Januari 09, 2017

Perjalanan Menuju Tanah Haram

Saya tidak pernah berpikir kalau suatu hari saya akan mengunjungi Tanah Haram. Mungkin beberapa dari kalian belum mengerti mengapa dinamakan Tanah Haram. Tanah haram, artinya tanah yang tidak halal untuk dilanggar.” (al-Misbah al-Munir, 2/357).

Tanah ini haram dengan kemuliaan yang Allah berikan, sampai hari kiamat. Tidak boleh dipatahkan ranting pohon-nya, tidak boleh diburu hewannya, tidak boleh diambil barang hilangnya, kecuali untuk diumumkan, dan tidak boleh dicabut rerumputan hijaunya. (HR. Bukhari  3189 & Muslim 3289)

Tanah Haram sendiri meliputi kota Mekkah dan Madinah. Sesungguhnya dua kota ini adalah yang paling suci dalam umat islam dan keamanan kota-kota memang telah dijamin oleh Allah SWT. Karena siapapun yang membuat kekacauan di Madinah atau Mekkah, maka ia akan lebur seperti leburnya garam di dalam air ((HR. Bukhari no:1877).

Tanah Haram juga dijaga pintu pintunya oleh para Malaikat berpedang, sehingga di akhir zaman Dajjal tidak akan mampu menginjakkan kaki ke dua kota tersebut. Tempat ini juga telah didoakan para nabi dan Rasul sehingga kemakmurannya telah terjamin sepanjang masa. 
Para tas kabin
Memantapkan niat saja tidak cukup untuk datang ke Tanah Haram, apalagi saya baru kali ini melakukan perjalanan yang dikhususkan untuk beribadah dan ikut dengan tour bernama Belangi. Saya membaca banyak buku untuk mengetahui detil tentang kota Mekkah dan Madinah karena saya nggak mau menjadi orang yang ikut-ikutan orang mau umroh doang. Umroh memang harus dari hati, sehingga bisa fokus. Saya juga harus memakai baju seragam yang disediakan travel agent, koper, tas kabin, dan tas paspor juga seragam semua. Bahkan mukenah aja sama, tapi saya nggak mau bawa. Awalnya saya merasa aneh karena biasanya saya bawa koper sendiri dengan style traveling sendiri tanpa ada yang mengatur. Agak merasa nggak nyaman juga karena semuanya harus mengikuti aturan dari travel. Apalagi koper harus di cek in sehari sebelum keberangkatan dan saya jadi bingung mau menyisihkan baju yang mana dulu untuk tidur semalam lagi di Banda Aceh. Jadi harus pinjam piyama dari sepupu saya.
Koper
Ketika hari H, passpor dan name tag dibagi ke masing-masing orang. Passport case saya yang keren itu sudah berganti dengan case dari travel. Duh, bahkan passpor pun harus kembaran dengan orang lain. Rombongan kami masuk ke ruang tunggu dan menyantap makan siang di dalam. Agak aneh karena seharusnya mana boleh makan di ruang tunggu. Setelah makan, kami shalat Zuhur jamak Ashar, lalu naik pesawat Garuda Indonesia langsung ke Jeddah. Baru kali ini melakukan perjalanan super jauh bersama Mama dan adik. Biasanya sih sama teman-teman saja.
Passpor dan Name Tag
Seperti biasa, pesawat belum terbang, saya sudah tertidur hahaha. Saya gampang banget tidur di pesawat. Saya bangun ketika makanan dibagikan, lalu tiba-tiba nggak bisa tidur lagi. Enaknya karena pesawat Garuda, saya bisa nonton film-film yang termasuk baru seperti Kung Fu Panda 3 dan AADC 2 (mau beribadah nonton film romantis dulu). Setelah beres nonton 2 film, kami dibagikan makanan lagi. Saya mengintip ke luar jendela dan melihat pemandangan padang gurun tandus membentang sejauh mata memandang. Subhanallah! Biasanya selalu mendarat di negara yang hijau, sekarang negara padang pasir nan gersang.
Selfi dan bersiap tidur
Beberapa saat kemudian, pilot memberikan pengumuman untuk yang mau langsung umroh bisa mengganti pakaian ihram di bandara King Abdul Azis, Jeddah. Berhubung kami akan langsung ke Madinah, jadi nggak perlu berihram di bandara. Alhamdulillah kami mendarat juga setelah 8 jam duduk manis di pesawat. Hal yang pertama saya cari di bandara adalah WIFI dan ternyata malah nggak ada. Saya kagum melihat orang-orang yang mau proses ke imigrasi sambil menggunakan pakaian ihram. Jadi sadar, oh ternyata saya benar-benar sudah berada di Arab Saudi. Sewaktu passpor saya mau di stempel, petugas mengecek semua Visa saya satu persatu mulai dari Jepang, China, Hong Kong, sampai New Zealand. Setiap melihat Visa, petugas melihat wajah saya, lalu lihat Visa lagi, lalu lihat wajah saya lagi. Duh, saya jadi buang muka akhirnya.
Bandara King Abdul Azis
Atapnya seperti tenda-tenda
Setelah shalat jamak Magrib dan Isya, kami berjalan menuju bus. Enaknya ikut tour jadi nggak usah mikirin ambil bagasi. Adik saya membeli kartu telepon seharga 70 Riyal dan akhirnya ada internet juga. Langsung pusing membaca pesan yang bertumpuk-tumpuk. Rombongan tour Belangi harus menunggu sejenak (lumayan bisa internetan dulu), baru bisa naik bus untuk menuju kota Madinah. Kami dibagikan makan malam dan saya makan seadanya saja karena hari ini sudah makan 5x. Setelah makan, saya minum obat (mulai flu) dan tidur di jalan menuju Madinah. Oh ya, ditengah jalan, bus berhenti di rest area karena mungkin saja ada jamaah yang mau ke toilet. Sewaktu saya turun dari bus, saya langsung kaget dengan suhu udara dinginnnnnn bangettt. Saya sampai gemetaran saking nggak ada persiapan dan langsung bersin-bersin. Haduwh, pusing banget ini rasanya. Seandainya jaket thermal saya ada di ransel, sudah pasti saya pakai. Sayangnya jaket malah di koper.

Saya buru-buru ke WC lalu balik ke bus. Setelah itu lanjut tidur sampai masuk Madinah, kota dimana islam memancarkan cahaya Syariah Islamiyah sehingga disebut dengan Madinah Al-Munawarrah (Madinah yang Bercahaya). Karena akan memasuki Tanah Haram, kami memanjatkan doa terlebih dahulu agar tubuh, hati, dan pikiran menjadi suci. Yang membuat saya super antusias dan merinding adalah ketika ustadz menunjukkan pintu pagar Mesjid Nabawi yang begitu indah, megah, dan mewah. Karena saya sudah sangat dekat dengan makam Rasulullah ﷺ, Abu Bakar As Siddiq, dan Umar bin Khatab yang biasanya hanya saya lihat di tv dan buku. Maka meneteslah air mata ini...

Assalamu'alaika yaa Rasulullah 

2 comments:

MiawGuk mengatakan...

Mutia... your face is soooo flawless.. Salam u mama dan keluarga.

Cipu Suaib mengatakan...

Well so the story begins.... Gua sih berharap lu gak dilamar sama orang Arab di tengah jalan, seperti beberapa temen gua yang umrah Mut

Follow me

My Trip