Matahari terbit merupakan salah satu keindahan ciptaan Allah SWT yang paling saya sukai ketika sedang melakukan perjalanan kemana pun. Mungkin karena kebiasaan bangun shalat Shubuh yang terkadang nggak bisa tidur lagi, jadi deh mencari sunrise indah. Apalagi di Bromo kala itu, sinar mentari sedikit demi sedikit mulai menyapa kita dan menyinari seluruh gunung Bromo yang sedang berkabut sangat tebal. Subhanallah indahnya!
Bromo dengan kabut tebal |
Mentari menyinari kabut |
Supir Jeep bilang, pemandangan Bromo disinari mentari pagi itu sebenarnya sudah biasa. Yang luar biasa hari itu adalah kabut yang begitu tebal sehingga membuat kita seolah-olah berada di negeri diatas awan dengan puncak-puncak kawah gunung Bromo dan pegunungan lainnya menyembul dari kabut tebal. Tahun lalu saya ke Bromo, nggak ada view seindah ini karena nggak ada kabut sama sekali. Alhamdulillah masih diberikan kesempatan untuk menikmati pemandangan yang bikin awet muda saking cantiknya😍.
Betapa indahnya |
Setelah 2 jam menikmati pemandangan, kami turun dari Bukit Cinta (Penanjakan 2). Saya kebelet pipis dan terpaksa mencari toilet terdekat yang harganya Rp. 5,000😱. Mahal bener?? Saya dan teman-teman bertiga menawar ke yang punya toilet supaya bisa bayar Rp. 10,000 untuk tiga orang dan berhasil. Gile ya, mau pipis aja harus tawar-menawar seperti di pasar. Selesai dari toilet, kami kembali naik Jeep dan memulai perjalanan turun. Ada satu tempat lagi yang pemandangannya sangat cantik dan kami minta supir jeep untuk berhenti sejenak sekedar untuk mengambil foto. Dari sini kabut sangat tebal terlihat sangat cantik. Masya Allah!
Cantiknya😍 |
Untuk mengejar waktu, kami akhirnya turun ke kaki gunung Bromo. Ini adalah pengalaman pertama saya karena tahun lalu nggak bisa turun disebabkan oleh gunungnya sedang aktif. Alhamdulillah kawasan gunung Bromo kemarin aman banget sehingga kami turun ke kaki gunung yang berpasir menggunakan jeep dimana kabut masih tebal banget. Kiri kanan nggak terlihat apa-apa dan jarak pandang mata kita pendek banget. Jeep nggak bisa melaju kencang karena takut nabrak orang yang nggak terlihat di dalam kabut. Baiklah, saya akan menuliskan cerita di Bromo point to point biar rapi. Mari disimak!
1. Kawah Gunung Bromo
Ketika sampai di parkiran Jeep, udah banyak banget pawang yang menawarkan kita untuk naik kuda menuju kawah Bromo. Berhubung udah capek jalan kaki, ya udah deh bayar Rp. 100rb untuk menunggang kuda pulang-pergi lumayan murah juga. Jarak dari parkiran jeep ke kawah gunung Bromo itu 2 km belum lagi jalannya menanjak. Haduwh, udah lelah trekking Ijen dan snorkeling Menjangan, mending naik kuda aja kali ini.
Kabut tebal dan bersiap menanjaki Bromo |
Perjalanan 2 km dilihat dari kaki lereng gunung |
Sebenarnya naik kuda itu seram banget untuk saya yang belum terbiasa. Memang sih pawang kuda selalu berada di dekat saya dan selalu menenangkan saya dengan bilang, "Nggak apa-apa, Mbak! Santai aja." Saya malah selalu merasa kayak mau jatuh ke kiri atau kadang mau jatuh ke kanan. Mana kuda saya tinggi banget karena pernah diikutin pacuan jadi gagah banget. Memang kalau mau berfoto dengan kuda saya sih keren banget. Tapi untuk menungganginya serem banget deh, percaya sama saya😰. Apalagi sewaktu jalanan menanjak, badan kita harus agak maju ke depan, sedangkan untuk jalan menurun harus tegak. Kebayang kalau kiri kanan jurang? Tapi lama-lama saya jadi nggak takut lagi sih, jadi santai, mungkin udah terbentuk chemistry antara saya dan kuda😆.
Parkir kuda, baek-baek ya jangan kabur! |
Sampai di kaki kawah, kuda di parkir, dan saya melanjutkan berjalan kaki menaiki puluhan anak tangga ke kawah Bromo. Ngeliat tangga sebanyak itu juga udah lelah duluan, tapi kalau nggak naik nanggung banget. Udah tinggal satu kawah ini saja yang harus ditaklukan, lalu selesailah trip mendaki gunung di tahun ini. Saya suruh Kakros dan Dana naik duluan nggak usah nungguin saja karena saya mau naik pelan-pelan aja. Tinggi banget tangganya😵. Saya naik perlahan-lahan, istirahat, trus naik lagi, melipir lagi bareng nenek-nenek bule'😅. Baru sekitar setengah perjalanan, napas saya udah beradaptasi dan saya bisa langsung melanjutkan naik tangga tanpa berhenti ke kawah.
Tangga menuju kawah |
Baru setengah perjalanan |
Selama menaiki anak tangga, saya mendengarkan dentuman hebat dari dalam kawah yang menandakan kawah aktif. Suaranya seperti BOM dan seram banget. Lebih seram lagi sewaktu saya sampai di kawah dan melihat ke dalam kawah, lutut langsung lemas dan kaki mendadak nggak bisa bergerak saking gemetarannya. Ada rasa ketakutan bakalan jatuh ke kawah karena mendengar suara deru kawah yang sangat menyeramkan. Mana pagar pembatas kawah tinggal selutut (dulu pagar katanya lumayan tinggi) efek tahun lalu gunung Bromo menyemburkan lahar dan pasir. Jadilah pasir-pasir itu menimbun pagar sehingga jadi terbenam setengahnya.
Kawah aktif, serammmm 😖😖😖😖 |
Saya mencoba berjalan ke kanan kawah tapi terlalu banyak orang. Saya coba ke sebelah kiri beberapa langkah, tapi tiba-tiba kaki saya beku lagi karena melihat nggak ada pagar di sekitar mulut kawah. Saya melihat Kakros juga mendadak ketakutan dan kakinya beku juga. Saya sampai minta dipegangin sama orang-orang disitu untuk membantu saya turun dari mulut kawah. Seram banget! Jantung rasanya mau copot. Heran juga melihat bule' jalan dengan santainya di mulut kawah. Mungkin karena saya dan Kakros cewek-cewek jadi kami nggak santai. Harusnya ada cowok (Dana) tapi ntah kemana dia.
Menelusuri mulut kawah |
Nggak ada pagar😖😖😖 |
Akhirnya saya dan Kakros turun dari mulut kawah karena tampaknya sudah tidak memungkinkan kaki kami berdua gemetaran terus. Sempat nyariin si Dana lagi, tapi tetap nggak ketemu. Sambil nungguin Dana, saya sempat foto-foto dari atas karena pemandangannya Masya Allah indahnya. Alhamdulillah selesai naik dua kawah gunung di Indonesia tahun ini dan saya nggak menyangka bisa berhasil mengingat saya 'kan asma dan pendakian gunung itu nggak begitu bersahabat dengan orang-orang penderita asma.
Alhamdulillah berhasil mendaki sampai 2 kawah |
Sampai di parkiran kuda, saya dan Kakros langsung naik dan memutuskan untuk menunggu Dana di dekat Jeep aja. Kisah horor lainnya adalah menunggangi kuda di jalan menurun dari mulut kawah. Duh, rasanya mau jatuh terus dan saya terus-menerus teriak. Pawang kuda selalu menyuruh saya santai tapi nggak bisa banget. Gimana mau santai kalau kudanya aja seperti mau membawa saya lari. Untung gengsi mengalahkan ketakutan jadi saya masih mencoba santai supaya nggak diketawain orang-orang disekitar.
Keren banget kan kuda saya |
Detik-detik sebelum digigit kuda |
Oh ya, ada kejadian absurd lainnya. Sewaktu mau berfoto dengan Kakros dan kudanya, selesai kamera di jepret, kuda Kakros langsung berdiri dan menggigit lengan kanan saya. Saya sempat teriak trus langsung memastikan kalau Kakros nggak jatuh dari kuda. Alhamdulillah Kakros baik-baik aja dan untung juga gigi kuda itu semuanya gigi seri, jadi hanya terasa nyeri di tulang. Saya sempat bertanya, "Ini tulang saya patah nggak ya?" Karena langsung memar dibagian yang digigit. Pawang bilang, "Pakai ludah kuda aja di bagian yang memar." Sambil merasa jijik, saya mengoleskan ludah kuda di kulit saya. Untung juga saya pakai jaket kulit yang lumayan tebal, jadi nggak terlalu kena ke tangan saya langsung. Tangan kanan sempat gemetaran, tapi cuma beberapa menit. Setelah itu, saya sembuh. Kayaknya proses kesembuhan di tubuh saya lumayan cepat, hihihi😆.
Dana gaya hero |
Tidak lama kemudian, Dana pun datang dengan mengendarai kuda (berasa kayak pahlawan😄😄😄). Dana protes nggak ada yang fotoin dia, jadi terpaksa kami foto-foto dulu sebelum naik Jeep. Setelah itu baru melanjutkan perjalanan ke Pasir Berbisik.
2. Pasir Berbisik
Awal mula sejarah nama pasir Berbisik Gunung Bromo adalah karena tenarnya sebuah film karya Garin Nugroho yang dibintangi Dian Sastro bernama Pasir Berbisik. Kenapa 'berbisik'? Karena ditempat ini jika angin sedang bertiup kencang, deru angin akan membawa butiran-butiran pasir sehingga terdengar seolah sedang membisikkan sesuatu. Untung bukan angin ribut😂. Suara bisikan tersebut akan terdengar jelas pada saat musim kemarau yang menjadikan padang pasir ini menjadi sangat kering. Pasir dan debu naik semua kalau tertiup angin.
Gaya candid dulu |
Pasir berbisik ini tempat yang paling keren kalau kalian mau balapan mobil jenis Jeep atau Ranger karena luas banget sejauh mata memandang. Apalagi kalau nyetirnya kencang, pasir-pasir ikutan naik keatas seiring roda mobil berputar. Tempat ini juga salah satu lokasi paling keren untuk mengambil foto. Ntah udah berapa puluh gaya disini sampai udah nggak tau lagi mau bergaya seperti apa lagi.
Gaya dulu |
Behind the scene |
Kece kan kita? |
Kami nggak terlalu banyak melakukan aktifitas di Pasir Berbisik selain foto-foto doang. Perjalanan pun dilanjutkan ke Bukit Teletubbies.
3. Bukit Teletubbies
Pasti kalian pernah nonton Teletubbies yang diperankan oleh Tinky-Winky, Dipsy, Laa-Laa, dan Po di tahun 90an. Hamparan padang rumput berwarna hijau muda dan bukit yang berjajar indah yang ditumbuhi rerumputan menyelimuti perbukitan persis seperti di film Teletubbies. Oleh karana itu bukit ini di namakan Bukit Teletubbies.
Bukit Teletubbies |
Dana diantara padang ilalang |
Bukit Teletubbies sangat menawan dengan disertai padang savana dibawahnya membuat lokasi ini sering jadi tujuan penting bagi para fotografer. Bahkan katanya beberapa kali lokasi ini menjadi lokasi foto pre-wedding karena memang situasinya romantis dan menawan. Kalau mau menjelajah mengeksplorasi bukit-bukit, kalian bisa menyewa kuda. Berhubung saya baru aja digigit kuda, agak menjaga jarak dulu dengan mereka.
Kakros, laporan konsol udah bikin? |
Bagaimana menurut kalian Gunung Bromo? Bagus banget kan pemandangannya. Kalau kalian sedang berada di Malang, jangan lupa menjadwalkan perjalanan ke Gunung Bromo karena kalian nggak akan menyesal dengan pemandangannya. Sekitar pukul 9.30 pagi, kami menyudahi perjalanan kali ini dan kembali ke Jeep. Masih kepikiran belum check out Hotel di Malang jadinya terpaksa harus buru-buru sampai hotel sebelum jam 12 siang. Perjalanan dari Bromo ke Malang memakan waktu lebih dari 2 jam (saya tidur aja😴 di sepanjang perjalanan), belum lagi di kota Malang sendiri udah macet. Turun dari Bromo ke Malang masih dengan kaos dan celana thermal di dalam baju jadi berasa gerah banget. Saya udah keringetan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kami tiba di Hotel jam 12 siang kurang sedikit, lalu meminta untuk late check out jam 1. Kami hanya punya waktu untuk mandi dan beres-beres satu jam saja tapi cukup kok. Keburu keramas juga karena rambut udah lepek banget.
Jam 1 siang, kami langsung pesan Go-Car ke bandara. Rencananya mau makan di sekitar hotel tapi takut nggak keburu dan akhirnya memilih untuk makan siang di bandara saja. Alhamdulillah trip kali ini selesai dengan baik. Akhirnya saya bisa mendaki 2 kawah sekaligus. Capek banget dan kurang tidur tapi terbayarkan dengan pemandangan sangat indah di sepanjang perjalanan bareng Rancupid Travel kali ini.
Baiklah, setelah ini saya akan memposting tentang umroh. Ditunggu ya~~~
Sumber:
2 comments:
Bagus banget mbak pemandangannya :)
Saya belum pernah ke Bromo dan berharap suatu saat nanti bisa kesana. Bismillah hehe.
hmm jadi pingin ke bromo lagi
Posting Komentar