Setelah mandi sore, saya menunggu teman abang saya bernama Mbak Rimbun yang berencana bakalan menginap di hotel bareng saya. Sekalian mau menemani saya dan Rezki malam mingguan di Surabaya. Setelah menunggu, akhirnya mbak Rimbun datang dan menaruh barang dulu di kamar saya. Kami mengobrol sejenak sambil menunggu adzan magrib. Ketemu mbak Rimbun itu seperti flash back ke masa-masa di komplek PIM, walaupun dulunya mbak yang satu ini bukan genk abang saya, hahaha.
Setelah magrib, kami mulai menyusuri kota Surabaya dengan menggunakan Uber:
Calibre Coffee Roasters
Warung kopi keren yang satu ini terletak di Jalan Walikota Mustajab No. 67 - 69, Ketabang, Genteng, Surabaya, telepon: (031) 5454801. Sebenarnya agak salah kalau nongkrong di Cafe Kopi dulu sebelum makan berat. Karena kalau udah minum kopi, coklat, atau green tea begituan pasti bawaannya kembung dan kenyang. Suasana cafe ini lumayan cozy dan banyak anak muda yang ikutan nongkrong disini.
![]() |
Anak Gaul Surabaya |
![]() |
Coklat Dingin |
Balai Kota
Dari Calibre, kalian hanya tinggal jalan kaki menuju tempat ini. Mungkin tulisan 'Balai Kota' adalah tempat wajib untuk berfoto ketika ke Surabaya. Kalian bisa melihat air mancur yang ada di depan tulisan dan banyak banget anak-anak mandi disitu. Mana lucu banget karena mereka berdiri di titik air, lalu ketika air muncul mereka tersiram seluruh tubuh. Saya sih males basah-basahan disitu. Mana saya pakai high heels. Tapi sempat merekam momen-momen lucu disana, hihihi.
![]() |
Balai Kota |
Sate Klopo Ondomohen Ibu Asih
Dari Balai Kota, kami berjalan menuju Sate Klopo di Jalan Walikota Mustajab No. 36. Katanya sih sate klopo ini salah satu kuliner wajib di ibukota Jawa Timu. Sewaktu datang kesini, tempatnya penuh. Untung aja kami bisa dapat tempat untuk makan. Kami memesan 20 tusuk sate daging, nasi, dan teh manis dingin.
![]() |
Ibu-ibu bakar sate |
![]() |
Makan sate |
Keunikan dari sate ini adalah dimasak pakai kelapa yang sudah di sangrai tapi nggak sampai gosong. Enak banget rasanya karena ada rasa gurih dari kelapa. Berhubung saya nggak begitu suka sate, jadi saya makan sedikit aja. Rezki dan mbak Rimbun yang makannnya lumayan banyak. Harga satenya juga nggak begitu mahal, hanya Rp. 2000 untuk satu tusuk.
Night Market - Food Festival Pakuwon City
Semula kita mau ngeliat air mancur warna-warni tapi jalan kesana malah ditutup. Akhirnya kami berbelok ke Night Market yang pernah saya kunjungi di bulan Mei kemarin. Dulu sih sewaktu kami kesini malah hujan deras dan membuat kami harus makan di dalam mobil. Kali ini sewaktu datang kesini cuaca sangat mendukung. Sayangnya saya udah kenyang banget, jadi nggak begitu kuat kalau harus makan lagi. Akhirnya hanya beli pie dan martabak duren aja.
![]() |
Selfie dulu |
Setelah benar-benar kekenyangan, kami pulang ke Hotel sekitar jam 10 malam. Untuk saya sih jam segitu masih masuk dalam ungkapan "The Night is Still Young", tapi udah nggak tau lagi mau ngapain di luar. Alhasil cuma cerita-cerita doang nostalgia selama di komplek PIM dulu. Sekalian me-refresh ingatan saya yang udah tergerus tsunami ketika di Aceh dulu hahaha. Abis tsunami memang saya agak amnesia tentang masa kecil.
Kami tidur sekitar jam 1 malam, bangun shalat shubuh jam 4 pagi, tidur lagi, sarapan jam 9 pagi, balik kamar, leha-leha sejenak, baru mandi. Nanti malam saya dan Rezki sudah harus pulang ke Jakarta dan kami berencana menjenguk Papa mbak Rimbun dulu. Sekalian silaturahmi dengan orang-orang PIM teman-teman Papa. Menyambung silaturahmi itu kan menambah rezeki.
Kepiting Cak Gundul
Sebelum ke rumah Mbak Rimbun, kami mau makan kepiting dulu yang namanya lumayan Legendaris di kalangan food blogger bernama Kepiting Cak Gundul. Lokasinya berada di Jalan Raya Kupang. Tempatnya agak kecil, bukan resto besar seperti Bandar Jakarta di Ancol. Karena udah check out Hotel, saya jadi bawa-bawa koper ke tempat makan yang satu ini. Tapi nggak apa-apa juga sih karena bisa naruh kopernya di pojokan.
![]() |
Menu makanan |
![]() |
Struk |
Kami memesan kepiting 2 piring dengan bumbu saus padang. Sebenarnya bingung juga kami pesan kepiting porsi yang mana dan sekalinya keluar 2 piring besar kepiting remuk. Yang paling bikin capek adalah cara makannya. Kami harus konsentrasi penuh untuk membuka cangkang kepiting bahkan sampai nggak ngobrol satu sama lain. Yang bikin agak syok lagi sewaktu liat tagihan udah hampir Rp. 500rb hahaha. Makan kepiting memang mahal ternyata. Tapi yang membuat saya agak nggak rela mungkin karena ini bukan Resto besar seperti King Crab atau Cut The Crab di Jakarta. Bukan tempat yang Instagramable juga.
![]() |
Selfie dulu |
Setelah makan, kami mampir ke rumah mbak Rimbun. Karena turun di jalan besar, saya harus mendorong koper lagi sampai ke rumahnya. Ngeliat Mamanya mbak Rimbun jadi flashback lagi. Memang saya kurang inget sama Papanya, tapi Mamanya inget banget karena sering keliatan dulu sama Mama saya. Saya jadi kangen sama Papa saya kalau melihat orang-orang PIM dulu. Kami mengobrol lama sambil makan rujak cingur. Sampai akhirnya kami harus berpamitan pada pukul 4 sore dan naik Uber ke bandara.
Mungkin tahun depan saya baru bisa lagi ke Surabaya dan Malang. Dan pada saat kesempatan itu datang, mungkin saya bakalan lebih banyak lagi bersilaturahmi.
Oh ya, ini adalah postingan saya ke 800! Horreeee, sudah banyak banget tulisan saya. Kalau satu postingan itu sebanyak 3 halaman, berarti saya sudah menulis 2000an halaman dong. Semoga bisa terus menulis, aminnnn.....
Oh ya, ini adalah postingan saya ke 800! Horreeee, sudah banyak banget tulisan saya. Kalau satu postingan itu sebanyak 3 halaman, berarti saya sudah menulis 2000an halaman dong. Semoga bisa terus menulis, aminnnn.....
2 comments:
makan yang banyak ya mut, supaya cepet gede. kayaknya kamu makin kurus deh hihihiii
wah jalan jalan ke surabaya bawa oleh olehnya apa nih
Posting Komentar