Sudah 43 hari saya di Aceh. Kalau orang naik haji, mungkin sebentar lagi udah pulang, hahaha. Logat ngomong juga udah berubah dari betawi ke Aceh yang rada-rada melayu, hihihi. Malah vocab bahasa Aceh jadi bertambah juga. Tapi 43 hari nggak terasa selama di Aceh. Mungkin karena berada di kampung halaman terlalu nyaman, makan enak, tidur nyenyak, internet kenceng, kerjaan juga kelar. Makanya waktu seolah berjalan terlalu cepat.
Peta |
Baiklah, saya akan bercerita pengalaman libur lebaran kali ini berkunjung ke rumah tante di Aceh Barat. Sebenarnya saudara saya banyak banget disana, tapi seumur hidup belum pernah ke bagian Aceh yang satu ini. Udah diniatin dari jauh-jauh hari, pokoknya mau ke Meulaboh (ibu kota Aceh Barat), melalui jalur darat supaya saudara yang lain bisa ikut.
Saya dan keluarga keluar dari rumah pukul 6 pagi menuju Banda Aceh. Sekitar jam 10 pagi, kami udah sampai di Banda Aceh dan mampir untuk bersilaturahmi sejenak ke saudara yang ada disana. Sempat ngobrol sebentar, makan siang dengan lauk pauk super banyak dan enak, lalu jam 12 siang, kami keluar dari rumah saudara untuk melanjutkan perjalanan. Baru sadar melihat jarum bensin di dashboard mobil tinggal 2 bar dan jadi takut bensin nggak cukup karena kita bakalan melewati 3 gunung dan nggak ada SPBU sama sekali. Karena mau shalat Jumat, semua SPBU di Banda Aceh tutup semua. Waduh! Akhirnya kami terpaksa beli bensin eceran daripada mobil mati mendadak diatas gunung.
![]() |
Makan siang |
Perjalanan pun dimulai. Karena masih waktunya shalat Jumat, jalan utama Banda Aceh - Calang sepi dan kita bisa 'ngebut untuk mengejar waktu. Mana jalanan di Aceh bagus banget dan nggak ada lubang sama sekali jadi nggak was-was mau ngebut. Beberapa kali saya berhenti, hanya untuk mengambil gambar karena cantik dan indahnya pemandangan di sisi kiri kanan jalan yang kebanyakan adalah pantai. Memang cuaca di Aceh bisa panas banget dan saya lupa bawa kacamata hitam, jadi silau banget mata saya. Tapi alhamdulillah tetap bisa mengambil gambar.
![]() |
Pantai Lampuuk, pasirnya putih |
Pantai Lhoknga, ombaknya gede banget. Bagus untuk berselancar. |
![]() |
Pondok di kaki gunung Paroe |
Sebenarnya jalan ke Meulaboh cuma lurus aja nggak belok-belok. Tapi jalannya berkelok-kelok. Apalagi karena harus melewati pegunungan. Dari Banda Aceh, kalian harus melewati gunung Paroe, Kulu, dan Geurutee, baru sampai ke kota Lamno. Nah, menyetir melewati jalan di atas gunung agak seram sih. Kalian harus ekstra hati-hati karena sisian jalannya adalah tebing yang langsung ke laut. Serem banget ya. Walaupun demikian, di puncak Gunung Geurutee ada banyak pondok-pondok yang bisa kita mampir untuk sekedar duduk-duduk menikmati pemandangan alam yang subhanallah indahnya. Benar-benar indah.
![]() |
Pesisir Aceh Barat |
Terlihat pulau Klang |
Kalian bisa melihat gunung dan pesisir Aceh barat dan Pulau Kluang dari puncak gunung. Saya sampai takjub melihat keindahannya. Sambil mengambil gambar, saya sekalian pesan es jeruk dan menikmati angin sepoi-sepoi di pondok. Sepertinya ini pemandangan pinggir tebing terindah yang pernah saya lihat.
Menikmati jus jeruk |
Setelah puas menikmati alam ciptaan Allah SWT, saya melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Aceh Jaya. Sampai di Lamno langsung isi bensin full tank supaya nggak was-was lagi sampai Meulaboh. Perjalanan masih panjang, ditambah lagi saya harus berhenti di tengah jalan untuk nebeng toilet di SPBU atau shalat di mesjid. Sepanjang perjalanan di Aceh Jaya, saya melihat banyak rumah-rumah kecil yang merupakan sumbangan untuk korban Tsunami 2004. Saya juga melewati kota Calang, yang dulunya sempat hilang karena seluruh kota dan penduduknya tersapu tsunami, Masya Allah. Oh ya, ketika sudah turun gunung, kalian tetap harus hati-hati menyetir karena banyak banget rombongan sapi yang sedang melintas di jalan. Kadang pun udah di klakson berkali-kali teteup aja si sapi jalannya santai banget. Sampai harus buka kaca jendela untuk mengusir sapi, hush! Hush!
Setelah Calang, kami mampir shalat di mesjid sumbangan dari Brunei Darussalam di kota Panga. Kebetulan Om saya yang dari Meulaboh janjian ketemuan di mesjid itu karena beliau mau balik ke Banda Aceh. Takutnya nggak ketemu di Meulaboh. Jadilah saya sekeluarga berlebaran dengan om sambil shalat Ashar. Bagus juga idenya😁😁😁. Sekitar setengah jam berhenti, lalu saya melanjutkan perjalanan melintasi kota Teunom. Hampir semua kota di Aceh Jaya itu adalah kampungnya kakak ipar saya dan baru lebaran kali ini diberikan kesempatan oleh Allah untuk menjelajahinya.
Perjalanan dari Banda Aceh ke Meulaboh memakan waktu hampir 6 jam ditambah waktu nongkrong sebentar, ke SPBU, dan shalat di Mesjid. Kebayang nggak kalau kami sudah melakukan perjalanan dari jam 6 pagi dan tiba di Meulaboh jam 6 sore. Duh, pegel banget deh 12 jam perjalanan, apalagi membawa bayi. Udah bosen deh bayinya.
Alhamdulillah kami sampai dengan selamat di Meulaboh. Nanti saya cerita lagi ya. Sampai jumpa!
0 comments:
Posting Komentar