Juli 15, 2017

Menjelajahi Kota Meulaboh Sampai Nagan Raya

Ini pertama kalinya saya ke Meulaboh, Aceh Barat. Walaupun ada tante yang tinggal di kota ini, tapi saya nggak pernah main ke rumahnya. Mungkin karena jarak dari Aceh Utara ke Barat jauh banget dan harus memutar dulu ke Banda Aceh. Bisa sih lewat jalan tengah melalui Takengon. Tapi katanya jalan dari Aceh Tengah ke Aceh Barat agak menyeramkan dan ngeri-ngeri sedap kalau bawa anak kecil dan orang tua. Mungkin kalau kita sesama anak muda sih bisa-bisa aja.
Meulaboh
Baiklah, saya akan menceritakan beberapa destinasi wisata yang saya kunjungi di Meulaboh. Mari disimak!

Pantai Ujung Karang
Tempat pertama yang tante saya rekomendasikan untuk berwisata adalah Pantai Ujung Karang. Pantai ini terletak di desa Suak Indrapuri, kecamatan Johan Pahlawan, Meulaboh Aceh Barat yang merupakan salah satu objek wisata yang menawarkan keindahan alam, dengan lautnya yang berwarna biru, ditambah dengan pohon nyiur berjajar disekitar pantai sehingga membuat suasana semakin terasa sejuk. Dulu, gelombang Tsunami tahun 2004 sangat tinggi di pesisir pantai ini. Kalian bisa melihat saksi bisu bangunan tiga lantai yang belum di renovasi dan dindingnya jebol karena terkena tsunami. Masya Allah.
Mari melaut
Saksi bisu tsunami
Kalau kalian suka mancing ikan, pantai ini menjadi tempat yang tepat untuk memancing. Berhubung waktu saya singkat sekali di Meulaboh, jadi nggak nyobain mancing. Cuma berfoto aja disekitar dermaga dan saya menyadari kalau langit di Meulaboh indah sekali. Apa mungkin karena pantulan sinar matahari ke laut yang membuat langit berwarna biru cerah yang sangat indah😍😍😍.
Mari memancing ikan
Mikirin siapa ya?
I'm wearing my own cloth label HAY
Kupiah Meukeutop
Kupiah Meukeutop adalah lambang daerah Kabupaten Aceh Barat dan juga situs budaya, serta lokasi gugurnya Pahlawan Nasional Teuku Umar yang terletak di Desa Suak Ujong Kalak, Kota Meulaboh. Saat tsunami melanda Aceh 26 Desember 2004, monumen itu juga ikut terbawa air bah. Pada masa rekonstruksi Aceh pascabencana, tugu dibangun kembali oleh Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) Aceh dengan biaya mencapai ratusan juta rupiah. Monumen ini dibangun dengan posisi agak ke darat kaerna lokasi tugu sebelumnya telah menjadi laut akibat Tsunami. Memang kalau dilihat kondisinya kini tak bisa dimanfaatkan dengan baik karena ditumbuhi rumput liar, cat menggelupas, dan tak ada perawatan. 
Kupiah Meukeutop
Lokasi Teuku Umar ditembak
Sebagai informasi, Kupiah Meukeutop juga merupakan topi tradisional adat Aceh yang biasanya digunakan sebagai pelengkap pakaian adat yang dikenakan kaum pria. Tidak jauh dari monumen Kupiah Meukeutop ada juga monumen yang sama bertuliskan Teuku Umar. Kita ketahui bahwa pahlawan nasional yan satu ini lahir di Meulaboh, tahun 1854. Beliau gugur 11 Februari 1899, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Belanda di Meulaboh. Di lokasi tertembaknya Teuku Umar, di Pantai Batu Putih, Suak Ujong Kalak, dibangun satu lagi Kupiah Meukeutop.

Kopi Khop - Kopi Telungkup
Tidak jauh dari Monumen Kupiah Meukeutop, ada warung kopi yang menyajikan kopi secara terbalik. Sebenarnya saya nggak suka kopi, tapi saya berpikir kalau nggak sah rasanya udah ke Meulaboh tapi nggak nyobain sensasi minum kopi secara terbalik. Saya minta kopi manis, supaya kuat minumnya. Ketika kopi datang, saya malah bingung sendiri bagaimana cara meminumnya😅.
Kopi manis terbalik
Kopi hitam
Pelayan warung kopi bilang kalau kita harus meniup kopinya terlebih dahulu, nanti airnya keluar sedikit demi sedikit. Sebenarnya agak jijay sih meniup air minum, tapi kalau nggak ditiup nggak akan keluar minumannya. Saya tiup perlahan-lahan, lalu air kopi keluar sampai memenuhi piring dibawahnya, baru deh bisa disedot. Awalnya pengen saya balikin kopinya. Tapi saudara saya bilang, kalau kopi dibalikin, nanti ampasnya naik semua karena memang nggak disaring. Hmm, baiklah, memang harus sabar minum kopi perlahan-lahan tampaknya.
Slurrpp
Pondok warung kopi
Setelah dari kopi Khop, kami berkeliling kota Meulaboh. Tidak lupa mampir di mesjid Agung Baitul Makmur untuk berfoto. Mesjid ini merupakan icon kota Meulaboh dan termasuk bangunan yang terindah di bagian barat Aceh dan menjadi saksi bisu ketika Tsunami meluluh-lantakkan Aceh tahun 2004. Warna kubahnya merah mencolok dan sangat cantik, sehingga terlihat elok dari kejauhan.
Mesjid Agung Baitul Makmur
Kantor Bupati Meulaboh
Kabupaten Nagan Raya
Berhubung udah sampai Meulaboh, ada baiknya menyempatkan diri ke Nagan Raya. Kalau untuk saya sih hanya sebagai penambah checklist daftar Kabupaten yang pernah saya singgahi saja. Kalau kalian ingin langsung terbang ke Aceh Barat, mungkin bisa memilih penerbangan dari Kuala Namu Medan menuju Bandara Cut Nyak Dhien di Nagan Raya. Seandainya dari Lhokseumawe ada pesawat langsung ke Nagan Raya kan enak ya😆. Apa yang menarik dari Nagan Raya? Salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) pertama di Aceh yang terletak di Desa Suak Puntong, Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
Perjalanan dari Meulaboh
Tugu selamat datang
PLTU Nagan Raya ini bakal menghemat penggunaan BBM sebesar Rp 28 triliun per tahun. Pembangkit dengan kapasitas 2 x 110 megawatt (MW) menelan biaya Rp 795 miliar dan US$ 160,9 juta (Rp 152,9 miliar). Memang kalau kalian lihat sendiri, PLTU ini memiliki bangunan super megah. Nggak heran kalau dana yang dikeluarkan hampir 1 Trilyun bisa membuat pembangkit listrik sebesar ini. Saya agak susah memotretnya dari balik pagar, karena nggak boleh masuk ke dalam PLTU. Tadinya mau turun dan memotret dari pintu pagar yang ada teralis tapi agak takut kesetrum. Maklumlah, kan sedang berada di tempat penuh listrik. Emang iya bakalan kesetrum 'gitu?😂😂😂
PLTU dari luar
Setelah makan siang, saya kembali pulang ke Banda Aceh sekitar jam 3 siang dari rumah tante di Meulaboh. Memang cuma menginap semalam di rumah tante dan sengaja pulang agak sore supaya bisa mendapatkan sunset di Gunung Geurutee. Alhamdulillah hari itu sangat cerah, langit sangat biru, dan saya ketiduran melulu di mobil. Sempat mampir juga ke rumah saudara di Teunom, baru kembali melanjutkan perjalanan.
Kantor Bupati Aceh Jaya
Alhamdulillah saya sampai di Puncak Geurutee pas banget beberapa menit sebelum matahari terbenam. Kebetulan juga kita dapat parkiran enak di depan pondok. Saya masih sempat duduk-duduk di pondok, memesan indomie dan makan duren yang dijual pas di depan pondok, selagi menunggu best moment untuk sunsetnya.
Puncak gunung Geurutee
Pondok-pondok
Mari makan durian
Kejadian yang menyebalkan adalah, karena makan durian ditambah indomie kali ya, jadi aja perut mules tiba-tiba pas moment sunset lagi bagus-bagusnya. Duh, udah berusaha cuek, duduk diem nggak gerak, mules terus bertambah. Mana nggak ada toilet di puncak gunung begitu. Akhirnya saya paksain ambil foto sunset yang subhanallah bagusnya dengan usaha yang sudah mencapai titik darah penghabisan. Saya memang bela-belain banget mau mengambil gambar sunset di puncak gunung karena refleksi cahayanya langsung ke samudra yang tenang tanpa ada ombak. Masya Allah indahnya. Sunggu Maha Karya Sang Pencipta😍😍😍.
The best sunset i have ever seen
Matahari mulai tenggelam sepenuhnya
Sesaat setelah matahari tenggelam sepenuhnya, hilang juga rasa mules di perut saya. Aneh banget 'kan? Damn! Baiklah, semoga suatu hari bisa balik lagi kesini. Aminnn...

Sumber :

0 comments:

Follow me

My Trip