Kali ini saya akan menuliskan sebuah cerita pendek tentang seorang cewek yang lagi mencari pekerjaan part-time dengan dibumbui berbagai penyedap rasa sehingga ceritanya jadi lezat untuk dinikmati, hihihi. Berhubung saya nggak pintar untuk mereview Cafe yang menyajikan kopi, jadi saya jadikan cerpen aja ya. Mari disimak!
***
Ntah sudah berapa Cafe aku datangi dalam minggu ini sambil membawa surat lamaran kerja, tapi hampir semuanya tidak membuka lowongan. Aku mulai merasa kelelahan. Pagi kuliah, sore mencari pekerjaan, malam mengerjakan skripsi. Ternyata mencari kerja part time tidak semudah seperti di drama Korea yang suka aku tonton. Mungkin di Korea mudah kali ya? Tapi masa' aku harus kesana?
Sebenarnya uang jajanku dari Ayah masih cukup sampai akhir bulan. Tapi aku ingin membeli handphone keluaran terbaru yang sudah aku incar sejak 6 bulan ini. Sudah giat menabung, nggak nongkrong, nggak ke bioskop, demi hp itu. Harganya memang mahal, tapi memang design-nya elegan, fiturnya canggih, dan aku tidak mungkin minta uang lagi ke Ayah. Aku agak kaget juga mendengar harga Pre-Order handphone itu jauh melebihi perkiraanku. Jadilah aku harus cari duit tambahan, atau aku nggak bakalan bisa beli hp itu.
Karena sudah lebih dari seminggu mencari pekerjaan dan nggak dapat juga, akhirnya aku mampir ke Office Coffee. Sebuah cafe tempat temanku bekerja. Aku tau kalau Cafenya paling hits seantero anak muda, pengunjungnya ramai, sehingga mungkin saja butuh pegawai. Namanya Adit, dan kita memang teman lama. Aku bilang padanya,
"Lu tau kan dit, gw udah pengen banget hp itu. Ayo dong terima gw kerja."
"Bisa aja sih, tapi cuma ada lowongan barista. Emang lo bisa jadi barista?"
"Gw orangnya cepet belajar kok Dit."
Adit memandang aku dengan ragu. Tapi karena dia memang baek, jadi dia mau aja memberikanku kesempatan. "Ok, gw nggak yakin kalo elo bisa bikin kopi enak. Jadi gw ajarin dulu lo seharian ini. Kalo lo bisa bikin kopi yang simple aja, gw bakalan bilangin sama bos gw untuk nerima lo magang disini."
Aku terseyum sumringah, "Beneran, Dit? Hore!"
"Tapi jangan senang dulu," kata Adit lagi. "Kalau lo nggak bisa bikin kopi, gw alihin lo jadi kasir."
Aku langsung terdiam. Hmm, jadi barista lebih keren sebenarnya daripada jadi kasir. Baiklah, aku usahain dulu bikin kopi.
Belajar bikin kopi secara manual |
Adit mulai mengajarkanku teknik bikin kopi seharian. Mulai dari membuat kopi secara manual, sampai pakai mesin. Aku mengikuti semua arahan Adit, lalu mencicipi kopi buatanku sendiri. Hasilnya? Ehmmm, pahit, dan nggak enak.
Adit bilang, "Kopi itu memang pahit, tapi enak. Kok buatan lo udah pahit, nggak enak lagi?" ๐๐๐
Aku ketakutan, "Ups, maaf Dit."๐ฏ
Pakai mesin |
Adit menggeleng-geleng, "Ini nggak bisa dibiarkan. Udah 5 gelas yang lo bikin, semua nggak enak. Mendingan lo jadi kasir aja deh."
"Tapi kan lebih keren jadi barista, Dit."
"Iya kalo kopinya enak. Kalo nggak enak, semua barista berubah jadi kasir kayak elo."๐๐๐
Aku ngambek.
"Ya udah kalau lo ngambek, nggak usah kerja disini. Nggak jadi beli hp baru."
Errghh๐ ๐ ๐ , Adit berubah menyebalkan. "Ok, fine, gw jadi kasir."
Adit menyodorkan dua menu dan menjelaskan sedikit tentang beberapa jenis menu, lalu selanjutnya terserah aku. Duh, kok terserah sih?
Melihat buku menu |
Belum satu menit berdiri di balik meja kasir, pembeli pun datang. Mbak yang satu ini malah bertanya ini itu tentang kopi dan dia mau aku memilihkan kopi yang paling enak buat dia. Karena aku agak dendam dengan Adit, aku sarankan si Mbak memilih kopi yang dibuat Adit. Si Mbak setuju dan memesan kopi Adit. Oh ya, Cafe ini juga bisa mengajarkan pembeli untuk membuat kopi. Aku bilang ke si Mbaknya untuk minta diajarin aja bikin kopi sama Adit (niat saya supaya Adit nggak berleha-leha doang), dan Mbaknya setuju untuk mencoba membuat kopi sendiri.
Membantu pelanggan memilih kopi |
Dibeli Kak, dibeli kopinya |
Pelanggan lain datang dan aku tetap menyarankan mereka untuk beli kopi yang Adit bikin atau sekalian minta Adit ajarin bikin kopi. Seketika Adit jadi sibuk. Tadinya dia asih berleha-leha sambil mengomentari kopi buatanku yang nggak enaklah, kurang inilah, kelebihan itulah, pokoknya rese' banget deh dia๐๐๐. Ketika hari mulai malam dan kebetulan malam minggu, banyak orang datang ke Cafe, dan semuanya aku arahkan untuk memesan kopi Adit๐. Pokoknya kopi yang lain nggak dijual, cuma kopi Adit doang, hahaha, sukurin! Adit bahkan sampai tidak sempat ngapa-ngapain lagi karena sibuk banget bikin kopi dan mengajarkan pembeli bikin kopi.
Pilih kopi Adit aja ya Kak! |
Jam 12 malam, Cafe pun tutup. Adit terduduk tepar di sofa dan aku juga mulai sakit pinggang. Aku nggak menyangka kalau malam minggu Cafe ini yang datang terlalu rame, sampai waiting list segala. Mayoritas yang datang adalah anak muda dan mereka suka banget berfoto di setiap sudut ruangan. Mungkin karena interior Cafenya sangat unik dengan nuansa kayu dan tempatnya nyaman. Mana gedung Cafe ini ada 3 lantai. Untung tiap lantai ada kasir tersendiri, kalau nggak aku pun bisa ikut-ikutan tepar kayak si Adit. Yang bikin encok adalah karena jadi kasir aku nggak boleh duduk. Kaki jadi keram deh.
Interior Cafe |
Well, sejak hari itu aku fixed menjadi kasir di Cafe sampai uangku cukup untuk beli hp. Tapi tenang, walaupun udah beli hp, aku tetap jadi kasir disitu, soalnya seru sih melihat orang-orang nongkrong dengan gaya masing-masing.
![]() |
Adit, Aku, dan si Mbak |
Lokasi:
Office Coffee
Alamat: Jl. Haryono MT No.5, Kertak Baru Ilir, Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70231
Cast : Meutia, Adit, Baitil
Semoga cerita ini menjadi cara lain dalam mereview Cafe ini. Sampai jumpa!
0 comments:
Posting Komentar