Akhirnya setelah tiga bulan, baru bisa memposting persiapan ke suatu negara baru lagi. Alhamdulillah akhirnya jadi juga ke negara antimainstream ini karena apabila postingan ini dirilis berarti saya sudah berada di ruang tunggu bandara dan bersiap untuk take off. Sebenarnya berangkat ke negara di Asia Tenggara nggak membutuhkan banyak persiapan dan postingan ini akan bercerita tentang kegiatan saya selama tiga bulan sebelum berangkat. Sebenarnya saya akan berangkat ke 3 negara sebelum ke Myanmar. Tiket sudah dikantongi tapi tidak jadi berangkat. Memang sih semua tiket itu saya dapatkan dengan harga lumayan murah, bahkan sangat murah. Tapi rasanya nggak berangkat itu sedih banget, apalagi udah janjian sama teman yang ada di negara sana.
Berawal dari Jepang, tahun ini saya seharusnya melihat Snow Festival di Sapporo. Sudah menghubungi Icha (salah satu sahabat saya yang berkuliah di Kobe) tapi batal. Saya ingin ke Snow Festival sejak tahun lalu, makanya nungguin tiket murah supaya bisa kesana. Sayangnya, tiket murah udah di tangan, tapi nggak jadi berangkat. Bahkan jaket thermal untuk suhu minus 20 sengaja saya beli di New Zealand untuk persiapan berangkat ke Hokkaido. Untung Icha pengertian, jadi dia nggak ngambek. Tapi sedih aja sewaktu dia nanya, "Tia... jadi berangkat? Ini Icha forward voucher hotel Icha ya, jadi Tia bisa menyesuaikan." Dan saya hanya bisa menjawab, "Icha, maaf... Batal." Tiga tahun yang lalu sewaktu saya ke Osaka, saya main bareng Icha karena dia bisa berbicara bahasa Jepang lancar banget. Dua tahun yang lalu sempat janjian sama Icha mau ke Lombok, tapi batal karena Papa meninggal pas di minggu kita mau berangkat. Tahun ini batal lagi Cha... Tahun depan masih di Kobe 'kan?
Lalu Inggris, negara One Direction. Saya pengen ke Inggris sewaktu menonton video clip One Direction Night Change, lalu dikasih rejeki tiket murah sama Allah karena bergabung dengan grup Pemburu Tiket Murah di Facebook. Saya juga udah janjian sama Evita, teman satu kosan sewaktu awal kerja di Jakarta yang sekarang tinggal di Inggris ikut suaminya. Jadi kebayang naik London Eye, berfoto di Stonehenge, main ice skating, jalan-jalan di kota, naik kereta, roadtrip, dan ke Oxford. Lagian, karena saya nggak harus memikirkan cuti, saya bisa berlama-lama disana. Sayangnya, batal lagi. semua keinginan disana harus dihapus, hiks.
Terakhir ke Beijing dan Shanghai. Tiket pulang-pergi juga sudah ditangan. Sebenarnya ke dua kota besar di China ini adalah rencana kami bertujuh dan yang berangkat jadinya cuma tiga orang. Saya kira bakalan bisa berangkat, tapi tetap nggak bisa. Padahal udah pengen banget naik kereta cepat di China yang kabarnya tercepat di dunia, piknik di dekat sungai di Hangzhou, belanja di Beijing, dan semua keinginan itu hilang lagi. Kalian bisa membayangkan betapa sedihnya saya, hiks hiks. Dan kebayang berapa banyak duit yang saya keluarkan sia-sia.
Kenapa nggak jadi berangkat? Penyebab utama adalah perusahaan sedang krisis moneter yang berimbas dengan keuangan saya juga. Pada awalnya saya berlama-lama di Aceh salah satunya karena mau menghindar dari masalah perusahaan. Tapi mau menghindar sampai kapan? Masalah yang dihindari malah berbalik menyerang bertubi-tubi. Saya akhirnya balik ke Jakarta dan berusaha keras untuk mengembalikan kondisi perusahaan ke semula. Sempat stres banget, kurang tidur, dan nggak punya waktu bahkan untuk mengecek media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Path. Palingan kalau mau tidur baru buka media sosial dan baru melihat beberapa postingan udah ketiduran. Bahkan pernah ketiduran dan hp jatuh ke jidat saya dan jadi benjol, huuu huuu sakit. Beberapa teman sempat protes karena saya nggak pernah melihat Instagram Story atau love fotonya, tapi memang kadang nggak sempat banget. Buka Path cuma kalau di tag doang dan Facebook hanya untuk posting blog dan hal yang berhubungan dengan Rancupid. Pernah nggak buka sosmed sama sekali selama seminggu. Jangan ngambek ya teman-teman kalau sosmednya nggak saya lihat. Karena sosmed itu hanya dunia maya dan dunia nyata jauh lebih ribet.
Seseorang sempat bertanya pada saya. Kenapa saya beberapa kali terlihat lebih sering di rumah, nggak kemana-mana, tapi bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Tahun lalu karena saya masih kerja, sering meeting, ikut seminar, workshop, dan training, jadi terlihat kerja. Tahun ini semua hasil seminar, workshop, dan training saya aplikasikan sehingga saya lebih sering di rumah. Padahal kerjanya dari jam 7 pagi sampai jam 11 malam, melebihi orang kantoran. Niat iseng saya timbul. Saya berbisik padanya kalau selama ini saya ngepet, dan saya jaga lilin di rumah. Makanya saya nggak bisa kemana-mana untuk jaga lilin. Teman saya kaget, dan saya juga kaget kenapa dia percaya. "Gile lo, Mut. Masa lo ngepet sih? Siapa babinya?" Dan saya jawab, "Elu sih babinya. Lagian, masa' lo percaya sih kalo gw ngepet? Ckckck." Fyi, babi ngepet itu cara klasik nyuri duit di rumah orang dengan menggunakan mistis. Ada yang jaga lilin, ada yang jadi babi dan berkeliaran mencuri uang, kayak tuyul 'gitu. Detailnya nggak tau juga sih, toh memang nggak ada bakat ngepet, hahahahaha.
Seseorang sempat bertanya pada saya. Kenapa saya beberapa kali terlihat lebih sering di rumah, nggak kemana-mana, tapi bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Tahun lalu karena saya masih kerja, sering meeting, ikut seminar, workshop, dan training, jadi terlihat kerja. Tahun ini semua hasil seminar, workshop, dan training saya aplikasikan sehingga saya lebih sering di rumah. Padahal kerjanya dari jam 7 pagi sampai jam 11 malam, melebihi orang kantoran. Niat iseng saya timbul. Saya berbisik padanya kalau selama ini saya ngepet, dan saya jaga lilin di rumah. Makanya saya nggak bisa kemana-mana untuk jaga lilin. Teman saya kaget, dan saya juga kaget kenapa dia percaya. "Gile lo, Mut. Masa lo ngepet sih? Siapa babinya?" Dan saya jawab, "Elu sih babinya. Lagian, masa' lo percaya sih kalo gw ngepet? Ckckck." Fyi, babi ngepet itu cara klasik nyuri duit di rumah orang dengan menggunakan mistis. Ada yang jaga lilin, ada yang jadi babi dan berkeliaran mencuri uang, kayak tuyul 'gitu. Detailnya nggak tau juga sih, toh memang nggak ada bakat ngepet, hahahahaha.
Sebenarnya mungkin saya bisa saja pergi ke negara-negara yang saya sebutkan itu dan kembali menghindar dari masalah. Tapi saya nggak tega dengan tim saya di Rancupid yang juga merupakan sahabat-sahabat saya. Kita membangun Rancupid bersama-sama lantas saya pergi begitu saja berlibur dan nggak tau kapan bakal pulang? Mereka begitu banyak mencurahkan hati, pikiran, dan tenaga ke Rancupid yang membuat saya terharu. Kita sama-sama berusaha keras keluar dari krisis moneter dan alhamdulillah sekarang semuanya membuahkan hasil. Bulan ini saya mulai bisa bernapas lega dan tersenyum lebar, makanya bisa ke Myanmar.
Kenapa Myanmar? Nggak ada jawaban yang pasti kenapa Myanmar karena saya memang mau mengkhatamkan Asia Tenggara. Banyak yang menyarankan saya untuk berhati-hati di Myanmar apalagi karena adanya desas-desus di media yang kurang baik. Saya sih tawakkal saja. Selama nggak berniat aneh-aneh, insya Allah semua akan baik-baik saja. Oh ya, sewaktu ulang tahun saya kemarin, saya dapat tiket gratis dari Air Asia karena point yang banyak juga. Saya memilih Laos supaya benar-benar perjalanan saya di Asia Tenggara selesai. Tunggu, masih ada Timor Leste, tapi bagi saya Timor Leste masih Indonesia, hihihi. Insya Allah nanti ke sana juga.
Nggak ada persiapan yang signifikan ke Myanmar. Itinerary udah tersedia di Rancupid Travel, mobil sudah disewa, Hotel sudah di booking, mata uang dollar dan ringgit sudah ditukarkan yang nantinya akan ditukarkan dengan mata uang MMK (Myanmar Kyat). Saya juga membawa mata uang Vietnam Dong (VND) yang dulu masih tersisa. Semua udah terurus dengan baik insya Allah.
Hikmah nggak jadi jalan-jalan ke 3 negara sebelumnya banyak juga sih. Salah satunya jadi terbuka peluang ke Iceland, dimana pesawat transit di Inggris. Lalu ada teman mengajak ke Ulaan Bataar, dimana pesawat transit di Beijing. Memang masih rencana, insya Allah bisa pergi ke dua negara ini. Kayaknya tim New Zealand kemarin pada bersemangat ke Iceland untuk mencari aurora dan saya udah pernah mendapat tiket super murah ke beberapa negara di Eropa. Mari berdoa supaya beneran jadiiiii. Amin! Oh ya, saya juga dapat tiket murah ke Jeddah dan insya Allah bisa ikut umroh lagi tahun ini. Ah, jadi nggak sabar. Rindu banget sama Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Well, Allah paling tau deh kenapa kemarin saya belum bisa pergi ke 3 negara itu.
Baiklah, doakan saya selamat pergi dan pulang ya. Kali ini saya pakai passpor baru dan masih kosong banget dan saya akan transit dulu semalam di Kuala Lumpur untuk temu kangen dengan teman-teman saya. Saya selalu berusaha untuk menghubungi teman-teman lama ketika mengunjungi suatu kota atau negara untuk mempererat silaturahmi yang bisa memperbanyak rejeki, hihihi.
0 comments:
Posting Komentar