April 08, 2017

Cerita Cinta Tentang Kau dan Dia

Cerita ini terinspirasi dari kisah nyata yang sudah dibumbui berjuta penyedap. Silahkan menebak-nebak yang mana yang benar. Selamat menikmati weekend.

***
Namanya Rendi, dan dia pacarku. Kami sudah pacaran lebih dari 2 tahun, dari mulai merintis usaha, sampai sekarang. Agak berbeda denganku, Rendi memang berasal dari keluarga kaya raya. Kami bertemu di sebuah seminar bisnis 3 tahun yang lalu dan pada saat itu aku masih orang kantoran. Dulu, Rendi ingin membuka sebuah Cafe, tapi dia diharuskan menjadi direktur selanjutnya di perusahaan Ayahnya. Kita kenalan karena duduk bersebelahan di seminar yang berlangsung hampir setiap hari sepulang kantor selama seminggu. Disitu kita menjadi dekat, berawal dari membahas bisnis, makanan, tempat nongkrong, sampai memutuskan pacaran.

Banyak hal yang aku pelajari dari Rendi tentang bisnis. Dia bisa menjadi role model yang ideal sebagai pebisnis. Tapi dari awal aku memang tidak pernah mau membuat sebuah bisnis bersamanya karena takutnya berantem dan bisnis jadi kebawa-bawa. Lagian pacaran itu tidak terikat secara hukum, sehingga bakalan aneh banget kedepannya kalau hal buruk terjadi (kita putus). Lain halnya apabila kita adalah suami istri sehingga semua kepentingan berbisnis bisa dibawa ke jalur hukum. Untuk persoalan duit memang harus dipikirin banget ke depannya 'gimana dan Rendi juga setuju dengan hal seperti ini.

Sampai aku mengenal Ardi. Awalnya aku hanya suka melihat Instagramnya saja. Karena dia suka travelling dan kebetulan aku juga suka. Suatu kali kami janjian mau ke Gunung Bromo bersama. Aku sempat mengajak Rendi, tapi jadwal dia jauh lebih padat daripada aku. Berhubung sudah lama nggak jalan-jalan, akhirnya aku ke Bromo bersama Ardi. Rendi nggak masalah kalau aku mau jalan-jalan karena kalau ikut Trip 'kan nggak akan sendiri dan aku tidak secara spesifik bercerita kalau aku akan pergi bersama Ardi.

Mungkin aku mulai jatuh hati pada Ardi sejak pertama kali bertemu dengannya. Orangnya ramah, traveller sejati, baik, bahkan mau menemaniku pulang dari Bromo ke Malang hanya karena mengejar jadwal RUPS. Kami mengobrol banyak hal di perjalanan pergi dan pulang dari Gunung Bromo, dan juga di resto hotel tempatku menginap. Pada saat itu aku senang sekali. Aku bahkan tidak mengangkat telepon dari Rendi. Ketika pulang ke Jakarta, aku jadi tidak bisa melupakan Ardi dan aku berpikir ada yang salah dari diriku. Masa' aku bisa menyukai dua orang sekaligus?

Rendi mengajak aku jalan-jalan ke Australia bersama teman-temannya. Tiket sudah kita beli bahkan dari sebelum aku mengenal Ardi. Rendi sangat antusias dengan liburan kali ini. Dia mempersiapkan itinerary sangat komplit sampai aku kaget juga melihatnya. Biasanya semua keperluan dia sudah ada yang mengurus, berbeda dengan kali ini dia ingin mengurus sendiri. Aku tetap menemani dia dan membantunya mempersiapkan jalan-jalan kali ini, walaupun aku chat dengan Ardi dan bilang kalau aku mau ke Australia bersama teman-temanku.

Sesampai di Australia, kami (aku, Rendi, dan 2 orang temanku) melakukan road trip. Memang dari awal mau menyusuri benua ini pakai mobil dan menginap di beberapa hotel. Kami terus menyetir, menikmati pemandangan dan berhenti untuk berfoto. Pada saat itu sedang musim dingin sehingga nggak usah membawa banyak baju. Aku sangat senang, sejenak bisa melupakan Ardi, atau sebenarnya karena nggak ada internet sehingga nggak bisa chat dengan Ardi. Kalau sudah malam dan kami mampir ke sebuah Motel, baru deh bisa konek internet. Aku memposting beberapa foto di Instagram, tapi nggak ada yang berdua saja dengan Rendi. Kalau bukan foto sendiri, ya foto berempat. Hal ini sebenarnya untuk menjaga privasiku sebagai pemilik perusahaan juga. Terkadang setelah mandi di malam hari, aku langsung masuk selimut dan sibuk dengan hp. Teman-temanku yang lain dan juga Rendi pun begitu, tapi mereka sama sekali nggak curiga kalau aku chat dengan Ardi. Pemandangan disini terlalu indah untuk diceritakan kepada Ardi.
Suatu hari kami mampir di sebuah toko souvenir. Aku memilih beberapa coklat (untuk Ardi) dan Rendi bertanya untuk siapa coklat itu? Aku menjawab kalo ini untuk teman-teman di kantor yang nggak ikut kesini dan Rendi nggak curiga sama sekali. Aku memang sering membeli banyak oleh-oleh, jadi Rendi sama sekali nggak pernah curiga. Tapi aku merasa ada yang salah. Aku tidak pernah begini. Aku cinta Rendi, tapi aku mulai jatuh cinta pada Ardi. Tidak, Ardi hanya datang sebentar dan nggak akan stay lama dibenakku.

Sepulang dari Australia, aku mengirim oleh-oleh kepada Ardi. Setelah itu kami janjian lagi mau ke gunung Semeru. Kali ini aku membawa body guard karena jujur aja aku tidak begitu sanggup mendaki gunung dan aku agak repot kalau harus camping. Secara aku kan bukan traveller sejati. Aku tetap basa-basi mengajak Rendi awalnya, sekalian memantau bisnis di Malang. Tapi untungnya Rendi nggak bisa ikut. Keluargaku juga agak panik ketika mendengar aku akan mendaki gunung Semeru sehingga adikku menyuruh tim SAR untuk berjaga takutnya aku pingsan di puncak gunung. Dan benar saja, aku pingsan karena kekurangan oksigen sampai dilarikan ke sebuah rumah sakit di Malang. Rendi tau aku sakit, tapi dia tidak bisa menjengukku karena sibuk, sedangkan Ardi ada terus disini. Aku jadi berpikir, suatu hari nanti ketika aku dan Rendi sama-sama sibuk, ntah siapa yang akan menjaga siapa nantinya.

Aku sangat bingung jadinya. Di satu sisi aku nggak bisa meninggalkan Rendi dan aku mulai mencintai Ardi. Tapi aku harus mengambil keputusan. Aku harus kembali kepada Rendi. Lagian, aku dan Ardi juga belum ada hubungan apa pun. Mungkin juga sebenarnya Ardi sudah punya pacar dan dia memang memperlakukan semua cewek dengan baik. Mungkin juga dia memang mau mendaki gunung dengan siapa pun asal dia punya teman. Aku mulai berpikir macam-macam yang membuat aku nggak mood berbisnis. Akhirnya aku mengambil keputusan. Aku berhenti meng-update social media agar tidak ada yang dilihat Ardi dan juga meng-unfollow dia di semua social media dan social messenger. Berat rasanya tapi mau bagaimana lagi. Yang paling berat adalah menghapus nomor handphonenya dan nge-block dia supaya nggak pernah bisa meneleponku lagi. Setelah melakukan semua hal itu, pikiranku super kacau dan aku pun memilih untuk tidur.

Sampai suatu ketika aku berpapasan dengan Ardi di bandara setelah sebulan tidak saling berkomunikasi. Saat itu, aku sedang bersama Rendi.

1 comments:

Ceuceumeo mengatakan...

kelanjutannya gmn kaaak?ardii oh ardii..hihi

Follow me

My Trip