Februari 21, 2017

Menjadi Pengusaha

Postingan kali ini adalah yang paling banyak di request oleh teman-teman saya. Saya juga sempat bingung kalau ditanya alasan tidak pernah menuliskan pengalaman saya selama menjadi pengusaha di blog. Kalau mau kasih alasan 'nggak sempat', eh nulis tentang jalan-jalan sempat-sempat aja, hahaha. Biasanya saya lebih suka ketemu langsung dengan orang-orang yang ingin berbagi ilmu dengan saya, sehingga saya bisa menyerap ilmu juga dari mereka. Tapi semakin terbatasnya waktu dan tempat, sedangkan permintaan bertemu dan mengobrol tentang bisnis semakin banyak, saya memutuskan untuk ditulis saja di dalam blog. Saya akan bercerita dengan gaya yang santai karena saya bukan sedang menuliskan artikel di majalah Business Insider. Mari disimak!

Memulai Karir
Saya sudah kerja kantoran sejak 4 Januari 2010. Kebetulan dulu lulus kuliah agak cepetan sedikit, lalu pulang ke Aceh beberapa bulan sebelum fokus mencari kerja. Dulu saya sangat antusias melihat Papa membuka toko alat tulis dan kantor. Rasanya saya mau jadi penjaga toko aja dan nggak mau cari kerja lagi. Waktu itu saya yakin kalau toko itu saya yang kelola, pasti bakalan laku. Tapi jaman itu pekerjaan menjaga toko nggak keren sama sekali di mata masyarakat. Akhirnya saya kembali ke Bandung (tempat saya kuliah), lalu mencari kerja ke Jakarta. Kalau ada panggilan interview ya naik kereta api dari stasiun Bandung menuju Gambir biar murah.

Jadi karyawan kantoran nggak enak sebenarnya, tapi tetap dijalani dengan ikhlas. Gaji pas-pasan banget, bayar kosan mahal, makan siang beli sendiri, sampai saya bingung kenapa orang-orang suka ngantor? Belum lagi sering banget lembur sampai jam 12 malam. Saya juga masih bingung kenapa dulu itu pemikiran orang-orang kayaknya kalau lembur itu keren banget, yang berarti saya sedang sibuk bekerja. Teman-teman kosan yang berprofesi sebagai auditor malah lebih parah lagi lemburnya. Mereka bisa 2 hari nggak pulang. Auditor masih mending karena mereka mendapatkan uang lembur, saya malah nggak. Untuk menambah uang jajan, saya berjualan buku yang saya tulis sendiri secara online ke teman-teman. Alhamdulillah bukunya laku. Bahkan bisa masuk Gramedia dan ada beberapa orang yang mereviewnya di Goodreads. Walaupun nggak sampai best seller, tapi cukup bisa menambah uang jajan saya dan mengirimkan uang ke adik-adik. Oh ya, untuk pertama kalinya di novel saya mencantumkan logo Rancupid, tapi belum se-keren sekarang ini logonya.

Menjadi penduduk Jakarta juga banyak godaannya. Belanja, nonton bioskop, makan di resto, semuanya saya suka tapi saya nggak bisa sering-sering melakukannya. Ya mungkin karena keterbatasan uang saku. Cuma bisa banyak berdoa supaya Allah ngasih rejeki tiba-tiba. Alhamdulillah doa saya sering dikabulkan Allah. Gara-gara ngeblog, saya sering diundang makan ke Resto mahal seperti Nanny's Pavillon untuk mereview makanan mereka, diundang Blackberry untuk gala dinner di hotel-hotel mahal (padahal dulu saya nggak pakai BB), dan dapat tiket VVIP menonton konser. Makanya saya sayang banget dengan blog ini. Belum lagi iklan di blog yang semakin hari semakin banyak, tapi juga membuat blog saya berantakan dan mengharuskan saya untuk menghentikan semua iklan sampai sekarang.

Nyaris 3 tahun bekerja di perusahaan pertama, saya pindah ke perusahaan kedua. Kalau kalian berpikir tentang pencapaian karir, seperti mungkin dalam 5 tahun bisa jadi manager atau senior manager. Pencapaian karir dalam sudut pandang saya adalah berhasil kerja di perusahaan IT yang termasuk dalam Big Four (4 perusahaan terbaik) di bidang IT. Sebenarnya saya nggak pintar-pintar amat, tapi mungkin saya banyak berdoa apalagi bulan Ramadhan, sehingga sering dapat rejeki yang tak disangka-sangka dari Allah termasuk diterima kerja di Big Four. Gaji naik 2 kali lipat dan membuat kondisi keuangan saya jauh membaik. Saya juga mulai berjualan kosmetik Korea karena tahun 2012 semua orang suka banget sama Korea, artis Korea, Makeup Korea, Drama Korea, alat masak pun Korea. 

Dagangan saya juga laris manis dan saya membuat Fan Pages di Facebook dengan nama Rancupid yang menerima PO Makeup Korea. Kalau ada yang PO, baru saya beli ke suplier di Korea sehingga saya nggak nyetok barang. Tipe saya berjualan ini adalah dropshipping (menjual barang orang lain). Karena berurusan dengan impor barang, saya mencoba berbagai cara mulai dari kirim barang secara manual pakai Korea Post yang membuat ongkos kirim dan biaya bea cukai dari Korea ke Indonesia mahal banget. Saya browsing internet siang dan malam sampai mendapat informasi bisa nebeng ke perusahaan kargo yang mengirimkan barang ke Batam (Batam adalah kota bebas bea dan cukai), lalu dari Batam ke Jakarta pakai JNE biasa. Alhasil, saya bisa tetap berjualan makeup dengan harga murah.

Banyak yang bertanya, kenapa namanya Rancupid? Sebenarnya Cupid itu nama Genk sewaktu SMP dan nama saya di Cupid itu Ran, singkatan dari KhaiRANi. Dulu saya juga suka dengan tokoh Ran, pacarnya Shinici Kudo di Detective Conan, hihihi. Agak aneh sih nama Rancupid, tapi sekarang saya sudah biasa mendengarnya.

Hidup saya seakan adem-adem saja sampai Papa mulai sakit. Rasanya uang untuk obat dan Rumah Sakit terus keluar tiada henti. Disitu saya mulai merasa butuh sangat banyak uang. Belum lagi saya terlalu sering minta ijin sama bos untuk nggak masuk kantor atau pulang cepat demi menjaga Papa sampai saya merasa nggak enak. Untung bos saya baik bangetttt (I love you bos). Alhamdulillah Allah tetap mencukupkan rejeki, tapi ada pertanyaan dalam hati, seandainya punya uang lebih banyak lagi, mungkin bisa begini, mungkin bisa begitu. Sampai Papa meninggal dan saya merasa kurang maksimal membantu Papa. Ada rasa penyesalan di hati sampai sekarang. Seandainya dulu punya banyak uang, mungkin bisa mengajak Papa kesini, kesana, ke mana pun, karena Papa suka jalan-jalan.

Setelah Papa meninggal dan saya masih down berbulan-bulan, sebuah e-Commerce mengajak saya bekerja sama untuk berjualan makeup Korea di situs mereka. Saya merasa hal ini adalah pencapaian pertama dalam dunia Digital Marketing. Saya terima ajakan tersebut, saya datang ke kantor mereka, dan melihat betapa kerennya interior ruang meeting milik perusahaan e-Commerce ini. Semua kursi, meja, dan dinding berwarna-warni. Terbersit dalam hati kalau saya ingin punya perusahaan seperti ini suatu hari. Karena bekerja sama dengan e-Commerce, penjualan saya terus meningkat tajam. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk menyicil membeli rumah.

Kalian tau? Membeli rumah membuat tabungan saya jadi 0, belum lagi utang kepada Mama menumpuk bagai gunung dan untungnya tanpa bunga. Hal ini nggak bisa dibiarkan. Akhirnya adik saya mengajak berbisnis berjualan di Marketplace internasional karena bayarannya pakai dollar. Berhubung saya butuh duit, ya sudah saya ikutan aja. 3 bulan pertama saya sama sekali nggak menghasilkan penjualan yang berarti. Sampai akhirnya dengan kesabaran dan konsistensi yang saya lakukan, mendaftarkan barang siang malam, tidur jam 12 malam, bangun Shubuh dan nggak tidur lagi, mulailah saya memiliki customer. Hari demi hari customer semakin banyak dan saya alhamdulillah mulai bisa menarik napas lega dengan kondisi keuangan yang semakin membaik.

Mulai merasa diatas awan, saya diundang ke sebuah gala dinner yang pesertanya adalah para CEO Digital Entrepeneur. Semula saya nggak enak mau datang karena nggak ada orang yang saya kenal. Tapi akhirnya saya memberanikan diri untuk datang. Disana mata saya terbuka, kalau banyak sekali diluar sana orang-orang yang super kaya. Penghasilan mereka perbulan puluhan ribu dollar bahkan ratusan ribu dollar dan mereka mau berbagi ilmu. Berbeda dengan saya yang baru dapat beberapa ratus dollar saja udah merasa diatas awan. Sejak itu saya merasa diperingatkan oleh Allah kalau diatas langit masih ada langit dan nggak boleh sombong.

Setelah gala dinner, saya pulang dengan kepala kepenuhan ide. Saat itu ada Mama dirumah dan saya bercerita banyak hal tentang impian yang saya ingin wujudkan. Selalu minta doa dari Mama agar penjualan saya naik terus sampai akhirnya pernah mencetak rekor. Gaji saya di kantor masih jalan, ditambah lagi uang dari Marketplace lokal dan internasional. Karyawan saya dulu cuma dua orang dan saya membayar mereka sesuai pekerjaan yang mereka lakukan. Kalau rajin ya gajinya gede, kalau malas ya sedikit.

Resign, Fokus, dan Passion
Dengan penjualan terus meningkat, saya memutuskan untuk resign. Awalnya saya merasa bisa tetap ngantor karena senang berkumpul bersama teman-teman, tapi ternyata membuat saya hanya bisa ke luar kota di kala weekend. Belum lagi saya nggak enak kalau harus cuti melulu. Tanggal 1 September 2016 saya menjadi full time entrepreneur dan saya langsung terbang ke Malang untuk membuka peluang bisnis lagi. Bisnis di Malang sudah dimulai, saya terbang ke Makassar untuk mencari peluang bisnis lainnya dan pulang lagi ke Jakarta dengan tangan hampa. Nggak ada bisnis yang bisa saya lakukan di Makassar kecuali membranding kopi. Saya nggak suka kopi, hiks.

Semakin kalian punya banyak uang, kesempatan berbisnis terus datang yang mengharuskan kalian berinvestasi dalam jumlah uang yang sangat besar juga. Saya membeli 2 e-Commerce, dan 1 company website yang membuat duit saya habis lagi. Belum lagi harus bayar paket umroh. Bagaimana dengan waktu luang? Kata siapa menjadi entrepreneur membuat kalian banyak waktu? Justru kalian harus bekerja bisa jadi 20 jam sehari untuk mempertahankan bisnis yang telah kalian bangun tetap berjalan. Disini passion kalian diuji. Kalau kalian passion di bisnis, kalian pasti rela tidur telat dan mencurahkan segala pikiran dan waktu ke bisnis. Kalau kalian melihat saya sering jalan-jalan, itu hanya sebagai hadiah ke diri saya sendiri tentang pencapaian yang saya lakukan dan untuk menenangkan otak yang terlalu sering panas. Belum lagi beberapa bisnis yang tiba-tiba jatuh sehingga saya kehilangan income begitu besar dan mengharuskan saya memutar otak mencari jalan keluar untuk tetap menggaji karyawan dan bertahan hidup. Untungnya saya nggak mengubah gaya hidup, sehingga tetap bisa hidup dengan duit pas-pasan.

Teman dan Relasi Bisnis
Hal ini yang paling penting. Tahun lalu, ntah berapa puluh acara sudah saya ikuti untuk mencari teman dan relasi bisnis. Saya mencoba berteman sama siapa pun, segala umur, kalangan mana pun, dimana pun, dan kapan pun. Sebagai contoh, sewaktu saya ingin belajar tentang Batik, saya datang ke Pekalongan, Cirebon, Surabaya, dan Madura hanya untuk belajar kepada orang yang ahli. Sewaktu saya ingin mempelajari motif songket Aceh, saya minta dikenalkan ke pakar motif, lalu kita mengobrol dan bertukar pikiran. Ketika saya ingin belajar tentang kopi, saya pergi ke Gayo, Makassar, dan Vietnam. Ketika ingin belajar tentang Cafe, ternyata suaminya teman saya adalah konsultan Cafe.

Kalian nggak usah takut, 90% pebisnis mau berbagi ilmunya pada kita. Seorang Barista saja bahkan menyarankan Barista lain untuk menggunakan resep kopinya agar Cafe mereka sama-sama laku. Kalau kalian tipe orang yang nggak enakan bertemu orang baru, bisa memulai relasi dengan teman lama seperti teman masa kecil, teman sekolah, dan lainnya. Berbisnis juga bisa menjadi tali penghubung silaturahmi sehingga menambah rejeki. Setiap saya keluar kota, saya pasti akan mengunjungi teman lama. Sebenarnya yang agak belagu justru orang-orang biasa. Pernah saya janjian dengan seseorang untuk membicarakan bisnis, semua jadwal sudah saya sesuaikan dengan jadwalnya karena saya juga butuh dia, eh tiba-tiba dia malah membatalkan secara sepihak. Pernah juga ada yang minta diajarin berbisnis melalui Whatsapp, tapi kalau ke Jakarta, nggak pernah mau menemui saya secara langsung untuk sekedar minum teh di Cafe. Mengajarkan bisnis melalui Whatsapp kan capek ya ngetiknya. Ada juga yang pernah saya ajakin ketemuan, eh malah saya dikira naksir, hahaha.

Social Media dan Messenger
Saya memang punya hampir semua akun Social Media dan Social Messenger. Saya punya Facebook, Instagram, Google Plus, Pinterest, Blog, Path, dan LinkendIn. Hampir setiap saat saya buka Social Media dan membalas komentar atau message dari setiap orang di semua platform. Jujur aja saya nggak terlalu peduli dengan total followers di Instagram cuma 500an, teman di Path cuma 70, teman Facebook cuma 1400an dan banyak yang saya unfollow apalagi yang suka menebar berita hoax. Saya nggak suka membaca hal yang membangkitkan aura negatif, makanya lebih baik di unfollow saja. Social media bisa jadi tempat mencari relasi bisnis, maka dari itu jangan diabaikan pesan dari orang-orang yang kalian kenal melalui media sosial. Media sosial juga yang membuat saya bisa mendapatkan tiket ke luar negeri super murah, suplier ekspor impor, dan orang-orang hebat lainnya. Media sosial pun sumber inspirasi saya ketika mau membuka Cafe di Banda Aceh. Hampir setiap hari saya dan keluarga membuka Pinterest untuk mencari ide Cafe dari seluruh dunia. Memiliki semua akun social media bukan karena alay juga, asalkan bisa digunakan secara baik, justru sangat bermanfaat.

Bagaimana dengan Social Messenger? Saya memiliki Whatsapp dan Line. Dulu saya pakai BBM (Blackberry Messenger), tapi sudah nggak lagi. Saya dan semua teman-teman di Rancupid adalah orang-orang yang super fast respond di social messenger. Kami hampir nggak pernah men-skip chat kecuali lagi sakit atau sedang tidak ada sinyal. Kami juga rela ngetik panjang-panjang di chat room agar pesan dapat tersampaikan dengan baik. Beberapa pebisnis bilang kalau mereka sangat malas bekerja sama dengan orang yang slow respond. Bisnis mengharuskan kita untuk sangat responsif kecuali kalian mau kehilangan kesempatan bekerja sama dengan calon investor.

Agak bingung dengan orang-orang yang kadang suka males menggunakan media sosial. Bahkan di dunia Digital Entrepeneur, media sosial adalah hal terpenting untuk beriklan. Saya sampai ikutan workshop bersama Facebook, Instagram, dan Line yang berbayar hanya untuk mempelajari fitur-fitur mereka yang tidak bisa di dapatkan ketika kita memakai media sosial untuk update status yang nggak penting. Mungkin pengetahuan kita tentang Facebook dan Instagram hanya sebatas update status atau foto, dan Line untuk chatting. Platform-platform ini bisa melakukan lebih dari itu untuk menghasilkan uang.

Membangun PT
Awalnya saya agak aneh disebut sebagai CEO (Chief Executive Officer), karena bagi saya CEO adalah Direktur Utama sebuah PT. Sebenarnya untuk menjadi seorang CEO, kalian tidak harus memiliki PT. Di dunia Digital Entrepreneur, pengelola sebuah bisnis pasti dinamakan CEO dan pemilik bisnis dinamakan Founder. Tapi ketika saya bertemu dengan beberapa investor, hal yang paling pertama ditanya adalah perusahaan berbadan hukum. Memiliki sebuah perusahaan berbadan hukum adalah cita-cita saya, tapi persyaratannya ribet dan setoran modal awalnya besar. Seolah-olah menjadi CEO secara resmi adalah impian belaka.

Alhamdulillah ternyata ada kebijakan baru untuk pendirian sebuah PT. Kalian bisa menyetor modal 25% dari total minimum modal perusahaan, sehingga kita nggak akan mendadak miskin setelah menyetor modal. Belum lagi perijinan usaha sebuah PT sekarang sudah lebih sederhana dan satu pintu. Hanya dalam 1 minggu, saya bisa mendirikan PT Rancupid Citra Indonesia dan saya secara resmi menjadi CEO. Sekarang perusahaan saya juga memiliki jajaran direksi resmi, email perusahaan, rekening perusahaan, dan pastinya NPWP.

Mau Melakukan Apa Saja
Merintis perusahaan baru bukan berarti kalian nggak ngapa-ngapain karena udah ada karyawan. Justru masih banyak hal yang saya tangani 100% sendiri. Saya memang memiliki teman-teman dekat yang pintar banget di bidang masing-masing dan mereka memiliki posisi Direktur di perusahaan saya. Kata siapa CEO adalah orang paling pintar di perusahaan? Justru CEO itu pintarnya sedikit-sedikit. Di bidang keuangan sedikit, di bidang Marketing dan Operasional sedikit, dan di bidang Human Capital sedikit. Mungkin untuk bidang IT, masih saya tangani 100% dibantu oleh beberapa teman yang sebenarnya tidak begitu mahir juga dalam bidang IT. Walaupun saya lulusan IT, tapi kalau bekerja di bidang digital dan hal yang terlalu teknis masih membuat saya pusing. Insya Allah bulan depan sudah ada Chief Technology Officer (CTO) yang bisa bergabung.

Untuk efisiensi, tidak jarang kami semua ikut turun dalam semua projek. CFO (Chief Financial Officer) juga pernah mengerjakan website, CMO (Chief Marketing Officer) mengerjakan desain kemasan keripik, dan CHRO (Chief Human Resource Officer) mengerjakan peraturan Legal. Kalau kalian ingin menjadi pengusaha, coba tanya pada diri sendiri apakah sanggup pada awalnya harus mengerjakan semua hal sendiri?

Terkadang Harus Cuek
Selama menjadi pengusaha, banyak juga kata-kata orang yang membuat panas di telinga. Contohnya, kadang banyak yang nyeletuk, 
"CEO masih naik kereta?" Duh, Jakarta macetnya setengah mati dan kalau naik mobil, ntah jam berapa sampai tujuan. 
"CEO nggak pakai Macbook?" Pengen sih, cuma saya masih sayang dengan laptop-laptop yang ada di rumah. Kalau mau gaya-gaya doang pakai Macbook, rasanya sayang banget. 
"CEO kok naik ojek?" Cuma bisa geleng-geleng kepala.
"CEO kok nggak pakai luxury branded items?" Duh, harga satu tas branded aja sama seperti satu e-Commerce, dan saya belum sekaya itu.

Dan banyak hal yang menurut saya kurang penting untuk dipertanyakan. Orang yang bertanya hal penting seperti perkembangan bisnis, ide bisnis, jarang mengurusi hal-hal seperti itu. Memang sih kalau mereka ikutan meeting, by default udah pakai luxury branded items tapi jarang nanyain kita pakai baju merk apa, atau tas merk apa. Tak jarang dari mereka naik ojek online untuk meeting di hotel bintang 5 demi menghindari macet. Biasanya orang yang suka nanya macam-macam itu pada sirik sih sama kita, hahaha. Kalau kalian kuat untuk cuek pada hal-hal seperti itu, mungkin kalian sudah bisa menjadi pengusaha.

Memisahkan Urusan Pribadi dan Pekerjaan
Mungkin benar ucapan salah satu cowok super kaya di film Korea, "I don't have time for ego, anger, and jealousy". Awalnya saya sering merasa ego, mengambil semua projek tapi nggak sanggup mengerjakan semuanya, sering marah juga dulu untuk hal-hal yang kadang kurang penting seperti calon klien membatalkan meeting tiba-tiba atau harga yang udah deal eh tiba-tiba berubah. Memang ada masa-masa seperti itu, tapi semakin lama saya jadi semakin bisa mengatur energi untuk marah-marah ke hal yang lebih positif.

Saya juga kadang suka nggak tega memecat karyawan yang udah sering jalan dan main bareng saya. Untung saya punya CHRO yang oke banget untuk memecat dan merekrut orang, hahaha. Biasanya kalau CHRO mau memecat orang, saya udah sibuk main hp. Nggak tega liat mukanya. Apalagi berbisnis dengan sahabat dekat. Wah, kalian harus bisa mengelola emosi karena kalau bisnis hilang, teman juga hilang, hahaha.

Ekplorasi Tanpa Batas
Hal-hal seperti ini jarang kalian temui di kantor. Menjadi pengusaha akan membuat kalian bisa bereksplorasi ide dan menjadi sangat kreatif. Kalian bisa mempelajari banyak hal dalam waktu singkat. Belum lagi karena banyaknya teman dan relasi, otak kalian akan kebanjiran ide baru yang semuanya bisa kalian wujudkan tetapi hanya permasalahannya di waktu yang terlalu sempit. Kalian akan berpikir seandainya satu hari bukan 24 jam, kalian akan bisa melakukan semua hal yang kalian mau dan bereksplorasi jauh lebih banyak lagi. 

Dunia ini adalah gudang ilmu. Ketika di kantor, saya hanya bisa mengasah ilmu sesuai dengan bidang pekerjaan saya yang sebenarnya saya kurang suka. Ketika menjadi pengusaha, kalian akan menemukan banyak hal yang kalian suka. Saya suka fashion, tiba-tiba bisa mengenal pengusaha tekstil, designer, dan penjahit borongan. Saya suka menulis novel, tiba-tiba bertemu desainer anime. Saya mulai suka bercocok tanam, tiba-tiba bisa menemukan lahan untuk dijual tanamannya secara online. Saya suka travelling, banyak orang mengajak saya membuat e-Commerce untuk backpacker, dan sebagainya.

Berdoa dan Introspeksi Diri
Doa bisa mengubah takdir. Mungkin hal ini yang paling sering saya lakukan selama berbisnis. Ditambah lagi doa dari Mama yang saya minta setiap saat. Tidak akan ada gunanya kalau sudah bekerja sekeras mungkin tapi tidak berdoa. Bisa saja Allah tidak meridhai pekerjaan kita dan akhirnya langsung hilanglah nikmat. Ketika saya berumroh, hampir setiap saat saya mendoakan Rancupid agar ditahun 2017 dan tahun-tahun berikutnya bisa berjaya terus, tidak mengalami krisis, dan semua bisnis dilancarkan. Sering-sering introspeksi diri dan beristighfar karena terkadang kita melakukan dosa yang tidak disadari tapi berdampak buruk.

Secara pribadi, saya nggak menyarankan kalian untuk terjun bebas ke dunia bisnis tanpa ada pegangan duit sepeser pun. Paling tidak, jalankan bisnis dulu baru resign dari kantor karena itu yang saya lakukan. Bekerja di kantor membuat saya punya banyak teman dan relasi yang ke depannya akan menguntungkan dalam dunia bisnis. Berhubungan baiklah dengan orang-orang dan sambung kembali tali silaturahmi karena akan mendatangkan rejeki.

Sekian tulisan dari saya. Saya akan memberikan label Entrepreneur di postingan seperti ini karena mungkin saya akan menuliskan beberapa postingan juga tentang hal ini dan yang pasti akan panjang sekali artikelnya. Semoga kalian nggak bosan membacanya ya.

Semoga bermanfaat, sampai jumpa!

9 comments:

MiawGuk mengatakan...

Sampe ada yang nyangka naksir gegara ngajak ketemuan? hehe kaget gw ni..
Dan satu lagi yang gw kaget adalah ttg luxury items... Aga bingung kenapa sampe kepoooh gitu hahaha

Keep fighting muuut..
Doa dari Kuala Lumpur di kirim untuk lo!

KimchiWarriors mengatakan...

Tulisan kali ini sarat makna dan mencerminkan sebagian besar kegalauan, kegundahan serta keresahan calon pengusaha dan para entrepreneur baru seperti saya contohnya . Ditunggu pengalaman berikutnya !

Best Regards from Makassar.

Meutia Halida Khairani mengatakan...

@Miawguk : iya gw bingung sampe dikirain naksir, hahaha. Luxury branded items itu juga lumayan sering di komentarin sama orang2 sirik, hahahaha.

@kimchi :semoga kita sukses terus ya. amin

Safira Nisa mengatakan...

Perjuangannya lama banget dan banyak sekali, ya. Sekarang aku masih kuliah semester enam, aku ragu sih apa aku bisa se-persistent dan sekuat itu kalau bikin bisnis. Karena aku anaknya gampang bosan :')

Semoga sukses terus, kak Meutia!

Muhamad Arifin mengatakan...

memulai usaha ialah butuh niat yang mantap dan selalu lah tekun dalam menjalani usaha itu.

Unknown mengatakan...

Luar biasa @Meutia Halida Khairani, Semoga cita-citanya tercapai.

D I J A mengatakan...

tante Meutia kereen banget deh!!!

vivimulya(dot)com mengatakan...

Inspiring banget kisahnya kak..
Jadi pengen buka bisnis juga, lagi nyari-nyari bisnis yang cocok dijalanin sama aku apa.. mumpung masih jadi pegawai, sebelum punya modal buat resign XD

Sering-sering share tentang entrepeneur ya kak, aku bakal jadi pembaca setianya deh <3
hehe

Btw salam kenal :))

Unknown mengatakan...

Tante Meutia, bisa bagi2 cerita cara ekspor?
Pengalaman pribadi Tante Meutia makin memperkaya bacaan dari sumber2 lain. Makasih, tante :)

Follow me

My Trip