Desember 02, 2017

Snorkeling di Pulau Menjangan Bali

Melanjutkan cerita saya sewaktu eksplorasi Jawa Timur sebulan yang lalu. Setelah bermain dan berfoto di Taman Nasional Baluran, saya dan tim melanjutkan untuk berenang di Pulau Menjangan. Sebelumnya, kita mampir ke rumah makan untuk sarapan (jam 10 pagi masih dianggap sarapan😅) dan berganti baju renang. Untung saya sudah mempersiapkan baju renang di ransel karena takut ribet kalau harus membongkar koper di dalam mobil elf untuk mengambil baju renang. Saya memang nggak suka pakai backpack gede kalau travelling karena saya harus membawa laptop kemana-mana. Jadi harus selalu bawa ransel laptop dan koper.

Setelah semua peserta trip selesai berganti pakaian renang, kami menuju Kawasan Wisata Grand Watu Dodol (GWD), yang merupakan pintu masuk ke Kabupaten Banyuwangi dari wilayah Kabupaten Situbondo.  Sebenarnya orang-orang lebih sering menyebrang ke Pulau Menjangan dari Pantai Bangsring, tapi karena kami baru dari Taman Nasional Baluran yang terletak di Situbondo, jadi lebih dekat ke GWD. Saya menaruh ransel laptop dan koper sambil berdoa semoga nggak ada maling yang mengobok-obok mobil elf kami. Kebayang nggak kalau tim Rancupid Travel semuanya bawa laptop dan harus dititip di mobil? Ketakutan kehilangan laptop itu lebih dari ketakutan kehilangan koper karena data-datanya super penting. Hanya bisa pasrah sama Allah SWT aja
Mari berlayar
Saya hanya membawa dry bag yang berisi hp, kamera mirrorless, dan action camera saja. Karena pesertanya banyak, jadi kami dibagi menjadi 2 kapal. Agar mudah koordinasi, semua tim Rancupid Travel berada di kapal yang sama. Dan kami pun berlayar mengarungi lautan. Kayaknya dalam 2 bulan ini saya berlayar terus mencari kehidupan indah di bawah laut.
Patung dewa
Gegayaan dulu
Pulau menjangan terletak di sebelah utara kawasan Taman Nasional Bali Barat. Tepatnya di Desa Klampok, Kecamatan Grokgak, Kabupaten Buleleng, Bali, atau sekitar 60 km dari Lovina. Kalau berlayar dari GWD nggak begitu jauh karena dari pesisir Pantai GWD aja udah keliatan Pulau Menjangannya. Kita sempat merapat di sebuah pulau hanya untuk berfoto dengan patung salah satu Dewa Hindu. Melihat patung-patung seperti itu semakin memantapkan hati kalau kita sekarang sudah berada di Bali😎😎😎. Terakhir ke Bali tahun lalu dan alhamdulillah tahun ini bisa ke Bali lagi dengan cara yang berbeda.

Kapal berhenti di bagian laut yang berwarna biru tua. Tunggu, kalau biru tua berarti dalam banget dong😨! Saya deg-degan dan langsung ketakutan. Sempat protes ke agen, kok diberhentikan di spot yang dalam banget. Agen bilang supaya pas nurunin jangkar nggak kena terumbu karang, jadi berhenti disitu. Memang sih kita tinggal berenang 10 meter doang, langsung sampai ke lokasi terumbu karang yang indah. Baiklah, dengan mengucapkan bismillahi tawakkaltu alallah (dengan nama Allah aku berserah diri) dan menggenggam erat action camera, saya nyeburrr dan fokus sama berenang ke tempat terumbu karang.
Mari berenang
Terumbu karang dan ikan cantik
Pemandangan bawah laut Pulau Menjangan di spot snorkeling kita pertama ini memang sangat indah, Subhanallah! Saya sibuk merekam gerombolan ikan kecil berwarna biru eletrik yang berkerumun di terumbu karang. Belum lagi keanekaragaman terumbu karangnya sangat banyak sehingga saya keasyikan sendiri berenang-renang bersama Kakros sampai saya mendekat ke daerah yang dalam. Saya sibuk mengikuti ikan yang ada tanduknya dan dia ternyata menghilang ke daerah yang lebih dalam. Seperti yang saya bilang tadi, saking dalamnya, daerah itu berwarna biru dongker (navy). Orang-orang travel agen sampai memanggil saya dan Kakros dan melarang kami mendekat ke tempat yang dalam. Emang seram sih, tapi ikan-ikan disana lebih cantik dan berwarna-warni.
Bintang laut dan terumbu karang
Setelah setengah jam berenang, kami disuruh naik ke kapal. Saya jadi harus berenang melewati bagian biru tua itu lagi. Kali ini saya mencoba berenang sambil melihat daerah biru tua terus-menerus dan tiba-tiba saya ketakutan sendiri. Saya takut kalau mendadak ada sepasang mata dari dasar laut melihat saya😰. Oh tidak, imaginasi saya terlalu tinggi. Bisa gawat😖😖😖! Langsung mempercepat berenang ke kapal tanpa melihat ke bawah lagi. Kapal akhirnya berlayar ke Pulau Menjangan supaya kami bisa duduk-duduk makan siang sambil dikeliling kawanan rusa.
Pulau Menjangan
Menjangan berarti rusa liar. Makanya pulau ini dipenuhi rusa yang gemuk dan sehat. Bahkan ukuran rusa jantan dewasa gedeee banget, sampai hampir seperti elk (spesies terbesar dari rusa yang hidup di Amerika). Awalnya saya dan teman-teman agak takut mendekat ke saung yang berada dekat banget dengan kawanan rusa karena mereka menatap kami semua dengan tatapan tanpa ekspresi dan diam saja tanpa bergerak. Saya sempat bilang, "Hei rusa, kita cuma mau makan doang. Boleh ya?" Dan mereka tetap menatap saya tanpa ekspresi. Ya iyalah nggak ada ekspresi. Kalau sempat ada ekspresi, bisa gawat😨.
Duduk makan siang bersama kawanan rusa
Saya dan tim Rancupid Travel mulai berusaha cuek dengan kawanan rusa sampai kami selesai makan siang. Setelah berenang itu rasa laparnya sangat parah, sehingga kami bisa makan dengan cepat dan lahap. Untung juga menu makan siangnya enak banget. 
Kawanan rusa
Selesai makan, kami melanjutkan berenang di spot snorkeling kedua dan seperti biasa kapal diberhentikan di lautan biru dongker yang dalam. Sebenarnya saya berani-berani aja sih berenang hari itu. Tapi sewaktu turun ke laut, arus dan ombaknya ngeri banget. Lebih ngeri daripada spot pertama. Di tengah jalan saya langsung kecapekan berenang dan ombak mulai lebih tinggi dari saya. Duh, kayaknya nggak bisa diterusin nih. Saya minta ke awak kapal untuk mendorong saya ke kapal karena saya udah mulai was-was dan takut tenggelam. Sempat terminum air beberapa kali juga. Padahal saya nggak melepas pelampung, tapi pakai life vest begitu malah susah berenang. Tenggelam enggak, ngapung pun enggak. Daripada terjadi hal yang tidak diinginkan, ya udah balik kapal aja deh. Memang banyak peserta trip yang enggak turun berenang karena arusnya kenceng banget. Bahkan agennya aja sampai cepat naik karena kelelahan berenang. 
Kakros berenang melawan arus
Dana juga berenang melawan arus
Di spot snorkeling ketiga, saya hanya berenang sebentar saja. Setelah itu memberikan action camera pada Kakros dan saya naik lagi ke kapal. Arus memang enggak sekencang spot kedua, tapi saya merasa napas mulai nggak beraturan. Apalagi nanti malam kami masih harus mendaki gunung Ijen, jadi saya harus menghemat tenaga. Hanya melihat tim Rancupid Travel yang lain dari atas kapal saja. Yang paling hebat ya Kakros karena mampu berenang di ketiga spot snorkeling tanpa pelampung. Fisiknya kuat banget. Dana dan Laili masih harus berenang ke tempat Kakros dengan menggunakan pelampung. Kata mereka sih ada tempat yang dangkal banget dan mereka bisa sampai berdiri (bukan di terumbu karang).
Terumbu karang lagi
Setelah sore hari, kapal pun kembali ke GWD. Ada kejadian menyeramkan kembali terjadi. Semakin mendekati pesisir Banyuwangi, ombak semakin tinggi bahkan sampai 2-3 meter. Saya mulai deg-degan dan terus berdoa. Memang sih awak kapal bilang supaya kita santai aja tapi ya gimana mau santai kalau kapal lompat-lompat begini sampai kita harus pegangan di tiang kapal dengan erat. Kami dilarang membuka life vest saat seperti ini. Awalnya saya mau mengambil foto kapal yang berlayar disebelah saya. Kapal itu terlihat seperti digulung-gulung ombak dan sangat menyeramkan. Air masuk ke kapal, keluar lagi, masuk lagi, pokoknya serem😣😣😣. Cuma bisa berdoa dalam hati agar Allah menundukkan lautan. Kacamata saya udah basah kuyup dan kalau buka kacamata, bisa masuk air laut ke mata. Seandainya di kacamata ada wiper seperti di mobil😄.

Alhamdulillah bisa sampai ke Banyuwangi dengan selamat. Saya turun dari kapal dan berjalan menuju elf untuk mengambil baju ganti. Yang nggak mengenakkannya adalah kamar mandi cuma ada 6, 5 untuk wanita, dan 1 untuk pria. Gila, ini diskriminasi banget. Belum lagi peserta trip rame dan kami harus mengantri sampai lebih satu jam. Setelah tiba giliran saya mandi, eh malah mati lampu dan mati air. Haduwh, udah lama nggak ngetrip seperti ini dimana banyak keterbatasannya tapi ya udahlah, nikmati aja. Jadinya saya hanya siram badan sekali, pakai shampoo dari rambut sampai seluruh tubuh, lalu bilas dua kali untuk menghemat air. Mana gelap-gelapan jadi nggak keliatan mana shampoo, mana sabun.

Selesai mandi, dengan penerangan dari kamera hp, saya jalan ke mobil elf. Rambut masih basah, badan ntah bersih ntah nggak (masih lengket-lengket). Berakhir juga perjalanan hari ini. Kami kemudian dibawa ke sebuah Resto mahal yang merangkap toko oleh-oleh Osing Deles untuk makan malam, tapi diluar budget trip. Awalnya kami sempat masuk resto dan melihat-lihat menu yang kebanyakan Western Food. Duh, makanan seperti ini kan banyak di Jakarta. Ngapain makan disini? Lagian kami nggak beli oleh-oleh juga. Akhirnya saya dan Rancupid Travel tim keluar dari Resto dan makan di angkringan depan resto. Travel agennya aja makan disitu, eh kami malah disuruh di resto mahal. Beberapa peserta trip banyak yang mengikuti kami untuk makan diluar resto karena mungkin kita memang ingin mencicipi kuliner Banyuwangi walaupun hanya ayam bakar saja.

Nanti saya cerita lagi tentang perjalanan ke Kawah Ijen yang juga super duper melelahkan. Oh ya, kita sudah berada di penghujung tahun 2017. Nggak terasa banget selama tahun ini hidup saya benar-benar penuh warna. Seolah-olah setiap bulan berganti, ada aja yang baru. Bahkan kalau lagi di rumah sekali pun, saya tetap eksplorasi hal baru dengan menggunakan internet. Alhamdulillah segala macam hal terjadi di tahun ini penuh hikmah sehingga saya bisa menarik pelajaran dari setiap momen.

Sumber:

2 comments:

Juniawan Arif mengatakan...

habis dari Menjangan kemarin juga. kok gak ketemu ya? :D

Meutia Halida Khairani mengatakan...

@Mas jun : ini cerita sebulan yang lalu mas... hahaha

Follow me

My Trip