Juni 22, 2017

Berbuka Puasa di Mesjid Istiqlal

Awal Ramadhan kemarin, sebelum mudik ke Aceh, saya akhirnya bisa berbuka puasa di Mesjid Istiqlal. Hal yang dari dulu sudah menjadi keinginan saya, tapi belum pernah terlaksana sama sekali sejak mulai tinggal di Jakarta dari tahun 2010. Setiap berganti Ramadhan, selalu berniat buka puasa, tapi selalu ada aral melintang dan nggak jadi terus kesini. Berhubung puasa pertama dimulai hari Sabtu, beberapa teman yang diajak bareng ke mesjid pada bisa, ya udah bela-belain harus ke Istiqlal.

Saya jalan dari Depok sekitar jam 1 siang karena takut kereta bakalan ngetem di stasiun Manggarai atau stasiun Gambir. Ternyata, kereta berjalan mulus dan saya sampai ke Masjid Istiqlal 50 menit kemudian. Ini rekor sih, bisa mengendarai kereta dari stasiun Depok Lama ke stasiun Juanda hanya 50 menit. Seandainya selalu secepat ini perjalanan naik kereta, pasti warga Jabodetabek akan merasa sangat diuntungkan. Saya sempat mampir ke 7eleven di depan stasiun Juanda untuk membeli air mineral dan roti untuk jaga-jaga kalau nggak ada makanan berbuka yang dibagikan. Oh ya, karena mesjid sangat luas, jadi sebaiknya kalian bawa plastik untuk menaruh sendal. Kalau nggak bawa, bisa beli plastik juga karena banyak pedagang yang jual.

Ini kali kedua seumur hidup saya shalat di mesjid Istiqlal. Terakhir sewaktu SMP kali ya😕. Mesjid ini masih sangat luas. Saya sempat berjalan agak jauh untuk mencari saf khusus cewek. Mungkin bukan jauh, tapi nggak tau jalan pintasnya. Akhirnya malah naik ke lantai 2, jalan berkeliling, lalu turun ke saf cewek. Pemandangan setelah zuhur waktu itu adalah kebanyakan orang yang tiduran. Memang jam-jam kritis sih setelah zuhur apalagi sedang berpuasa.

Saya sempat tiduran juga sampai jam 3 siang. Setelah itu mencari tempat untuk berwudhu. Karena nggak ada petunjuk arah ke tempat wudhu, saya jadi harus bertanya pada ibu penjaga mukenah. Toilet dan tempat wudhu ada di lantai paling bawah mesjid. Setelah tau arah, saya dan teman-teman langsung menuruni tangga, melewati lorong berkelok-kelok, sampai akhirnya menemukan tempat wudhu dan toilet. Kesan saya pertama kali kesini adalah, semua interiornya sudah tua. Teringat dulu ketika masih SMP, keran-keran wudhu terlihat begitu baru, toilet super bersih, dan semua interior terlihat bersih dan berkilau. Apa karena sudah dimakan usia?

Setelah berwudhu, adzan berkumandang dan kami mulai merapatkan saf. Ada seorang ibu-ibu yang berteriak menggunakan toak untuk menyuruh para jemaah wanita maju ke depan dan merapatkan barisan. Ini yang saya suka, berhubung banyak sekali orang remeh dengan kondisi saf rapat dan lurus. Kadang mereka membawa sajadah besar dan satu sajadah untuk satu orang, sehingga jadi banyak celah antar orang-orang. Berhubung nggak ada yang bawa sajadah, diteriakin ibu-ibu juga, jadilah saf rapat dan lurus.

Setelah shalat Ashar berjamaah, saya dan teman-teman duduk bersandar di pilar-pilar mesjid untuk mengaji sejenak. Kalau sudah lelah mengaji, biasanya saya hanya duduk termenung melihat banyak turis yang lalu-lalang untuk berkeliling. Pukul setengah lima sore, pengumuman pembagian makanan berbuka puasa terdengar. Yang mau ikutan berbuka puasa bersama harus duduk berbaris rapi di pelataran mesjid. Saya dan teman-teman membentuk barisan dan melihat sekeliling. Ternyata rame juga yang ikutan. Tua, muda, miskin, kaya, berbaur semua jadi satu. Banyak banget juga wartawan yang mengambil gambar. 
Duduk berbaris
Makanan berupa nasi kotak pun dibagikan. Porsi makanannya banyak banget dan saya sudah yakin nggak akan bisa menghabiskan makanan sebanyak ini ketika pas berbuka puasa karena pasti bakalan telat shalat magrib. Setelah makanan dibagikan, masih ada waktu 45 menit lagi sampai adzan magrib. Jadi bingung juga mau ngapain. Palingan melihat orang-orang yang sibuk mengobrol satu sama lain. Ada juga teman-teman saya yang sibuk posting IG Story😆. Adzan pun akhirnya berkumandang. Alhamdulillah, bisa buka puasa di mesjid ini. Saya hanya makan beberapa buah kurma, minum air, lalu berwudhu dan shalat magrib berjamaah. 
Makanan untuk berbuka puasa dibagikan
Orang-orang semakin ramai
Setelah shalat magrib, saya keluar dari barisan, dan duduk bersandar di pilar-pilar luar mesjid. Sekalian melanjutkan makan malam yang tertunda. Rasanya senang banget bisa buka puasa di mesjid ini setelah bertahun-tahun dan akhirnya kesampaian juga. Waktu selang antara shalat magrib dan shalat isya memang sangat singkat, sehingga setelah makan, kami harus langsung berwudhu dan kembali ke barisan shalat karena adzan Isya sudah berkumandang. Seperti shalat-shalat sebelumnya, terdengar suara ibu-ibu berteriak menggunakan toak menyuruh merapatkan barisan shalat.

Shalat Isya berlangsung khusyu', dengan lantunan ayat suci Al-Quran yang dibacakan oleh imam terdengar sangat indah. Imam yang memimpin shalat di mesjid Istiqlal adalah bapak Prof. Dr. Nasaruddin Umar M.A selaku imam besar Masjid Istiqlal ke-5 dan juga wakil mentri Agama R.I. Jemaah masjid juga hampir penuh 100%. Alhamdulillah, masih banyak orang yang mau shalat tarawih berjamaah.
Shalat tarawih
Yang agak menjadi masalah buat saya adalah saya kegerahan banget ketika shalat tarawih. Apalagi setelah makan, metabolisme tubuh membuat keringat bercucuran. Mana pakai mukenah parasut yang membuat panas tubuh jadi meningkat. Rasanya dari ujung rambut sampai ujung kaki keringatan semua. Kipas angin ada sih, tapi jaraknya jauh-jauh banget dari pilar ke pilar dan nggak terasa sama sekali. Seandainya kubah mesjid bisa berpindah dan terbuka seperti di Masjid Nabawi, mungkin para jamaah akan merasakan angin dingin dari luar yang masuk ke dalam mesjid sehingga membuat shalat lebih nyaman. Atau seandainya dipasang AC central seperti di Masjid Raya Baiturrahman atau Masjid Sultan Oemar di Brunei Darussalam yang dinginnya minta ampunnn, pasti jemaah akan terasa lebih nyaman dalam beribadah. 

Setelah shalat, saya dan teman-teman nongkrong dulu di 7eleven stasiun Juanda untuk mendinginkan badan dan minum es teh manis. Rasanya dehidrasi tadi saking kepanasannya. Walaupun demikian, saya senang banget bisa berbuka puasa dan shalat tarawih di Istiqlal. Semoga nanti bisa berbuka puasa lagi di mesjid ini dan ketika saat itu tiba, mesjid sudah dilengkapi dengan AC. Aminnnn.

0 comments:

Follow me

My Trip