September 16, 2017

Mencabut Gingsul

Saya memutuskan untuk menulis semua rangkaian perawatan gigi sejak memakai behel (braces). Kenapa? Jujur aja saya ingin melihat perkembangan gigi saya dari awal pakai braces dan setiap kontrol ke dokter, termasuk tindakan seperti pencabutan gigi atau apa pun yang berhubungan dengan gigi dan rahang saya. Perawatan memakai kawat gigi ini akan berlangsung lama, mungkin sampai 2 tahun. Daripada harus mengingat-ingat setiap kontrol ngapain aja, ya udah mending ditulis di blog.

Sebenarnya kontrol kali ini saya agak malas karena saatnya telah tiba untuk gingsul saya dicabut. Gingsul ini adalah favorit saya dari dulu. Kalau senyum, pasti yang keluar gingsul duluan. Kadang annoying juga karena orang bilang seperti vampire, tapi kadang lucu juga. Karena tau gingsul bakalan dicabut hari itu, saya sengaja datang telat ke dokter. Sewaktu giliran saya, masih saja saya berusaha nego, 
"Dok, kalau gingsulnya nggak usah dicabut gimana?"
"Nggak bisa karena kamu gigi di sebelah kiri udah nggak ada (gingsul sebelah kiri saya sudah dicabut sejak SMP), jadi kanan juga harus dibuang. Supaya nanti pas ditarik bisa seimbang."
"Kalau 3 minggu lagi aja gimana?" (Saya kontrol behel setiap 3 minggu sekali).
"3 minggu yang lalu kamu bilang 3 minggu lagi,"
"Minggu depan saya banyak harus difoto nih, Dok. Ya? Ya? Ya?" Muka memelas.
Dokter menggeleng. "Nanti gigi kamu naik ke atas malah semakin aneh bentuknya."
"Kalau....,-" masih mencari alasan,
"Kamu mau giginya cepat rapi nggak?"
"Mau Dok," jawab saya lirih.
"Ya sudah, kamu nurut sama saya ya." Kata Dokter sambil tersenyum.
Mungkin dia pikir, kok saya punya banyak stok alasan ya?

Dokter akhirnya mengecek kondisi behel saya. Beliau tanya pernah kesakitan nggak. Saya malah bingung karena nggak pernah sakit sama sekali. Dokter sampai bilang, "Hebat juga kamu nggak pernah sakit." Memang nggak sakit sih, makanya saya heran kalau semua teman bilang bakalan sakit banget nanti kalau pakai kawat gigi. Pada kenyataannya saya cuma merasa ada sesuatu di gigi. Mungkin kekuatan gigi untuk menggigit jadi agak berkurang, tapi bisa diakalin sih.

Dokter melepas kawat saya sementara dan saya buru-buru pengen ngaca karena mau lihat gigi tanpa kawat sambil mengetes mengunyah. Udah tiga minggu nggak bisa bebas mengunyah dan menggertakkan gigi, makanya jadi penasaran gimana rasanya. Dokter lalu mengencangkan lagi kawat gigi saya dan agak sakit. Walaupun nggak sakit-sakit banget, agak seram juga melihat dokter memasukkan alat-alat ke mulut saya. 

Sekitar 30 menit, saya selesai kontrol. Saya kemudian daftar ulang lagi untuk pencabutan gigi karena tidak dengan dokter yang sama. Sempat ditanya apakah saya udah makan dan sedang menstruasi? Kalau belum makan dan sedang mens nanti malah lemas karena pencabutan gigi akan mengeluarkan banyak darah. Duh, dengernya aja udah seram.

Nama saya dipanggil dan saya deg-degan. Dokter mengecek gigi yang mau dicabut. Saya masih bertanya, "Dok, dibius kan?" Dokter jawab, "Ya iyalah. Mana mungkin nggak." Dokter mengambil alat bius dan menyuntikkannya di gusi yang membuat saya menangis. Haduwww sakit bangetttt😣😣😣! Dokter lalu mengambil tang. Kebayang nggak "TANG", untuk gigi sih memang, tapi seram bener. Saya agak menghindar, muka saya miringin ke kiri dan dokter sampai marah, "Mukanya kesini!" Perawat masih baek sambil bilang, "Nggak apa-apa mbak." Saya merasa ngeri dan menghindar sambil buang muka lagi ke kiri. Dokter agak marah dan menggeser muka saya ke kanan, "Duh, kamu jangan ngeliat kesana. Susah saya-nya." Saya memelas dan bilang, "Takut, Dok!" Dokter bilang, "Ngapain takut? Sakit aja nggak." Sambil terus menggerogoti gigi saya.

Yang bikin takut itu sewaktu Dokter agak memaksa menarik gigi saya. Mungkin akarnya agak dalam, apalagi di sela-sela braces jadi agak susah mencabutnya. Kebayang dong bunyi-bunyian di mulut saya, TENG TUNG KRAK KREK! OMG! Sampai akhirnya gigi saya jatuh ke lidah. Huaaaaa😱😱😱! Saya merintih, dan dokter bilang, "Kok nangis sih? sambil melihat air mata saya, "Kan nggak sakit." Saya jawab, "Itu air mata tadi Dok waktu dibius."

Peristiwa pencabutan gigi pun usai. Bagian gigi yang baru dicabut disumpal dengan kain kasa kecil. Saya juga diresepi antibiotik dan penghilang nyeri. Saya keluar ruangan dan ke kasir. Saya mulai nggak nyaman dengan kasa di dalam mulut, jadi susah menutup mulut. Mana darahnya ternyata menetes terus sehingga harus saya lap dengan tisu. Saya sempat mengganti kasa di gigi, lalu pesan Grab untuk ke stasiun Pasar Minggu. Udah mencoba agar mulut bisa menutup supaya darahnya nggak netes. Di kereta belum terlalu penuh orang pulang kerja jadi masih nggak berdesakan. Sekitar 3 stasiun, saya udah nggak nyaman. Darah mulai mengalir ke bibir dan masih bisa saya lap. Stasiun demi stasiun ngelap darah, akhirnya satu tisu udah darah semua. Mau ambil tisu lain agak susah karena saya berdiri, jadi sabar-sabar sampai akhirnya tiba di Stasiun Depok Lama. Saya berlari ke toilet lalu langsung memuntahkan darah seisi mulut ke wastafel. Saya kumur-kumur perlahan-lahan untuk membuang semua darah, lalu mengelap mulut dengan tisu baru. Mbak-mbak yang berada di belakang saya agak kaget melihat saya memuntahkan darah di wastafel dan saya langsung pergi tanpa menjelaskan apa-apa.
Bye bye gingsul
Sampai di rumah, darah sudah tidak terlalu banyak. Saya jadi ngaca terus melihat keanehan di wajah tanpa gingsul😢. Alhamdulillah gusi saya nggak nyeri juga. Mungkin toleransi saya dengan sakit gigi memang tinggi kali ya, jadi nggak sakit. Luka bekas cabut gigi juga cepat sembuh. Semoga nanti beneran bisa bagus nih struktur gigi dan rahang saya untuk menuju Perfect Smile 2018 (my goal). Jangan ketawa lihat foto saya yah. Sampai jumpa di postingan berikutnya.

OMDC (Oktri Manessa Dental Clinic)  
Alamat: Jl. Warung Jati Bar. No.6, RT.4/RW.5, Kalibata, Pancoran, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740

Kontrol Sapphire Braces Rp. 200,000
Pencabutan Gigi Rp. 249,000
Obat-obatan Rp. 20,000

6 comments:

Anggarani Ahliah Citra mengatakan...

saya juga beberapa kali berurusan dengan masalah gigi, mba. Paling berkesan itu saat cabut geraham bungsu. Ya, sempet dimarahin juga sih ma dokternya sampai saya pegangin tuh tangan pak dokter biar ga nyabut gigi saya. :D

Meutia Halida Khairani mengatakan...

@anggarani hahahahaha sampe dipeganginnnn 😂. Tapi emang horor bgt ya cabut gigi..

dey mengatakan...

Urusan cabut gigi memang bikin serem ya.

Unknown mengatakan...

Ka, apakah bekas dicabutnya yang bolongnya bisa kembali seperti semula?

Meutia Halida Khairani mengatakan...

Bisa, bahkan nggak terlihat sama sekali dan nggak berbekas.

Reza mengatakan...

Cabut gigi gingsul sakit gak kak

Follow me

My Trip