Maret 07, 2017

Pedagang Bakso

Sudah lama nggak memposting sebuah cerita. Kali ini saya akan menceritakan hal yang menurut saya sederhana tapi memusingkan juga, hahaha. Macam mana pulak itu ya? Tentunya ditambahkan bumbu penyedap supaya ceritanya jadi semakin seru. Oke deh, nggak perlu memperpanjang basa-basi lagi. Cekidot!
***

Sudah pukul 21.00 malam itu. Aku masih berkutat dengan laptop dan merasa sangat pusing. Baru teringat kalau aku belum makan malam. Makan siang aja tadi telat. Sudah hampir tidak ada lagi orang di kantor dan aku terpaksa turun sendiri untuk membeli makan. Semula aku hanya ingin beli makanan apa saja, lalu balik kerja lagi. Tapi ketika aku mulai berdiri dan pandanganku mulai hitam, wah nggak bener nih. Aku harus segera istirahat.
Aku menutup laptop, membereskan tas, dan turun dari lantai paling atas gedung menuju lobi. Aku mendengar teman-teman bilang kalau tukang bakso yang berjualan di depan kantor itu enak banget. Sebenarnya aku nggak suka bakso, tapi ya sudahlah mau makan apa lagi jam segini. Aku menghampiri pedagang bakso, duduk di kursi, lalu memesan bakso.
"Masih ada pak?"
"Tinggal baksonya doang neng. Nggak apa-apa?"
Aku mengangguk.
Bapak pedagang bakso tiba-tiba menepuk keningnya. "Duh neng, sisa 2 bakso kecil doang. Maaf neng."
Duh berhubung perutku sudah sangat lapar, ya udah deh pasrah. "Nggak apa-apa deh, Pak!"

Bakso dihidangkan. Aku melihat bapak pedangang bakso mulai beres-beres karena sudah malam dan baksonya laris manis. Aku mau nggak mau jadi buru-buru makan bakso karena takut bapaknya jadi nungguin.
"Nggak apa-apa neng. Nggak usah buru-buru. Bapak cuma beres-beres aja biar enak dipandang mata." Bapak mengambil kursi dan duduk didekatku. "Baru pulang?"
Aku mengangguk, seraya menghabiskan bakso yang cuma 2 biji. Aku mengambil dompet, lalu baru sadar kalau aku nggak punya uang sama sekali. Aku celingak-celinguk mencari ATM terdekat. Kalau masuk ke gedung kantor lagi, jauh banget harus turun eskalator lagi, belok kiri kanan lagi, argghh!
"Pak, maaf saya ternyata nggak punya uang. Bapak mau nungguin kalau saya ke ATM sebentar?"
"Nggak usah. Gratis aja." kata bapak tersenyum.
"Eh? Serius?"
Bapak mengangguk. "Alhamdulillah dagangan saya laris-manis terus selama berjualan disini. Apa salahnya memberikan 2 biji bakso pada bos gedung ini."
"Kok bapak tau?"
"Semua orang tau neng. Kita cuma belum pernah mengobrol langsung."

Aku menghela napas panjang. "Bapak tau, sebulan ini perusahaan krisis. Saya sudah memecat banyak karyawan, dan membayar banyak hutang perusahaan bahkan dengan uang saya sendiri." Sambil menatap kosong ke mangkuk bakso. "Liburan batal padahal udah beli tiket, merayakan pesta ulang tahun batal juga, pokoknya saya lumayan terpuruk deh beberapa bulan ini."
"Kenapa neng?"
"Ceritanya panjang sih. Saya nggak mungkin cerita juga karena beberapa kan rahasia perusahaan.  Yang pasti saya sedang dilanda rasa takut yang amat besar. Mungkin nanti saya nggak punya uang juga untuk membayar semangkuk bakso ini." 
"Neng tau nggak, kalau Allah selalu akan mencukupkan rejeki. Suatu hari kalau pun neng nggak punya uang, Allah juga akan tetap mencukupkan rejeki untuk membeli semangkuk bakso bapak, hehehe."
Aku tersenyum. "Hutang saya setinggi gedung itu, Pak." kataku sambil menunjuk gedung tempat aku bekerja.

Pedagang bakso ikut-ikutan melihat ke arah gedung dan berkata, "Gedung ini satu-satunya yang tidak menarik sewa sama sekali untuk kami pedagang kecil. Bahkan kami disediakan tempat sendiri untuk berjualan. Makanya banyak sekali orang datang untuk makan siang atau makan malam disini karena kami para pedagang masih bisa memberikan harga murah. Gedung lain mana pernah begitu. Semua sudah komersil. Semua pedagang disini selalu senang berjualan dan selalu mendoakan pemilik gedung dan manajemen gedung agar selalu mendapat ridha Allah dan rejekinya banyak terus. Jadi neng tenang aja, yang doain neng banyak."

Aku terdiam. "Tapi yang saya pecat banyak juga, Pak. Pasti saya didoakan yang buruk-buruk."
"Saya juga tau kalau banyak PHK di gedung ini, tapi mau bagaimana lagi karena krisis dan semua juga tau itu. Nanti juga kalau nggak krisis lagi, pada direkrut lagi 'kan orang-orangnya."
"Kebanyakan dari mereka yang di PHK karena nggak loyal sih ke perusahaan. Maunya duit saja tapi nggak mau mencapai sales tinggi. Dan hari ini puncak saya pusing tujuh keliling. Seminggu ini saya marah-marah dan ujung-ujungnya malah nangis sendiri di rumah."

"Nggak apa-apa neng, kamu masih muda. Pusing 'kan biasa. Nanti juga sembuh. Kalau bapak yang dihadapkan dengan situasi seperti ini, pasti bapak langsung stroke. Hahaha."

Aku terdiam sejenak lalu mengatakan, "Berikan waktu saya satu tahun lagi untuk mempertahankan gedung ini agar nggak berpindah tangan ya. Doakan saya juga, Pak!"

***

Jam 9 malam, seperti biasa aku sudah mulai beres-beres daganganku dan bersiap untuk pulang. Aku melihat majalah Business Week yang ada di dekat gerobak daganganku yang mungkin ditinggalkan karyawan kantor yang makan bakso tanpa sengaja. Orang di sampul majalahnya sepertinya aku kenal. Aku duduk sebentar sambil membaca isi majalah dan membuatku senyum-senyum bangga.

Tiba-tiba terdengar suara, "Mau beli bakso, Pak. 2 biji aja ya."
Aku terbelalak melihat wanita yang ada di sampul depan majalah yang aku baca, lalu tersenyum lebar. 
"Belum satu tahun, neng!"
"Alhamdulillah." Ucapnya dengan riang gembira. "Terima kasih atas seluruh doanya ya."

Aku memang tidak mengerti bisnis anak muda sekarang. Beberapa bulan yang lalu dia bisa terlihat seperti mayat hidup dengan wajah stres dan kurus, sekarang begitu segar, cantik, dan bersemangat. Mungkin ini kekuatan doa. Aku mengajak para pedagang disini untuk terus mendoakan dia siang dan malam dan perusahaannya agar bisa keluar dari krisis.
Aku memberikan majalah yang aku baca kepadanya, lalu membuatkan bakso dengan perasaan riang gembira juga.

Business Week, CEO Under 30.

6 comments:

MiawGuk mengatakan...

Ujan Ujan gini enak ni makan bakso...
Inget ga waktu lo n gw makan bakso. Terus lo pake kerudung oren, baju oren minum jus wortel hehehehehe

Meutia Halida Khairani mengatakan...

@miawguk : i always remember, it was late afternoon. cieh hihihi

Unknown mengatakan...

Kadang kita memang tak menyadari, ada orang lain disekitar yang selalu mendokan hal baik untuk diri kita.

Ngomong2, kalau pesan bakso 2 biji, gratis juga yah ;)

Mila Said mengatakan...

besok2 mau minta di doa in tukang bakso juga ah supaya sukses :p

Meutia Halida Khairani mengatakan...

@Fadly : klo bakso terakhir gratis kayaknya

@mila : hahaha iya mila

D I J A mengatakan...

jadi kepingin makan bakso juga

apa kabar tante meutia???

Follow me

My Trip