gile ini supir ojek keren abis.
“Mas udah lulus?”
“Belum mbak, semester 7 sih. Mata kuliah tinggal dikit kok.”
“Kalo ngojek online begini, dapat berapa sebulan?”
“Sekitar 8 juta mbak.”
“Gaji saya aja 5 juta mas. Kalau saya keterima di perusahaan baru ini pun, cuma naik Rp. 500rb doang.”
“Tapi kan kalo tukang ojek, ditulis di CV nggak keren mbak. Makanya saya mau kerja di PT Keren, supaya bagusin CV dan emang perusahaannya di bidang startup mbak. Saya suka. Kalau istilah kekiniannya, saya ‘passion’ disitu mbak.”
“Apaan passion, Mas?” aku pura-pura bego lagi.
“Definisinya nggak tau juga sih mbak. Tapi passion itu kayak cinta mbak. Kalau udah cinta sama sesuatu kan kita rela berjam-jam ngerjainnya, sampai malam malah. Bahkan rela juga untuk belajar cara menaklukkannya mbak. Kayak naklukin cewek gitu kan harus passion mbak, karena cinta. Ciehhh!”
Aku ngakak. “Analoginya aneh banget mas.”
Mas ojek juga tertawa ngakak.
Aku lalu terdiam. Tidak lama kemudian kami sampai di gedung ABC.
“Semangat ya mbak interviewnya. Doakan saya juga!” kata mas ojek sambil menerima helm dariku.
Aku masuk ke gedung sambil memberikan bintang 5 kepada tukang ojek bernama Ryan.
Pukul 2 siang, aku duduk di ruang rapat bersama Manager HRD dan seorang direktur Marketing, bersiap untuk menginterview. Seseorang mengetuk pintu dan kami mempersilahkannya masuk. Cowok itu adalah Ryan, dan dia syok melihatku. Aku tersenyum dan kami berjabat tangan. Manager HRD menanyakan beberapa pertanyaan standar tentang gaji dan jam kerja. Sedangkan temanku direktur Marketing hanya menyuruh Ryan untuk menceritakan tentang dirinya.
Selesai dua orang temanku menginterview Ryan, aku gantian yang ngomong. “Kamu tau, ruang interview pasti membuat kamu nggak se-rileks ketika kita ngobrol tadi. Kamu bisa memaparkan apa itu bisnis startup dengan sejelas mungkin tadi. Saya kaget, sekaligus kagum. Termasuk kagum juga dengan analogi ‘passion’ versi kamu.”
Ryan masih terdiam dan terbelalak.
Aku bangun dan menyodorkan tangan untuk bersalaman, “Selamat datang di PT Keren. Mari bersama-sama menjadi orang kreatif untuk mengubah dunia.” Kataku tersenyum.
2 comments:
BIsa nih dibikin film ceritanya....
gw mau jadi tukang ojek onlne aja, gajinya 8 juta sebulan trus banyak jalan2 hahahaa
Posting Komentar