Jujur saja saya nggak tau kalau sungai Mekong ada di Laos. Sewaktu pertama kalinya check in Villa di Luang Prabang dan resepsionis menceritakan semua destinasi wisata di kota itu, saya kaget sendiri karena sungai Mekong jaraknya hanya 50 meter dari Villa tempat saya menginap. "What? That Mekong river is here?" Well, beginilah kalau pergi ke suatu tempat tanpa membaca terlebih dahulu atau menyusun itinerary. Jadi agak malu-maluin 'kan? Hahahaha. Untung cuma ke Laos doang. Coba kalau pergi ke negara jauh tanpa persiapan? Nggak mungkin juga sih. Pasti udah heboh sendiri dengan menyiapkan ini itu bahkan sebulan sebelum keberangkatan.
 |
Sungai Mekong |
 |
Perahu Mekong |
Mekong adalah sungai trans-batas di Asia Tenggara dan merupakan sungai terpanjang ke-12 di dunia, juga yang terpanjang ke-7 di Asia. Diperkirakan panjangnya adalah 4.350 km (2.703 mil), meliputi area seluas 795.000 km2 (307.000 sq mi), menghabiskan 475 km3 (114 cu mi) air setiap tahunnya. Sungai ini mengalir dari Dataran Tinggi Tibet melalui Provinsi Yunnan China, Myanmar, Laos, Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Pada tahun 1995, Laos, Thailand, Kamboja, dan Vietnam membentuk Mekong River Commission untuk membantu pengelolaan dan penggunaan sumber daya dari Sungai Mekong secara terkoordinasi. Pada tahun 1996, Cina dan Myanmar menjadi "dialogue partners" MRC dan enam negara sekarang saling bekerja sama dalam satu rangkaian.
 |
Duduk manis di perahu |
Hal yang paling membuat saya antusias, "Yeay, akhirnya saya ke Mekong."😎😎😎. Walaupun Mekong bukan termasuk 7 Wonder of Nature seperti Ha Long Bay dan Jeju Island yang pernah saya kunjungi, saya tetap sangat antusias mengunjungi tempat ini. Bangun pagi, sarapan, dan langsung jalan kaki menyusuri pinggiran sungai Mekong untuk mencari pelabuhan yang menyediakan jasa berlayar ke Pak Ou Cave, sebuah gua tempat ratusan patung Buddha berada. Setelah 10 menit berjalan kaki, kok nggak menemukan tanda-tanda adanya pelabuhan. Akhirnya bertanya pada bapak-bapak yang sedang nongkrong disitu dan beliau menawarkan jasa ke Park Ou dengan membayar 100,000 kip. Hmm, mahal juga sih, tapi saya udah males jalan kaki lagi karena Luang Prabang itu panas banget, bahkan sampai 38 derajat. Ya udah, saya dan Nida menerima penawaran dari sang bapak untuk naik perahu dengan harga agak mahal.
 |
Pom bensin di sungai |
Awalnya saya berpikir bakalan cuma berdua doang dengan Nida menjadi penumpang di perahu. Ternyata perahu transit di dermaga (yang kami cari) untuk berpindah perahu dan menaikkan penumpang lainnya. Saya bertemu orang Indonesia yang awalnya satu pesawat dengan kita dan dia bilang hanya membayar 60,000 kip saja. Huuu, kita jadi kemahalan deh😞. Berlayar di sungai Mekong pun dimulai. Saya mengambil beberapa foto dan melihat sekeliling. Karena kita berada di tengah sungai tanpa area teduh, jadi terik banget langsung ke muka. Saya sarankan kalian untuk pakai topi dan kacamata hitam disini karena silau banget. Anginnya enak banget, bikin ngantuk. Apalagi ayunan perahu benar-benar bikin mata terpenjam. Sampai akhirnya saya tiba di sebuah desa bernama Lao-lao Village.
 |
Etalase Whiskey |
 |
Whiskey menyeramkan😨😨😨 |
Sempat bingung awalnya kenapa saya ke desa ini. Apa saya salah naik perahu? Ternyata memang semua perahu pasti merapat ke desa yang terkenal dengan Whiskey dan kain tenun. Mungkin kalau kain sudah biasa ada di negara kita. Yang mengherankan adalah Whiskeynya. Gila ya, mereka menaruh tokek, ular kobra, lipan, kalajengking, ular, dan berbagai jenis hewan seram lainnya di dalam botol whiskey. Alkoholnya juga tinggi banget, yaitu 50%. Saya sih udah seram duluan melihat ada binatang melata di dalam botol whiskey. Katanya hewan-hewan itu untuk obat. Hiiiii, mending ke dokter daripada harus minum ini untuk obat.
 |
Ada kobra😱😱😱😱 |
 |
Kain tenun |
Setelah mampir sekitar 45 menit di desa Lao lao, kami melanjutkan perjalanan ke Pak Ou Caves. Mungkin total perjalanan kesini tuh ada kali 2 jam dan saya hanya melek 30 menit, sisanya tidur nyenyak. Pas bangun udah sampai di jembatan menuju pintu masuk gua. Kita harus membayar tiket seharga 20,000 kip, baru bisa naik ke tangga menyusuri gua. Tebing ini memiliki dua gua. Yang pertama bernama Tham Thing, lumayan dekat dengan tempat pemberhentian kapal, jadi nggak begitu capek naik tangga.
 |
Sampai ke tebing |
 |
Mari menyusuri gua |
 |
Tangga ke gua Tham Thing |
 |
Tiket masuk |
Ada apa di dalam gua? Kalian bisa melihat banyak sekali patung Buddha dimana-mana. Gua Tham Thing cukup terang dan memiliki beberapa tanda yang menjelaskan tentang patung dan altar doa di dalamnya. Beberapa patung Buddha ada yang sudah retak dan patah-patah. Mengingat usia gua ini sudah sangat tua mungkin ya, makanya banyak patung yang kondisinya udah nggak bagus lagi. Saya tidak berlama-lama disini karena memang tempatnya agak sempit untuk melihat patung Buddha. Bahkan ada altar tinggi yang kalau mau naik kesana harus gantian sama orang lain saking sempitnya tempat itu.
 |
Patung-patung Buddha |
 |
Altar sempit |
Berikutnya adalah gua Tham Theung, yaitu gua bagian atas berjarak 10 menit menaiki beberapa tangga curam. Awalnya saya kira masuk gua Tham Theung harus bayar lagi, ternyata nggak. Kalian tau, saking curamnya dan banyaknya anak tangga menuju gua ini, saya sampai ngos-ngosan setengah mati. Kayaknya dari ujung rambut sampai ujung kaki udah keringatan parah banget saking capeknya menaiki tangga-tangga ini. Saran saya kalau emang nggak terbiasa naik gunung, mending nggak usah naik ke Tham Theung karena bisa saja kalian pingsan nantinya. Nida aja udah lelah banget sampai harus beristirahat berkali-kali sepanjang perjalanan.
 |
Pintu masuk gua Tham Theung |
Gua Tham Theung ini gelap banget. Sampai-sampai kamera mirrorless saya nggak bisa mengambil gambar sama sekali. Saya jadinya pakai kamera hp dan senter untuk melihat patung Buddha yang jumlahnya sangat banyak. Bahkan jauh lebih banyak daripada gua yang berada di bawah. Karena sulitnya mencapai gua ini, pengunjung gua agak sedikit disini. Bahkan sewaktu saya masuk, hanya ada 2 orang turis dan saya doang di dalam gua dan saya merasa agak seram juga jadinya. Tapi saya nggak takut sama per-hantu-an, cuma merasa patung-patung Buddha itu melirik saya aja. Hiiii, seram jugakk!😰😰😰
 |
Patung-patung Buddha diambil pakai kamera hp |
 |
Tangga curam |
Nggak berlama-lama di Gua Tham Theung, kami turun ke dermaga. Memang waktu turun lebih singkat daripada waktu naik, jadi mungkin kami sampai ke dermaga hanya dalam waktu 5 menit saja. Kami penumpang terakhir yang menaiki perahu, sedangkan penumpang lain udah lengkap. Setelah kami naik, perahu pun berlayar kembali meninggalkan gua-gua itu.
Di postingan berikutanya saya akan membahas tentang makanan di Laos. Sampai jumpa!
0 comments:
Posting Komentar