Desember 07, 2017

Perjalanan Menuju Bromo

Perjalanan bersama agen dan Rancupid Travel berakhir di Ijen. Peserta trip bakalan dipulangkan ke meeting point mereka masing-masing. Berhubung saya dan Kakros memulai trip dari Banyuwangi dan sebenarnya kami mau balik ke Malang, jadi kami bakalan diturunin di Probolinggo agar bisa naik bus sendiri untuk melanjutkan perjalanan ke Malang. Agen trip sudah menawarkan menggunakan jasa mereka saja ke gunung Bromo karena agak nanggung kalau balik ke Malang lagi. Sayangnya harga trip dari mereka mahal banget Rp. 600rb. Memang sih kita jadi bisa menghemat waktu karena dari Probolinggo langsung dioper ke agen travel Bromo sekalian menginap di kaki gunung Bromo seperti tahun lalu. Tapi karena saya sudah booking hotel di Malang, pesawat pulang ke Jakarta juga dari Malang, dan sudah membook agen trip lainnya ke Bromo hanya dengan harga Rp. 275rb saja, mending balik ke Malang aja deh.

Di Pos Paltuding (kaki Gunung Ijen), kami mengucap salam perpisahan dan mulai masuk ke mobil sesuai arah masing-masing. Saya satu mobil dengan anak-anak ABeGe yang nggak tidur sepanjang jalan. Kuat banget ya? Mana mereka modusin Dana (salah satu karyawan saya) dan membujuknya untuk nggak usah masuk kantor karena kecapekan. Saya dan Kakros sih tidur sepanjang jalan karena rasa ngantuk udah nggak bisa ditoleransi. Kami bangun sewaktu mobil berhenti di tempat makan. Bingung juga ini sarapan apa makan siang karena udah jam 10. Saya makan lumayan banyak karena lapar, lalu ke toilet. Beberapa peserta trip sempatin mandi segala karena memang toilet umumnya banyak dan bisa untuk mandi. Saya sih males banget mau ngeluarin baju lagi dari koper. Mending nanti aja mandi kalau sudah sampai ke Malang. Oh ya, sampai di tempat makan pun agen masih membujuk saya dan teman-teman untuk ikut trip mereka saja ke Bromo, padahal udah berapa kali dibilang kalau saya udah book agen trip lain.

Istirahat di tempat makan lumayan lama dan kami baru jalan jam 11.30 atau jam 12 kurang dikit deh. Saya sampai ke Probolinggo sekitar pukul 3 sore dan kami diberhentikan di terminal Bus. Sebenarnya saya nggak tau juga bagaimana cara ke Malang dari Probolinggo. Dapat informasi dari Google kalau bisa naik bus dari terminal, ya udah kami cobain aja. Kami menunggu 5 menit, bus menuju Malang pun datang. Koper kami dimasukkan ke bagasi, baru kami naik ke bus. Kita cuma bisa mengisi kursi kosong dan nggak satu deret juga. Saya bertanya pada mbak yang duduk di sebelah saya berapa ongkos ke Malang? Dia bilang Rp. 30,000 dan memang di tiket bus ada tertera tarifnya. Dulu sewaktu saya menyusuri Jawa Tengah, setiap bus yang saya naiki pasti ongkosnya beda-beda melulu. Kalau dilihat muka kita bukan orang Jawa (berhubung wajah saya nggak ada Jawa-jawanya), pasti saya akan membayar tarif bus lebih mahal.

Perjalanan dari Probolinggo ke Malang memakan waktu 2 jam dan saya nggak bisa tidur lagi. Mungkin karena agak takut kelewatan terminal di Malang, atau karena udah kebanyakan tidur😅. Sebenarnya tidur di mobil tetap aja nggak enak. Sampai di terminal, saya, Kakros, dan Dana turun. Kami mulai bingung mau naik apa ke hotel yang ternyata lumayan jauh dari terminal. Iseng-iseng cek Go-car ternyata tarifnya nggak mahal-mahal amat. Ya udah deh, langsung dipesan. Di mobil, kami semua ketiduran lagi karena mungkin mobilnya nyaman. Sekitar 30 menit, baru kami sampai ke hotel. Sengaja book hotel bintang 4 dengan view menghadap kolam renang karena dapat voucher dari tiket.com. Rasanya sampai ke hotel itu senang banget. Bisa mandi puas, bisa tiduran sejenak juga, bahkan Dana menyempatkan diri untuk berenang.

Selesai semua mandi, kami keluar hotel untuk mencari makan malam. Udah Googling makanan khas Malang, eh malah tutup. Jadilah kami jalan kaki menyusuri beberapa Cafe dan warung makan pinggir jalan untuk kulineran. Awalnya mampir di Cafe lucu seperti di Bandung, tapi porsi makanannya terlalu sedikit. Berhubung kita kecapekan mendaki Ijen dan nanti malam bakalan melanjutkan perjalanan ke Bromo, jadi saya mewajibkan diri ini untuk makan banyak. Alhasil, saya dan teman-teman masuk ke Cafe satu, keluar, masuk Cafe lain lagi, keluar, dan dilanjutkan beli cemilan.

Setelah puas makan, kami balik ke hotel. Agen bilang bakalan menjemput kami jam 12.30 dini hari, jadi jam 9 malam saya udah tidur. Lumayan dapat tidur 3 jam, bangun, sikat gigi, cuci muka, dandan (kali ini bingung lagi mau pakai krim pagi apa malam), lalu bersiap-siap. Kami membawa barang seperlunya saja dan nggak usah check out terlebih dahulu dari hotel. Mobil jeep agen Bromo menjemput kami pas di depan hotel, lalu langsung meluncur dengan sangat kencang menuju Bromo. Untung saya bawa bantal leher, jadi di dalam jeep saya bisa tetap tidur dengan sangat nyenyak tanpa terganggu sedikit pun. Lain halnya dengan Kakros dan Dana yang nggak bisa tidur karena mereka terpental-pental ke segala arah di dalam Jeep yang super ngebut. Mereka sampai sirik dengan saya yang bisa tidur senyenyak itu. Maaf kawan-kawan, saya sudah terlatih tidur di segala situasi dan kondisi😅😅😅.

Setiba di pintu masuk Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jeep diparkir sejenak karena menunggu jam 3 pagi baru masuk. Saya bangun dan melihat jam tangan masih menunjukkan pukul 2. Supir bilang, kalau mau ke toilet sekarang aja karena nanti diatas gunung malah susah. Saya buka pintu Jeep dan udara super dingin langsung menyeruak masuk. Saya buru-buru menutup pintu karena kedinginan. Terpaksa pakai jaket thermal, baru bisa keluar. Air di toilet juga nggak kira-kira dinginnya, mana tarif toilet Rp. 3,000😯. Setelah dari toilet, kami mampir ke warung dulu untuk ngemil dan minum minuman penghangat tubuh sekedar menghabiskan waktu sampai pukul 3. Sekalian Dana mau sewa jaket juga karena jaket dia ternyata nggak mampu menahan dingin.

Pukul 3 pagi, Jeep pun masuk ke kawasan Taman Nasional. Teringat setahun yang lalu saya pakai ojek yang membuat pantat dan pinggang pegal banget karena jalanan sangat menanjak, ditambah udara dingin menusuk tulang. Alhamdulillah tahun ini bisa pakai jeep dengan nyaman dan murah. Oh ya, tahun ini kami kurang beruntung nggak bisa ke Penanjakan 1 (tempat terbaik untuk melihat matahari terbit di Gunung Bromo) karena sedang renovasi, jadi cuma bisa sampai Penanjakan 2 yang bernama Bukit Cinta. Memang kalau mau melihat gunung Bromo lebih dekat di Penanjakan 2, tapi pemandangan paling spektakuler itu di Penanjakan 1.

Kami turun dari Jeep dan menaiki tangga. Di pinggir pagar gunung sudah penuh dengan orang-orang duduk untuk menunggu matahari terbit. Kami menyewa kursi untuk dinaiki agar bisa melihat dan mengambil gambar tanpa tertutupi kepala-kepala orang. Sekitar satu jam menunggu, muncullah matahari dari sebelah kiri dengan cahaya yang sangat menakjubkan berpendar bewarna jingga. Ditambah kabut tebal seperti awan perlahan disinari mentari. Subhanallah indahnya😍😍😍.
Matahari terbit menyinari kabut tebal
Sesungguhnya ciptaan Allah itu begitu indah, ya? Nanti saya posting cerita lengkap di gunung Bromo dan sekitarnya. Sampai jumpa!

0 comments:

Follow me

My Trip