Februari 11, 2017

Dear Masjidil Haram, Sampai Bertemu Lagi

Selama di Mekkah, saya hanya 2 kali berumroh. Pertama Miqat di Bir Ali, yang kedua di Ji'ranah. Adik saya berumroh sampai tiga kali dan yang ketiga bermiqat di Hudaibiyah. Jarak antara umroh pertama dan kedua agak lumayan lama, tapi dari umroh kedua dan ketiga hanya selang sehari. Belum pulih lelah kemarin dan saya harus berumroh lagi jadi kurang sanggup. Belum lagi bekas operasi di telapak kaki sudah cenat-cenut banget dan saya sudah terserang batuk.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anh, “Sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda, “Umrah satu ke Umrah lainnya adalah penebus dosa antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada pahala baginya selain Surga.”
Masjid Ji'ranah
Sebenarnya yang paling berat untuk saya adalah Tawaf (berkeliling Ka'bah berlawanan arah jarum jam) dan Sa'i (berlari kecil antara bukit Safa Marwah) karena harus menapak kaki di lantai dengan hanya beralaskan kaos kaki. Seandainya boleh pakai sepatu olah raga, mungkin saya bakalan sanggup untuk terus-menerus Tawaf dan Sa'i. Ternyata menahan sakit di telapak kaki itu membuat otot betis gampang keram dan terasa sampai paha. Padahal naik gunung sanggup karena pakai sepatu sih. Tapi nggak apa-apa, alhamdulillah semua selesai dengan baik. Di beberapa Tawaf, saya hanya berdua dengan Mama dan tidak ditemani adik saya lagi. Udah mulai berani dan nggak takut hilang, hihihi.

Pernah suatu kali saya dan Mama Tawaf setelah shalat Ashar dimana hari masih terang dan suhu udara lumayan panas. Ketika kami melewati Hijr Ismail, akan terasa angin dingin seperti hembusan AC, bahkan terkadang berbau harum. Padahal jarak dari dalam mesjid yang ber-AC dan Ka'bah sangat jauh jadi tidak mungkin AC bisa sampai ke daerah Hijr Ismail. Mungkin karena biasanya ber-Tawaf malam hari, agak nggak sadar kalau ada udara dingin di Hijr Ismail karena memang Mekkah di malam hari lumayan dingin udaranya. Hijir Ismail merupakan bagian Ka’bah yang memiliki keistimewaan tersendiri. Bagian ini pun merupakan salah satu tempat mustajab untuk berdoa di bawah talang emas. Dalam buku Fi Rihaabil Baitil Haram dikisahkan, bahwa Nabi Ismail pernah mengeluhkan panasnya udara Makkah. Maka Allah berfirman kepadanya: 

"Sekarang aku buka di Hijirmu salah satu pintu surga yang dari pintu itu keluar hawa dingin untuk kamu sampai hari kiamat nanti". Siapa saja yang beruntung, ia akan merasakan angin surga (hawa dingin) sewaktu berthowaf melintasi Hijir Ismail”.

Semoga kami menjadi orang-orang yang beruntung. Pintu masuk ke Hijir Ismail juga selalu dijaga malaikat yang selalu mendoakan ampunan dan kebaikan bagi siapa saja yang melakukan sholat sunnah mutlak didalamnya. Sayangnya karena terlalu ramai disana, agak tidak mungkin saya berdesakan masuk. Ya sudahlah, berdoa dari luarnya saja. Rasanya setiap mengelilingi Ka'bah, karena semua tempat sangat dikabulkannya doa, maka saya terus berdoa juga mendoakan keluarga dan teman-teman saya. 
Doa of the year
Hari terakhir di Mekkah, sebelum kembali ke Jeddah, kami harus Tawaf Wada' (Tawaf perpisahan) dulu. Ustadz menyarankan kami Tawaf setelah sarapan, sedangkan saya, Mama, dan beberapa saudara langsung melakukan Tawaf setelah shalat Shubuh karena masih dingin udaranya. Selesai Tawaf dan shalat sunnah Tawaf, kami minum air Zam-zam. Saya duduk menghadap Ka'bah dengan tatapan sendu dan berdoa supaya saya bisa sering kemari, dikaruniai rejeki yang banyak, dan tetap bisa kesini dengan orang-orang yang saya cintai. Ah, seandainya Papa masih ada, pasti Papa bakalan senang banget karena saya dan adik akhirnya bisa sampai ke Ka'bah.
Setelah selesai Tawaf Wada'
Dear Papa, I miss you

Setelah Tawaf Wada', kami kembali ke hotel untuk sarapan, mandi, dan berkemas. Koper kami bertiga sudah beranak-pinak tapi akhirnya bisa cukup juga barang-barang masuk ke dalam koper dan tas-tas yang mengiringinya. Hampir 3 minggu di Tanah Haram, dengan pekerjaan hanya beribadah saja itu sangat menenangkan. Walaupun internet seadanya, saya jarang buka laptop juga, tapi saya senang aja. Sangat menikmati waktu-waktu beribadah karena mengingat pahalanya seperti beribadah 80 tahun.
Perbatasan kota Mekkah dan Jeddah
Pemandangan di jalan ke Jeddah
Kami kembali ke Jeddah ketika makan siang. Saya tidur di dalam bus kecuali ketika makan siang dibagikan. Setelah makan, tidur lagi, sampai akhirnya tiba di Balad, dimana kalian bisa belanja juga. Saya tetap tidur saja karena ngantuk banget. Setelah dari Balad, kami mampir ke mesjid terapung untuk shalat jamak Zuhur dan Ashar. Nama sebenarnya mesjid ini adalah Masjid Arrahmah tapi orang Indonesia menyebutnya terapung karena memang berada di pinggir pantai. Pemandangan laut disekitar sini sangat indah tapi juga sangat menyilaukan. Anginnya juga kenceng. 
Lagi sok kece
Masjid Terapung
Kami tiba di bandara King Abdul Azis sebelum magrib. Ustadz Hakam mengurusi semua bagasi, sehingga kami tinggal menunggu saja. Kalau kalian membeli kursi yang biasa dipakai di masjid untuk shalat, harus di wrap dulu baru bisa masuk ke bagasi. Oh ya, karena ini adalah penerbangan langsung, kalian bisa memasukkan beberapa botol air Zam-zam di dalam tas kabin. Lumayan banget 'kan? Saya sampai bawa 3 botol aqua kecil air Zam-zam. Kalau saja penerbangannya transit di Kuala Lumpur, udah pasti air Zam-zamnya dibuang. 
Bus selama di Madinah dan Mekkah
Malam itu pesawat delay sekitar 2 jam dan saya menunggu sambil mengobrol dengan beberapa jamaah yang lain. Banyak sekali yang hotelnya jauh dari Masjid dan alhamdulillah hotel saya sangat dekat. Hampir semua jamaah di dalam ruang boarding sudah terserang batuk. Semua pada sakit nih. Kami akhirnya boarding. Kali ini dapat kursi di bagian depan yang seharusnya untuk kelas bisnis tapi sempit banget jadinya. Nggak ada TV lagi. Berhubung udah ngantuk banget, ya sudahlah terima saja. Yang kasihan Mama karena mulai demam. Untung aja ada jamaah yang punya paracetamol sehingga demam Mama bisa turun.

Kami sampai ke Banda Aceh jam 10 pagi dan jam 1 siang berjalan pulang ke Matang Glumpang Dua, kota dimana saya tinggal. Kami naek mobil L300 ke Matang dan supir travel sampai agak syok melihat barang kami banyak banget, hahaha. Rasanya badan capek banget deh. Pengen tidur aja sepanjang jalan. Sampai di rumah saya agak jetlag, jadi mau tidur agak nggak ngantuk. Jadi bermain saja sama keponakan yang udah lebih gendut padahal baru ditinggal beberapa minggu. Adik saya sudah menyiapkan semua obat mulai dari antibiotik, obat batuk, dan flu untuk menyambut saya Mama yang udah pada tepar semua.

Berumrah ini sangat berbeda dengan semua perjalanan yang saya lakukan ke luar negeri. Kalau liburan menentramkan pikiran, tapi berumrah menenangkan batin. Hal yang seumur hidup belum pernah saya rasakan. Semoga semua doa yang saya ucapkan disana dikabulkan Allah SWT. Semoga dapat kembali lagi secepatnya. Aminnn....

Sesungguhnya berumrah menghapuskan dua: dosa dan kefakiran (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

2 comments:

D I J A mengatakan...

waaah alhamdulillah sudah berkunjung ke mekkah
DIja nih yang belom
doain cepet nyusul ya tante

TRAVENGLER mengatakan...

perkenankan ya allah secepatnya Babang bisa umroh juga 😇

Follow me

My Trip