Desember 04, 2017

Kawah Ijen

Melanjutkan cerita eksplorasi Jawa Timur saya sebulan yang lalu. Sekitar jam 9.30 malam, agen mengantarkan para peserta trip ke penginapan masing-masing. Tidak lupa agen bilang kalau mereka bakalan menjemput kita pukul 12 malam. Hah?😨 Serius? Ini kita cuma punya waktu 2 jam untuk tidur karena pasti sampai penginapan beres-beres dulu. Mana rambut saya masih basah karena belum sempat mengeringkan pakai hair dryer setelah mandi bebek (bilas badan sewaktu pulang dari Snorkeling di Pulau Menjangan). Mau 'gimana lagi, nggak mungkin juga membantah agen dan memang kita harus jalan ke Kawah Ijen itu pada malam hari agar bisa melihat fenomena blue fire sebelum matahari terbit. 

Setelah meng-hair dryer rambut, memasukkan barang yang nggak perlu ke dalam koper, saya pun tidur. Kakros udah tidur duluan dari tadi. Jam 11.30 malam, kamar saya diketuk oleh agen dan saya menyahut, "Iyaaa, Mas!" Langsung buru-buru cuci muka dan sikat gigi, sambil terus bangunin Kakros. Mau dandan juga bingung nih. Mau pakai krim malam, tapi kami bakalan sampai besok pagi. Mau pakai krim pagi, ini masih malam. Ya udah deh, akhirnya cuma pakai sunblock (padahal masih malam), foundation, bedak, eyeliner, mascara, dan lipstik, trus pakai kerudung. Tidak lupa pakai kaos thermal karena katanya Gunung Ijen itu dingin banget. Urusan dandan cuma menghabiskan waktu 5 menit saja.  Oh ya, saya juga minum obat sesak napas karena pendakian kali ini katanya sangat berat. Saya keluar kamar sambil membawa koper dan semua barang karena kami memang harus langsung check out. Untung bawa bantal leher, jadi bisa tidur nyenyak di mobil.

Pukul 2 malam, kami sampai ke Pos Paltuding yang berada di kaki Gunung Ijen. Saya masih ngantuk banget tapi harus turun dari mobil. Udara di kaki gunung ini dingin, tapi saya belum mengeluarkan jaket thermal. Kami semua disarankan untuk menyewa respiratory mask (masker untuk mencegah keracunan belerang) seharga Rp. 25,000. Sebelum mendaki gunung, agen bilang kalau kita akan dijaga 2 orang guide. Satu di depan, satu di belakang. Hati-hati untuk pendaki yang punya sakit jantung dan asma, jangan dipaksakan, karena medan pendakiannya susah banget, curam dan terjal. Mendengar itu saya deg-degan jadinya karena saya asma. Tapi, saya sudah berjanji dalam hati nggak bakalan memaksakan diri karena takut juga kalau hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. 

Sebelum melakukan pendakian, kami semua berdoa terlebih dahulu, dan perjalanan pun dimulai. Bismillah! Kakros dan Dana jalan duluan, sedangkan saya ditemani Laili jalan belakangan (Laili salah satu tim Rancupid Travel yang udah sering ke Ijen). Saya cuma bisa jalan pelan-pelan untuk menghemat tenaga dan takut juga kalau tiba-tiba asma kambuh. Gunung Ijen adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Gunung yang pernah meletus tahun 1999 ini memiliki ketinggian 2.443 MDPL (Meter Diatas Permukaan Laut) dan terletak berdampingan dengan Gunung Merapi.

Pendakian gunung Ijen itu dibagi 3 tahap. 1 km pertama pendakian lumayan landai, 1 km berikutnya sangat curam, dan terakhir 1 km berikutnya antara landai dan curam. Menurut saya yang paling melelahkan justru di 1 km awal. Saya cuma jalan beberapa langkah, lalu duduk, jalan lagi, duduk lagi, trus minum air. Jangan kebanyakan minum air juga karena susah kalau mau pipis di gunung nggak ada toilet. Di 1 km kedua yang paling curam, saya malah lumayan santai jalannya. Sepertinya paru-paru saya sudah bisa diajak kompromi dan stabil. Nah, giliran saya yang udah nggak sesak napas, ada peserta trip rese' yang terus-terusan mengeluh kecapekan. Seharusnya keluh kesah dia simpan dulu karena kan kalau ngomel itu membuang tenaga. Pokoknya baru jalan sebentar, duduk lagi, trus jalan, trus duduk, begituuu terus. Saya dan Laili mulai bete, tapi kasihan juga kalau ditinggal. Padahal saya bisa mengejar ketinggalan untuk bisa sampai di puncak gunung Ijen paling nggak beberapa saat sebelum matahari terbit. Sayangnya gara-gara nungguin cewek itu, jadilah saya pun telat. Padahal cewek itu nggak snorkeling di tiga tempat di Pulau Menjangan, nggak punya penyakit asma juga, cuma penyakit 'lelah cantik'. Ampun dah!😩😩😩
Kawah Ijen😎
Alhamdulillah saya sampai juga di puncak gunung😍. Duh, rasanya senang banget karena ternyata saya bisa juga sampai ke puncak dan melihat kawah berwarna hijau tosca. Kawah Ijen adalah sebuah danau kawah yang bersifat asam yang berada di puncak Gunung Ijen dengan kedalaman danau 200 meter dan luas kawah mencapai 5.466 Hektar. Danau kawah Ijen dikenal merupakan danau air sangat asam terbesar di dunia. Setiap malam hari sekitar pukul 02.00 hingga 04.00 (matahari terbit), di sekitar kawah dapat dijumpai fenomena blue fire atau api biru yang melayang-layang di udara.  Pemandangan alami ini hanya terjadi di dua tempat di dunia yaitu Iceland dan Ijen. Sewaktu saya sampai di puncak, blue firenya sisa se-titik doang. Ini karena kami memang telat sampai ditambah dengan drama cewek 'lelah cantik'. Sebenarnya salah agennya juga karena kami seharusnya mendaki dari pukul 1 malam (pas ketika pintu pendakian baru dibuka) sehingga mau mendaki dengan cara pelan-pelan atau cepat pun tetap bakalan bisa melihat blue fire. Memang agak susah mengkoordinasi peserta trip yang sudah kebanyakan apalagi jadwal perjalanan yang padat. Semoga ke depannya Rancupid Travel bisa mencari solusi untuk hal-hal seperti ini.
Sampai ke puncak dan kedinginan
Oh ya, kadar belerang di udara tinggi banget apalagi kalau asap dari kawah mengarah ke kita, sehingga hampir setiap saat saya pakai respiratory mask. Sempat mencoba nggak pakai, dan saya mendadak sesak napas. Mungkin untuk orang asma seperti saya, jangan coba-coba buka masker deh. Kecuali memang asapnya tiba-tiba menjadi kurang pekat dan angin mengarahkan asap ke arah yang berlawanan dari kita.
Berpose di puncak
Hore!
Berkabut
Hmm, daripada meratapi blue fire yang tinggal setitik, pemadangan dari atas kawah Ijen pun Masya Allah indahnya😍😍😍! Kita dapat melihat pemandangan gunung lain yang ada di sekitar Pegunungan Ijen, di antaranya adalah puncak Gunung Merapi yang berada di timur Kawah Ijen, Gunung Raung, Gunung Suket, Gunung Rante, dan sebagainya. Udara mulai dingin banget dan saya sampai menggigil. Jaket thermal pun harus dikeluarkan. Kalau tadi nggak terasa dingin karena mendaki 'kan butuh tenaga, jadi malah bikin keringetan. Saya mengambil banyak foto disini, ditambah lagi hari sudah terang, sehingga bisa lebih jelas melihat orang-orang yang mayoritas adalah bule'. Mungkin warga negara kita tidak lebih dari setengah pengunjung kawah Ijen. Kalian juga bisa melihat para penambang belerang yang masih memikul hasil tambang. Sebagian ada yang membawa troli sehingga bahu mereka nggak rusak (dulu sebagian besar bahu penambang belerang di Ijen miring karena memikul belerang berpuluh kg😖).
Pinggir kawah
Belerang
Untuk meningkatkan taraf hidup penambang belerang, saya sarankan kalian beli hasil kerajinan belerang yang mereka jual. Nggak mahal kok, cuma Rp. 10rb - Rp. 50rb tergantung besar dan bentuknya. Lumayan untuk oleh-oleh. Setelah puas berfoto, kami pun turun. Pemandangan ketika turun gunung Subhanallah indahnya dengan pegunungan yang berkabut. Haduwh, lihat beginian terus 'gimana saya nggak awet muda 'kan😁😁😁? Bayangkan kalian sedang berada di ketinggian hampir 3 km diatas permukaan laut, seolah-olah berada di atas langit. Pokoknya indah banget. Hilang deh rasa capek atau pun kurang tidur semalam karena terbayar dengan pemandangan yang Masya Allah indahnya.
Gaya dulu
Pemandangan gunung yang berkabut😍
Negeri diatas awan
Di tengah-tengah menuruni gunung Ijen, saya dan Rancupid Travel tim sempat mampir ke warung untuk sekedar menikmati Pop Mie, pisang goreng, dan teh manis panas. Rasanya enak banget karena kami udah laper dan capek. Penjaga warung juga nggak menaikkan harga makanan dengan berlebihan jadi semakin banyaklah saya dan teman-teman makan, hahaha. Setelah perut kenyang, kami melanjutkan perjalanan turun. Agak susah mengerem kaki karena pas turun kita jadi setengah berlari. Kalian harus pakai sepatu yang enak kalau nggak mau kaki lecet karena mengerem. 

Alhamdulillah sampai juga ke pos Paltuding lagi dengan selamat dan sehat wal'afiat. Capek banget rasanya tapi senang banget juga. Tapi saya masih kurang puas karena belum bisa melihat blue fire secara penuh. Mungkin suatu hari saya harus balik lagi, atau mungkin saya harus melihatnya di Iceland? Semoga Allah memberikan kesempatan saya ke Iceland. Oke deh, karena postingan ini udah kepanjangan, nanti saya cerita lagi ya perjalanan saya dari Banyuwangi ke gunung Bromo. Stay tuned!

Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Ijen

0 comments:

Follow me

My Trip