Desember 23, 2018

My Little Brother Wedding

Alhamdulillah tanggal 23 Desember 2018, adik saya Achmad Khairul Anam menikah. Dari seluruh keluarga saya yang menikah, baru pernikahan Achmad yang saya hadiri meskipun jauhnya setengah mati di Meulaboh, Aceh Barat. Saya mendarat di Lhokseumawe, Aceh Utara, lalu dua hari kemudian melakukan perjalanan ke Banda Aceh, setelah itu besoknya ke Meulaboh. Jangan tanya capeknya, tapi karena perginya bareng Rezki dan Nopy, lumayan mengasyikkan karena bisa sekalian ngobrol.

Saya, adik, dan teman-teman menginap di Losmen Anggrek. Lumayan bisa beristirahat karena ACnya sangat dingin, bahkan saya membeku karena nggak ada selimut. Mulai deh saya nggak enak badan sejak itu. Malam kedua di Losmen saya minta bed cover langsung kepada resepsionisnya karena udah mulai flu. 

Setelah Shalat Shubuh di tanggal 23 (hari H), adik saya Yuni masuk ke kamar saya, lalu kami makeup bareng. Persiapan pembelian makeup ini sudah saya lakukan jauh-jauh hari karena kita keluarga mempelai tidak menggunakan jasa MUA. Ternyata makeup sendiri bisa cetar banget juga kok dengan bulu mata palsu dan highligter. Nggak sia-sia tiap hari nonton makeup tutorial di Youtube. Semua foto-foto saya jadi cakep banget (memuji diri sendiri) dan saya puasss banget😊😊.
Achmad dan Tara
Beda pose
Seluruh keluarga
Kelurga saya
Akad nikah berlangsung di Masjid Agung Baitul Makmur. Sewaktu adik saya mengucapkan ijab-kabul, rasanya perasaan saya membuncah. Mungkin sekalian merefleksikan ke diri saya sendiri, jadi membuat saya terdiam membisu dengan pikiran penuh. Tapi saya bahagia karena akhirnya perjalanan adik saya menemukan tambatan hati usai sudah. Dia menikahi Thara yang cantik banget dan tinggi semampai, berhubung adik saya tinggi banget jadi pas deh ketika bersanding di pelaminan.
Resepsi dengan pakaian Aceh
Pose berdua
Selesai akad nikah di Masjid, resepsi digelar di rumah Thara. Hari itu Meulaboh panas banget deh🥵🥵🥵. Untung di sekitar pelaminan ada kipas angin besar jadi bikin adem. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tapi alhamdulillah masih bisa ditahan demi menyukseskan acara.

Akhirnya, semoga pernikahan ini menjadi sakinnah, mawaddah, warrahmah, langgeng sampai akhir hayat, dan dipersatukan lagi di surga Allah subhanahu wata'ala. Aminn

بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِى خَيْرٍ

Artinya :
Mudah-mudahan Allah memberkahi engkau dalam segala hal (yang baik) dan mempersatukan kamu berdua dalam kebaikan.

Desember 21, 2018

Hang Out di Kuala Lumpur

Kalau kalian mampir ke Genting Highlands, jangan lupa shop 'til you drop di Factory Outlet (FO) -nya. Ungkapan belanja habis-habisan bisa dipraktekkan disini tapi hati-hati nanti mendadak bokek nanti lho😂. Sebenarnya saya nggak tau mau beli apa. Biasanya kalau udah masuk dari satu toko ke toko lainnya, baru kepikiran mau beli apa. Seharusnya hal seperti ini lebih bahaya daripada kita udah tau mau beli apa, hehehe. Tapi nggak berlaku untuk saya. Kalau emang nggak ada yang ingin dibeli, ya nggak beli.

Genting Factory Outlet
Mungkin karena hari libur, hari itu Genting Factory Outlet ramenya minta ampun😱😱😱. Ngeliat lautan manusia udah seperti di Pasar Tanah Abang membuat saya mulai kehilangan mood untuk belanja. Untungnya Yudhi dan Willy dengan setia menemani saya bereksplorasi hampir semua toko. Beberapa toko seperti Coach, Nike, Adidas, bahkan mewajibkan kita untuk gantian masuk ke toko dengan cara mengantri. Toko-toko ini memang diserbu pengunjung, tapi ntah kenapa barang-barangnya nggak ada yang 'klik' di hati saya. Saya sih suka merek Coach tapi tas-tas yang kemarin saya lihat kebanyakan modelnya sama-sama aja dan itu-itu saja. Inilah kekurangan belanja di FO, beberapa barang memang stok lama yang mau dihabiskan dan dijual dengan harga murah (walaupun menurut saya nggak murah-murah banget).

Sebenarnya saya naksir tas Moschino yang katanya udah diskon tetap Rp. 15 juta. Hmm, sepertinya kalau saya beli tas Balenciaga brand new pun masih sekitar 15 juta. Jadi merasa nggak worth beli Moschino semahal itu. Ada ransel Moschino yang berwarna merah dan saya naksir berat. Tapi saya baru aja beli ransel Marc Jacob. Biar semua barang saya dipake', saya biasanya beli dengan model yang berbeda. Kan kasihan kalau udah beli mahal-mahal tapi malah dipake sekali-kali doang.

Ketika masuk ke konter sepatu olah raga seperti Nike, Adidas, New Balance, duh, udah seperti Pasar Tanah Abang banget deh. Mau ngeliat modelnya juga jadi males karena rame banget orang😵😵. Akhirnya karena merasa terlalu crowded dan sudah pukul 5 sore, kami memutuskan untuk kembali ke halte Bus. Fiuh, rasanya keluar dari kerumunan orang yang terlalu ramai itu seolah bisa bernapas lega. Saya sama sekali nggak beli apa-apa. Cuma Willy aja yang beli perlengkapan mau hiking ke Everest.
Tiket bus
Bus yang akan kita tumpangi datang agak terlambat. Setelah bus datang, saya, Willy, dan Yudhi langsung mengambil tempat dan beberapa menit kemudian kami tertidur pulas. Mungkin karena kecapekan main, lari sana-sini, jadi tepar di bus. Pas bangun tidur udah sampai di KL Sentral aja. Saya juga janjian dengan Tina untuk makan malam bersama di Pavilion. Kami jalan-jalan dulu keliling Mall dan memutuskan untuk makan malam di Ben's.

Ben's
Resto yang satu ini berada di lantai paling atas Pavilion, tepatnya di Lot 6.11.00 & E6.11.00, Level 6. Udah ngecek beberapa menu di resto lain, tapi Ben's yang lumayan ramah di lidah 😋, walaupun harganya nggak murah. Tempatnya agak sepi. Berhubung saya ingin melihat pemandangan kota, jadinya kami memilih kursi diluar. Nggak terasa besok saya harus pulang dan liburan singkat ini harus berakhir.
Menu resto
Lemon Tea
Saya dan teman-teman ngobrol panjang lebar. Udah lama nggak hang-out bareng mereka dan ini adalah kesempatan langka banget. Tina dan Willy adalah teman saya semasa kuliah dulu. Sampai sekarang kita masih sering ngobrol baik di Whatsapp atau pun ngetrip bareng ke luar negri. Kalau Yudhi adalah teman seprojek di Samudra Indonesia sewaktu saya masih bekerja di Metroda. Kami sering jalan bareng seusai kantor sehingga bisa berteman akrab.
Spagethi
Nasi lemak porsi jumbo
Rasanya kalau teman lama bertemu dan mengobrol itu nggak akan ada habisnya. Kalau bukan karena Mall tutup pukul 10 malam dan pukul 9.30 kita sudah diusir secara halus😅, mungkin masih berlanjut terus ngobrolnya. Baiklah, kami semua pulang akhirnya. Saya ikut Willy dan Tina naik ntah LRT, ntah Monorail, ntah MRT. Pokoknya teteup saya ngikut saja. Sewaktu Willy bilang turun disini, saya melambaikan tangan, "Dadah Wilay." dan Willy bilang, "Lu juga turun disini." Udah dadah-dadah eh turunnya malah samaan😆.

Setelah berpisah dengan Willy, saya ikut Tina pulang. Di rumah Tina, kita masih ngobrol sambil isengin Jilly (anaknya Tina). Kasihan juga besok Tina harus masuk kerja, nanti malah kurang tidur kalau saya terus-terusan mengajak ngobrol. Saya packing sejenak, cuma masuk-masukin titipan teman-teman dan keluarga saja, termasuk tas dan makeup yang banyak banget. Agak takut juga nih kena Bea Cukai tapi seharusnya kalau bawa koper kecil sih nggak akan di cek. Walaupun koper saya kecil, daya tampungnya cukup banyak juga. Tapi memang ada satu tas yang saya beli ukurannya kegedean jadi harus ditenteng.

Besok paginya, sekitar pukul 7.30 pagi, saya berangkat ke KLIA dari KL Sentral. Kalau dari apartemen Tina saya naik Grab karena kalau naik LRT harus transit dan agak ribet sambil gerek koper dan nenteng plastik tas. Selama perjalanan ke bandara, saya tidur di bus, dan bangun ketika sampai. Saya juga mengontek Yudhi untuk menemani saya selama di bandara. 

Kopi Time
Ketika saya ke konter Garuda Indonesia, ternyata masih belum bisa cek in. Ya udah deh, ngajakin Yudhi untuk sarapan dulu di Kopi Time. Sebenarnya saya lagi pengen makan yang Malaysia banget, dan Cafe ini sesuai selera saya. Teh tariknya enak, roti srikaya dan telurnya juga mantap, menu makanannya ada yang paket juga. 
Paket sarapan
Kita makan sambil mengobrol banyak hal (karena makanannya banyak juga). Pokoknya cukup menambah energi kita untuk belanja lagi, hahahaha😂. Kok belanja lagi? Jadi ceritanya saya dijebak sama Yudhi. Selesai cek in, rencananya kami mau makan Subway ke KLIA2 tapi Yudhi malah naik bus ke Mitsui. Berhubung saya cuma ngikut, jadilah saya baru sadar dibawa ke Mall lagi. Oke, jadilah kami belanja lagi walaupun cuma sampai pukul 11.30 karena takut telat untuk proses imigrasi dan boarding. Alhasil saya jadi beli celana panjang 2 biji lagi deh. Terus aja belanja nggak kelar-kelar😆.

Setelah itu saya pun pulang ke negara tercinta. Terima kasih Tina, Yudhi, dan Willy untuk menemani saya bermain di Malaysia. Kalian memang sahabat terbaik💕. Selama di pesawat, saya nonton Surat Cinta Untuk Starla yang agak aneh ceritanya. Hari gini masih ada yang berkirim surat cinta? 😒. Tapi lagu Virgoun yang sesuai judul film tuh bagus banget dan saya suka banget deh. Mana waktu itu pulang dengan kondisi agak-agak galau.

Baiklah, nanti saya cerita lagi. Sampai jumpa!

Desember 19, 2018

Pasang Karet Elastis (lagi)

Seperti biasa, saya akan mengupdate perawatan kawat gigi demi Perfect Smile 2019 (tahunnya sudah berubah✌😅). Hanya selang 3 minggu saja, saya sudah kontrol. Seharusnya baru selasa tanggal 25 Desember saya kontrol lagi, tapi tanggal segitu libur natal dan saya juga pulang ke Aceh. Jadilah dipercepat saja kontrolnya. Biar pulang ke Aceh, karet kawat gigi juga udah bening kembali.

Dokter bilang kalau celah gigi saya dibagian atas tinggal sedikit lagi. Saya juga menyadarinya ketika tersenyum, sudah tidak jarang-jarang lagi giginya. Dulu paling malas foto tersenyum kalau pakai kawat gigi karena keliatannya jelek banget😓. Oh iya, yang namanya rahang atas sama bawah 'kan berhubungan. Jadi ketika merapatkan gigi atas, eh rahang bawah malah agak bergeser. Dokter sampai memasangkan kawat di semua sela gigi bawah, diputar-putar, dan dipelintir, dan jadi kenceng banget. Mau buka mulut aja susah😐.

Untuk mempercepat gigi geraham atas maju ke depan, dokter menambahkan karet elastis (lagi). Kali ini putarannya harus empat kali yang membuat saya susah banget buka mulut. Udah gigi bawah kenceng banget, rahang susah buka, jadilah saya malas makan, tapi lapar. Akhirnya tadi malam saya buka karet elastisnya karena lumayan menyulitkan saya ketika menggosok gigi.
Karet elastis
Tadi malam saya tidur pukul 18.30, dan bangun pukul 00.15. Kenapa tidur jam segitu? Karena saya mau pulang ke Aceh dengan jadwal pesawat pukul 7 pagi. Biasanya saya akan memajukan jam tidur untuk penerbangan yang terlalu pagi, mengingat berangkat dari rumah di Depok juga pasti jam 3-4 shubuh. Sengaja nggak mau pasang karet elastis gigi karena saya nggak mau terganggu dengan susah makan ketika dalam perjalanan.

Sekarang saya mengetik blog sambil menunggu boarding. Sudah kerja sejenak, internet bandara super kenceng, dan yang penting nggak terlambat ke bandara. Doakan saya selamat sampai tujuan ya. Aminnn🤲.

Kontrol Sapphire Braces Rp. 265,000
Karet Elastis Rp. 60,000

Desember 16, 2018

Chin Swee Temple

Melanjutkan postingan jalan-jalan saya di Genting Highland yang belum selesai. Setelah makan Burger & Lobster, kami kembali menaiki gondola untuk turun menuju destinasi berikutnya yaitu sebuah kuil diatas awan (menurut saya) karena kuil ini dikelilingi kabut tebal hari itu dan terletak menyendiri ditengah gunung dengan suhu udara dingin dan lembab. Sering sekali kuil-kuil seperti ini dibangun diatas gunung seperti Ngong Ping di Hong Kong. Kalau kita menonton film Kung-fu Shaolin, pasti kalian akan melihat kuil diatas gunung, menyendiri, untuk menenangkan pikiran dan berdoa. Tapi saya suka suasana seperti ini, tenang sekali rasanya~~
Kuil di atas awan
Kali ini kita nggak naik Cabin Glass Gondola lagi karena hanya beli tiket untuk pergi saja yang berlantai kaca. Udara dingin menyeruak ketika saya, Willy, dan Yudhi, turun dari gondola. Saya sempat shalat dulu di tempat pemberhentian Gondola dan merasakan air gunung yang super duper dingin ketika berwudhu. Awalnya wajah saya nggak dipakai moisturizer tadi pagi dan sempat terasa kering banget. Tapi karena kelembaban udara yang tinggi di sekitar Genting Highland, jadi normal sendiri kulitnya. Kalau saja saya berada di negara subtropis yang bersalju, mungkin wajah ini sudah breakout.

Selesai shalat, saya dan teman-teman menuruni eskalator menuju kuil. Kami hanya punya waktu sekitar satu jam setengah untuk jalan-jalan disini. Saya takjub melihat sebuah pagoda bertingkat 9 yang berdiri kokoh yang menjadi ikon utama kuil ini. Di dalam pagoda terdapat patung biksu bernama Qingshui yang dapat memanggil hujan dan mengusir roh jahat. Menurut beberapa sumber yang saya baca, di malam hari pagoda ini akan memancarkan lampu berwarna-warni yang sangat cantik. Tapi kebayang kalau ke tempat ini malam-malam, apalagi kiri dan kanan hutan, berkabut pulak. Kok mendadak merinding?😨😨😨 Saya tidak masuk ke dalam pagoda karena keterbatasan waktu.
Pagoda tingkat 9
Dewa-dewi kayangan
Sempat berfoto sebentar di depan pagoda, kemudian saya dan teman-teman mengikuti jalan setapak untuk menjelajah tingkat neraka. Lho, kok neraka? Tenang dulu... Di kuil ini, kalian bisa melihat segala macam hukuman di neraka untuk yang berbuat kejahatan di dunia. Kalian akan melewati patung-patung dewa-dewi khayangan, baru deh mulai tahapan penghakiman dan kalau dosanya banyak, maka akan masuk neraka sesuai tingkatan kesalahan.
Diuleg
Dirantai
Perjalanan untuk pencerahan
Saya, Willy, dan Yudhi hampir membaca seluruh tahap penghakiman di neraka. Yang saya ingat, kalau kita suka menyisakan makanan, di akhirat nanti bakalan di uleg (seperti meng-uleg sambal) oleh para penjaga neraka. Hayooo siapa yang suka menyisakan makanan? Kalau saya sih bukan menyisakan, malah minta tambah (kalau ada)😋😋😋. Kadang pun karena takut teman saya masuk neraka, saya yang menghabiskan makanan mereka. Ups!
Para hakim neraka lagi membaca buku amal
Kebanyakan para pengunjung beragama Buddha datang ke kuil ini untuk berdoa kepada Dewa Chin Swee (God of Fortune), Dewi Kwan Im, dan Buddha yang patungnya berdiri kokoh setinggi 15 meter😱. Tapi masih kalah besar dari Ngong Ping di Hong Kong yang bisa terlihat dari Macau kalau cuaca sedang cerah. Seolah Buddha sedang duduk di puncak gunung. Setelah mengunjungi beberapa negara yang mayoritas beragama Buddha, mereka memang membangun patung Buddha dengan ukuran super duper besar.
Patung Kwan Im
Tong sam chong
Patung Buddha
Saya dan teman-teman kemudian berkeliling-keliling kuil sejenak untuk menghabiskan waktu. Saya jadi kangen berpergian ke negara China ketika melihat bangunan kuil berwarna merah dengan tulisan berbahasa mandarin dan atap yang khas. Semoga tahun depan diberikan kesempatan oleh Allah subhanahu wata'ala untuk mengunjungi Shanghai dan Beijing. Aminn.
Serasa di China
Turis
Karena takut nggak cukup waktu untuk belanja, kami pun akhirnya kembali ke tempat pemberhentian gondola. Antrian gondola cuma satu jalur dan saya melihat kesempatan untuk naik Glass Floor Gondola karena sebenarnya kita nggak usah melakukan scan barcode di tiket lagi. Kami menunjukkan tiket berlogo E (untuk Gondola lantai kaca), lalu petugas langsung mempersilahkan masuk Gondola. Asyik banget! Kalau kita naik Gondola biasa bakalan digabung dengan orang lain karena ramainya pengunjung hari itu. Alhamdulillah kita tetap merasa Gondola hanya milik bertiga.

Baiklah, nanti saya akan menceritakan tempat belanja dan nongkrong sebelum pulang. Sampai jumpa!

Desember 09, 2018

Burger & Lobster Est. London 2011

Dari judul postingan kali ini, sudah pasti saya bersama Willy dan Yudhi akan menikmati hidangan burger dan lobster. Untuk pengguna behel seperti saya, sebenarnya makan burger adalah sebuah hal yang harus dihindari kalau nggak mau rahang berbunyi 'klik'. Tapi ada cara lain, yaitu memotong burger kecil-kecil, baru dimakan dengan santai. Jangan terlalu buru-buru mengunyah kalau nggak mau perawatan Perfect Smile selama ini hancur berantakan.
Di depan resto
Lokasi Burger & Lobster berada di SkyAvenue Lantai 1, Genting Highland. Seperti yang sudah saya ceritakan di postingan sebelumnya, sebaiknya kalian datang agak pagian kalau nggak mau mengantri panjang sambil berdiri. Untungnya kemarin kami hanya mengantri sekitar 10 menit saja, lalu langsung dapat meja. Sambil mengantri, saya melihat betapa banyak lobster super duper besar yang masih hidup di aquarium, untuk disajikan kepada tamu. Duh, dapat darimana lobster segede itu ya😲.

Kami duduk di kursi lingkaran dengan meja yang agak kecil menurut saya. Pelayan langsung memberikan menu dan saya agak syok melihat harga yang mahal amat😱. Gile ya, mahal begini aja masih banyak yang mengantri. Berarti orang-orang di Kuala Lumpur emang banyak yang tajir. Kebayang nggak sih harga burger Rp. 600rban?😰 dan harga lobster original juga segitu?😰😰. Apalagi menu lobster The Bad Boys yang capitnya aja bisa segede muka itu dimulai 400 RM atau sekitar 1.4jt😱😱😱. Kayaknya lebih worth it memberi makan anak yatim dan fakir miskin😰.
Menu mahal-mahal
Baiklah, berhubung sudah masuk resto, jadi mau nggak mau harus memesan makanan. Kita bertiga memilih menu The B&L Burger, The Original Lobster, dan tiga gelas minuman. Tidak lama menunggu setelah pemesanan makanan, burger datang dengan piring super besar😲. Piringnya langsung mengabiskan tempat di meja hampir setengahnya. Mana aneka bumbu, saus, tissue, sendok/garpu, dan yang lainnya sudah menghabiskan space di meja duluan, ini datang burger semakin mempersempit area meja. Sebagian peralatan makan jadinya ditaruh dikursi dulu deh.
The B&L Burger
Kalian bisa melihat betapa menggiurkannya burger yang disajikan dengan saus mayones meleleh, daging super tebal, ditambah ada lobster diatas daging. Kentang goreng dan salad yang disajikan bersama burger juga dalam porsi besar. Kentang gorengnya enak banget, garing, nggak keasinan, dan saya terus ngemilin kentangnya. Bagaimana dengan salad? Sepertinya ini salad terenak yang pernah saya makan. Rasanya agak asin keju parmesan, ditambah kesegaran dedaunan berpadu menjadi satu. Karena Yudhi dan Willy nggak begitu suka sayuran, jadi saya yang menghabiskan saladnya tanpa bersisa.
Daging burger yang tebal dan daging lobster diatasnya
Ketika lobster datang, tambah lagi mempersempit area meja. Udah sempit, semakin sempit saja. Kita jadi mengatur ulang piring-piring makanan dan alat makan supaya agak leluasa untuk makan. Saya takjub melihat lobsternya yang gede banget, tapi syok ketika mengintip lobster The Bad Boy yang dipesan meja sebelah yang super duper besar. Kakek meja sebelah makan lobster segede itu sendirian, mengunyahnya, dan menghirup dagingnya. Nggak takut kolesterol, Kek? 😱 Saya sampai agak sesak napas melihat si Kakek menghancurkan capit lobster yang berwarna hitam segede muka. Agak ngeri hasil retakan cangkang capit kena ke muka😰.
The Original Lobster
Baiklah, waktunya makan. Dua menu kita bagi tiga. Saya memotong burger jadi beberapa bagian kecil agar gampang di kunyah dan langsung memasukkan ke mulut roti burger dan daging. Rasa daging sapinya enakkkkkk banget😍. Lembut banget, dipadukan rasa asin keju mozarella, dan krim (saya kurang tau krim apa tapi enak banget). Kalian bisa menyiram saus ke atas burger untuk menambah rasa nikmat. Daging lobster di burger juga enak banget, lembut, nggak amis, dan nggak usah diretakkan cangkangnya karena hanya dagingnya saja. Senang banget rasanya kalau makan makanan enak tuh🤤🤤🤤. 
Mari makan!
Setelah mencicipi daging dan roti burger, saya lanjut makan lobster. Saya mengambil bagian capit, memalingkan muka seraya menghancurkan cangkangnya. Takut banget serpihan cangkang yang agak tajam melukai tangan atau muka. Alhamdulillah penghancuran cangkang berlangsung sukses, tanpa terluka. Duh jangan ditanya rasa gurihnya daging lobster apalagi disiram dengan saus🤤🤤🤤. Kalian harus mencicipinya sendiri. Saya agak bingung karena di dalam daging lobster ada lelehan krim asin yang enak, antara keju atau memang krim🤔. Mungkin sebelum dimasak, krim tersebut dimasukkan dulu ke daging lobster dari sisi-sisi cangkang, sehingga begitu mateng jadi nikmat banget.
Soda Peach Tea
Saya minum Soda Peach Tea untuk menetralkan rasa udang dan daging di mulut. Walaupun dua menu kita bagi tiga, ternyata lebih dari cukup karena porsinya banyak apalagi ditambah salad dan kentang goreng. Total harga yang harus saya bayar adalah 363 RM atau sekitar  Rp. 1,340,000 (kurs saat itu). Duh, betapa mahalnya😖😖😖. Untung saya pakai kartu kredit Citibank yang memberikan cashback Rp. 1 juta untuk pengguna baru. Jadi makan 1,3juta berasa hanya 300rb 🥳🥳.

Baiklah, selanjutnya saya dan teman-teman jalan-jalan sebentar di SkyAvenue hanya sekedar untuk melihat-lihat ada apa aja ya di Mall ini. Tapi tidak begitu lama disini karena kami akan mengunjungi destinasi berikutnya yaitu Chin Swee Temple. Sampai jumpa!

Beberapa foto dari kamera Fujifilm milik saya dan Willy Sebastian (Instagram : willyarrows).

Genting Highland

Hari kedua di Kuala Lumpur, tepatnya di rumah Tina. Bangun pagi lalu menemani Tina memasak telur mata sapi, seperti yang dulu pernah kita lakukan bersama di kosan. Jadi nostalgia deh. Dulu kita anak kosan yang berjuang mencari sesuap nasi di ibukota, sekarang masih sama juga sih😅 berjuang mencari sekarung beras, cuma udah nggak ngekos dan alhamdulillah kehidupan kita sudah jauh lebih baik. Ngobrol sama Tina nggak ada habis-habisnya, sampai kita baru sadar kalau Willy dan Yudhi sudah jalan ke stasiun LRT dan saya belum mandi😱.

Akhirnya saya mandi buru-buru, lalu berdandan bareng Tina (memang ini yang sama-sama ingin kita lakukan karena Tina adalah sahabat saya yang mengerti dunia per-makeup-an dan baru kali ini kita bisa dandan bareng). Tanpa perlu menghabiskan waktu yang lama, kita udah selesai dandan. Alhasil, mau jalan-jalan ngebolang aja kita jadi cantik banget, hahaha. Ya mau gimana ya, dasarnya kita udah cantik. Jadi digimanain juga udah cantik😊.

Tina mengantarkan saya ke stasiun LRT Muhibah dimana Yudhi sudah menunggu. Duh, udah lama nggak ketemu Yudhi, terakhir sepulang dari India dan saya sedang dalam kondisi kacau balau saat itu. Kali ini Tina nggak bisa ikutan jalan-jalan karena ada acara. Jadilah saya ngebolang bertiga bersama Yudhi dan Willy. Terakhir bertemu Willy ketika jalan-jalan ke Turki dan lumayan udah lama juga. Tapi kita masih lebih sering chatting, apalagi ketika membahas Asian Games 2018 kemarin🥳🥳. Kita selalu update banget untuk perolehan medali. Jangan meragukan nasionalisme kita ya🇮🇩🇮🇩🇮🇩.

Jujur aja saya kurang perhatian transit di LRT mana, pokoknya kami turun di LRT Gombak untuk selanjutnya menggunakan mobil ke Genting. Sempat mau naik bus tapi jadwal keberangkatan berikutnya jam 1 siang. Kelamaan! Sempat mau pesan Grab tapi ada bapak-bapak menawarkan mobilnya dan jadi kasihan juga. Harganya cuma beda 2 RM dari Grab, ya udahlah kita mau aja. Oh ya, ada seorang bapak-bapak Korea yang minta ikut patungan juga ke Genting. Pas banget, ongkos kita jadi lebih murah lagi.

Perjalanan ke Genting kurang lebih satu jam tanpa macet. Kalian akan melihat pemandangan pepohonan hijau (seperti hutan belantara) di sisi kiri dan kanan jalan. Saya jadi mengantuk, tapi mengobrol dengan Willy dan Yudhi lebih seru. Tanpa terasa kami sudah sampai di Awana. Kami membayar mobil, lalu masuk ke Awana Bus Terminal untuk membeli tiket bus pulang terlebih dahulu. Daripada nanti kehabisan lagi. Kami membeli tiket pukul 17.30 seharga 4.5 RM saja. Ternyata pakai bus murah banget ya, daripada naik mobil😅.

Setelah beli tiket bus, saatnya beli tiket Cable Car (Gondola) di Awana Skyway. Kata Willy dan Yudhi, antriannya bakalan panjang. Tapi kemarin alhamdulillah malah nggak ngantri. Mungkin karena masih pagi, jadi kita bisa langsung dapat tiket. Kalian bisa memilih mau naik Gondola berlantai kaca (Glass Floor Gondola), atau yang biasa. Berhubung mau nostalgia naik gondola kaca seperti di Ngong Ping Hong Kong beberapa tahun yang lalu, akhirnya kita memilih pergi dengan gondola kaca dan pulang dengan lantai biasa. Wahhh, saya jadi sangat antusias dan nggak sabar mau langsung naik🤩🤩.
Tiket gondola kaca
Serem nggak?
Cable Car (Gondola)
Menunggu Glass Floor Gondola sedikit lebih lama dari yang reguler. Ketika gondola datang, kami pun naik. Hanya kita bertiga dalam satu gondola, jadi bebas mau ngapain aja. Yang agak menyeramkan naik gondola itu ketika gondola menambah kecepatan untuk naik, baru akhirnya memperlambat lajunya. Seolah-olah sedang naik roller coaster dalam waktu yang singkat dan jantung mulai kaget duluan. Karena masih pagi, pemandangan di sekitar berkabut. Apalagi hari itu masih hujan rintik-rintik dan dingin. Tau gitu saya pakai jaket agar tidak kedinginan. 
Kabut
Gaya dulu
Update IG Story seperti biasa
Teringat dulu ketika di Ngong Ping, kita bisa bebas melihat orang-orang jogging mengikuti trek gondola. Berbeda dengan Genting, dibawah gondola semuanya hutan dan nggak mungkin bisa beraktivitas. Kalau mau naik mobil bisa aja sih, tapi melalui jalan yang lain. Oh iya, gondola ini memiliki 2 pemberhentian. Pertama di kuil Chin Swee (destinasi yang akan kami kunjungi ketika pulang), dan Sky Avenue. Kalian juga bisa melihat ada 20th Century Park World Theme Park yang sedang dibangun. Kapan ya ada Theme Park sekelas ini bisa dibangun di Indonesia?
Theme park sedang dibangun
Perjalanan naik gondola nggak lama-lama banget. Ntah cuma 10-15 menit saja kita sudah sampai di Mall Sky Avenue. Jadi merasa rugi bayar 25 RM karena cepet banget😕. Dulu Ngong Ping sampai 40 menit perjalanannya dan ketika di Khasmir (gondola menuju pegunungan Himalaya) juga sekitar 30 menit. Kami akhirnya turun dan berjalan masuk ke Mall. Saya takjub melihat Mall yang super duper luas dan keren ini. Saya bisa melihat layar LED hampir diseluruh dinding😱. Orang-orang yang datang juga ramai sekali. Dari luar nggak keliatan kalau pengunjung seramai ini.
Hampir tiba
Sky Avenue
Sebagai informasi, Genting Highland ini adalah bagian dari Resort World sehingga kalian bisa menemukan casino, taman bermain, mall, dan sebagainya. Karena Malaysia adalah negara dengan syariah islam yang kuat, maka untuk Muslim sama sekali nggak boleh masuk casino. Sebenarnya saya agak penasaran 'gimana casino disini karena pasti mewah banget. Secara Resort World di dunia ini ternyata berpusat di Genting (saya baru tau). Masuk casino kan bukan untuk bermain judi saja, tapi bisa karena ingin mengagumi keindahan interior dan arsitektur bangunan. Sama seperti ketika saya berada di The Venetian Macao, casinonya super duper keren, padahal bukan jaringan Resort World.

Sebelum eksplorasi lebih jauh dan waktu yang lumayan singkat, saya dan teman-teman memutuskan untuk makan siang dulu di Burger and Lobster. Kata Tina, resto yang satu ini antriannya sangat panjang di jam makan siang dan mumpung masih pagi, kita mencoba ikut mengantri. Mungkin kami adalah antrian ke 6 dan hanya mengantri dalam 10 menit saja.

Postingan tentang resto Burger and Lobster saya tulis setelah ini ya. Sampai jumpa!

Beberapa foto dari  kamera Fujifilm Willy Sebastian (Instagram : willyarrows)

Desember 06, 2018

Mendadak ke Kuala Lumpur

Awal November kemarin, tepatnya setelah melepas lelah dari workshop Connecting the Dot (CTD), saya sempat berencana mau main ke Kuala Lumpur. Selain karena udah menitip banyak kosmetik Sephora yang diskon 20% kepada Tina (jadi pengen cepat dipakai😚), rasa penat di kepala masih terasa dan saya butuh liburan🏝️. Tanpa sengaja, saya melihat postingan teman di Facebook kalau sedang ada tiket super duper murah Malaysia Airlines seharga 200rb pulang-pergi ke Kuala Lumpur, tanpa banyak mikir lagi, saya langsung mengecek kalender dan beli tiket. Baru sadar kalau saya beli tiket terlalu cepat yaitu seminggu setelah CTD dan jadi bingung sendiri, ini beneran mendadak banget😨? Well, rejeki kadang datang memang tiba-tiba dan harus langsung diambil.

Saya memberi kabar beberapa teman di Kuala Lumpur kalau saya (mendadak) datang. Alhamdulillah bisa menginap juga di tempat Tina dan mengirit biaya hotel. Saya mengambil penerbangan siang supaya sampai ke Kuala Lumpur agak sore, jadi nggak usah menunggu Tina terlalu lama pulang kerja dan nggak perlu bangun terlalu pagi, hehehe. Karena pesawat fullboard seperti Malaysia Airlines bisa cek in duluan, sayang langsung memilih kursi di depan dan dekat jendela.

Hari keberangkatan pun tiba. Jujur aja sudah lama banget nggak pegang passpor (terakhir bulan April, berarti udah 7 bulan). Saya naik Hiba Utama dari Depok ke Bandara Soekarno Hatta Terminal 3 yang memakan waktu 1,5 jam.  Setelah itu cek in bagasi yang beratnya cuma 7 kg saja, lalu sempat nyari sarapan dulu dan menemukan toko cemilan (lupa namanya) yang ngasih diskon 50% pakai Gopay. Lumayan banget! Setelah makan, saya proses cek barang kabin, lalu ke imigrasi (saya lebih suka melewati autogate biar nggak banyak ditanya petugas imigrasi). Setelah itu saya berjalan menuju gate dan duduk santai menunggu pesawat boarding. Tanpa menunggu lama, saya pun naik pesawat.
Boarding👋👋
Saya sudah berusaha tidur di pesawat tapi nggak begitu ngantuk. Saya coba menyalakan tv dan menonton Red Sparrow yang tidak saya mengerti jalan ceritanya😵, lalu makan siang, tertidur, bangun dan lanjut nonton lagi, sampai akhirnya mendarat. Alhamdulillah tidak ada turbulensi yang signifikan. Saya proses ke imigrasi, mengambil bagasi, lalu agak kebingungan karena sampai terlalu cepat. Akhirnya saya memutuskan belanja dulu di Mitsui karena bisa menitip koper secara gratis.

Saya naik shuttle bus dari KLIA1 ke Mitsui Outlet . Udah lama nggak kesini (terakhir sepulang dari India) dan saya merasa sangat antusias untuk belanja. Mall yang satu ini memang besar banget dan membuat saya hampir nyasar. Ntah karena terlalu bersemangat masuk hampir ke semua toko dan beli ini-itu, jadi lupa pintu keluar. Saya agak kalap melihat barang bermerk dan diskon, bahkan harganya sepertiga dari di Indonesia. Kalau bukan karena mengingat bakalan report nenteng belanjaan naik bus, mungkin saya udah belanja habis-habisan.
Udah murah, diskon pulak.
Sekitar pukul 5 sore waktu Kuala Lumpur, saya menyudahi belanja di Mitsui dan kembali ke KLIA2 untuk membeli tiket bus menuju KL sentral. Waktu saya tiba di KLIA2 ngepas banget dengan jadwal keberangkatan bus yang tinggal 1 menit lagi. Saya jadi buru-buru beli tiket dan berlari menuju bus. Untung barang yang ditenteng cuma sedikit. Saya duduk di kursi depan sambil menghela napas. Beberapa menit kemudian saya tertidur. Saya bangun satu jam setelahnya dan keheranan dengan kemacetan di Kuala Lumpur yang hampir sama dengan Jakarta. Jarak ke KL Sentral cuma 400 meter lagi tapi nggak sampe-sampe😅 deh. Baru sekitar pukul 7 malam, saya sampe dan disambut oleh Tina. Kami langsung berpelukan. Ah rasanya kangen sekali.

Saya dan Tina makan malam di Penang Road Famous Theochew Chendul (nama restonya panjang bener😆) sambil menunggu Willy datang. Rasanya seru sekali mengobrol dengan Tina karena sudah lama sudah tidak bertemu sambil menikmati mie dan teh tarik. Sejam kemudian Willy datang dan obrolan kami jadi semakin seru. Semua diperbincangkan sampai hampir lupa waktu. Kami menyudahi reuni kecil-kecilan ini pada pukul 9 malam dan saya ikut tina pulang ke apartemennya yang lumayan luas menurut saya. Saya dapat kamar sendiri untuk beristirahat sejenak, lalu mandi.
Mie dan Teh Tarik
Sekitar pukul 12 malam, saya mendengar suara ledakan super duper menggelegar yang mengagetkan😱😱😱😱. Ditambah lagi pintu kamar saya diketuk Tina. Saya kaget 😱😱😱😱 dan buru-buru buka pintu kamar. ADA APA??? Ternyata oh ternyata, ada kembang api diseluruh langit karena besok adalah libur nasional di Kuala Lumpur karena perayaan Diwali (Festival of Lights). Wahhh, sudah lama nggak ngeliat kembang api 🎆🎆🎆sebanyak ini dari segala penjuru menghiasi langit. Sayangnya saya nggak ngeluarin kamera untuk mengambil gambar karena saking takjubnya🤩🤩🤩.

Setengah jam setelah festival kembang api berlangsung, saya pun tidur. Udah capek juga karena perjalanan dari Jakarta ke Kuala Lumpur, ditambah macet, dan menenteng koper kemana-mana. Besok saya cerita lagi tentang tempat-tempat yang saya kunjungi ya. Stay tuned!

Desember 04, 2018

Mati Lampu

Hari Jumat-Sabtu kemarin, keluarga dari Aceh ramai sekali yang menginap di rumah, ditambah lagi teman dan saudara yang berkunjung sehingga membuat rumah saya yang kecil terasa sangat penuh. Alhamdulillah masih bisa mengakomodir mereka untuk tidur dimana dan makan apa. Bahkan saya dan adik sepupu jadinya memasak dalam porsi besar, tapi sesederhana mungkin biar nggak terlalu capek. Untungnya nasi tinggal masak di rice cooker, ayam dibakar pakai Happy Call, sayur-mayur beli di warung depan komplek, lalu ditumis pakai saos tiram, dan goreng tempe. Hasilnya enak banget yang penting, walaupun simple.

Setelah keluarga pulang kembali ke Aceh, hari minggu adalah waktu saya beres-beres. Memang biasanya saya suka merapikan rumah, ngepel, nyapu, nyuci, nyetrika, berhubung nggak ada pembantu, dikerjakan di hari minggu. Kalau nyuci sih bisa seminggu dua kali biar nggak menumpuk, tapi kalau ngepel ya seminggu sekali. 

Setelah selesai semua pekerjaan, malah mati lampu!😱 Duh, belum masak nasi, mau keramas lagi, 'gimana mau pakai hairdryer? Belum lagi beberapa makanan mau saya masukkan ke microwave. Batre hp tinggal 12%, Whatsapp dan Telegram bunyi terus sehingga membuat batre hp berkurang sedikit demi sedikit. Saya membuka laptop dan melihat batre sisa 5%. Haduwh gimana ini? Memang tadi sempat berpikir mau kerja dengan kondisi laptop nyolok ke listrik, jadi sengaja nggak mengisi batre. Eh, malah mati lampu. Mau tethering internet dari hp, batre hp aja sisa 'dikit😵😵😵.

Jadilah saya menunggu sejam dalam kondisi keringatan dan lampu belum menyala. Akhirnya saya memutuskan untuk mandi karena udah nggak tahan lagi gerah. Setelah mandi, rambut saya kipas-kipas supaya cepat kering. Karena udah masuk waktu makan siang dan saya nggak bisa pesan Gofood karena batre hp sudah di bawah 5%, saya mulai berpikir cara masak nasi tanpa pakai rice cooker. Saya taruh beras di panci rice cooker, menyalakan kompor dengan api kecil, dan membiarkan saja beras di dalam panci. Saya nggak yakin juga apakah berhasil masak nasinya atau enggak. Tapi logikanya, rice cooker juga pasti menggunakan panas yang konstan untuk memasak nasi sampai mateng. Ya kita coba saja.
Gue banget
Makanan yang awalnya mau saya hangatkan menggunakan microwave, akhirnya saya masak pakai kompor gas. Saya campurkan sayuran dan tempe, lalu dioseng-oseng. Kemudian daging ayam saya tambahkan sambal balado. Jadi mendadak menemukan resep baru😅. Alhamdulillah nasi akhirnya mateng dan bagus hasilnya. Saya taruh nasi ke piring, sayur, dan daging ayam balado, untuk makan siang. Rasanya enak banget, sehingga saya makan dengan lahap. Rambut juga sudah 70% kering.

Selesai makan dan cuci piring, saya mulai bingung mau ngapain. Mau tidur kepanasan, main hp nggak ada batre, beres-beres kamar udah, angkat jemuran udah, duh mau ngapain lagi ya?🤔Akhirnya saya baca buku beberapa menit sampai saya merasa kegerahan. Males banget baru mandi udah kegerahan lagi. Alhamdulillah sekitar jam 1 siang, lampu menyala. Saya langsung mengecas semua gadget, masuk kamar, menyalakan AC, dan berpikir untuk menyetrika saja. Baru setelah itu tidur siang karena sudah capek membabu-buta hari itu.

Kesimpulan, terkadang kita terlalu dimanjakan dengan teknologi. Sehingga ketika dihadapkan pada masalah seperti saya, awalnya pasti bingung. Mau ngapain ya🤔? Tapi percayalah, otak kita pasti akan menemukan solusi yang tepat untuk menghadapi masalah. Mati listrik 3 jam lebih seperti kemarin membuat saya bisa berhemat banyak dari pemakaian rice cooker, hair dryer, microwave, AC, TV, dan charger. Ntah kenapa jadi merasa mempelajari beberapa hal penting dalam kehidupan🤗🤗🤗, hahaha.

Baiklah, semoga bermanfaat. Sampai jumpa!

November 26, 2018

Gigi Miring

Sudah sebulan ini saya merasa gigi agak miring. Kalau ditarik garis secara vertikal sih masih lurus ya. Bahkan kalau saya tersenyum, barisan gigi sudah jadi pas banget dengan bukaan bibir😄. Bisa dibayangkan nggak? Hahaha😅. Mungkin ini namanya Perfect Smile yang masih on the way. Walaupun tampaknya gagal Perfect Smile 2018 karena ternyata memperbaiki gigi saya nggak segampang itu, tapi masih ada Perfect Smile 2019 yang mulai saya canangkan dari sekarang. Semangat💪!!

Kali ini saya kontrol dokter di hari minggu malam jam 19.30. Tapi karena banyaknya pasien, jadi delay sampai ke jam 20.30 (udah kayak pesawat aja delay) karena jadwal saya di hari selasa yang biasanya sudah penuh. Jujur saya kurang suka kontrol gigi di malam hari karena pasti agak molor dari waktu yang ditentukan. Belum lagi harus pulang malam bikin lebih capek sampai rumah. 

Ketika kontrol tadi malam, saya bilang ke dokter akhirnya. "Dok, gigi atas bagian kanan kayaknya miring deh." Berhubung dokternya super duper baik, beliau langsung menanggapinya dengan serius dan menatap gigi saya dari depan secara lurus lalu menyuruh saya miring ke kiri dan kanan. Dokter kemudian mengangguk-angguk dan bilang, "Karena saya tarik dari sisi sebelah sini (ntah 'sini' yang mana) jadi gigi atas kanan nggak tegak berdiri. Semula dokter udah menyuruh perawat mengambil karet dengan kode sekian, tapi karena saya bilang gigi agak miring jadi diganti lagi ke kode sekian. "Saya ubah lagi ya susunannya biar kedepannya nggak berabe." Ha? Berabe? Kok bisa? Pada akhirnya saya tetap pasrah apa pun yang dilakukan dokter ke gigi saya.

Dokter juga mengganti kawat indikator yang bawah walaupun saya merasa nggak ada yang salah dari gigi bawah. Setelah diganti, geraham saya jadi nyut-nyutan banget sampai sekarang. Jadi susah mengunyah, tapi karena baru sembuh diare jadi memang malas makan. Trus gigi bagian sisi kanan atas jadi kenceng banget.
Sudah lumayan
Pada akhirnya saya mau berkesimpulan, sepandai-pandainya dokter, kita bisa ikut membantunya dengan mengatakan kalau ada bagian gigi yang kurang sesuai. Misalnya di kasus saya, semula saya berpikir palingan nanti dokter bakalan tau kalau gigi saya miring. Mungkin dokter punya fokus sendiri misalnya dengan merapatkan celah gigi supaya langsung rapi, tapi sebenarnya kita lebih tau kalau kita ingin susunan gigi seperti apa. Kalau sudah dibilang ke dokter, nanti dokter akan cari cara supaya gigi tetap rapat dan nggak miring.

Untuk menghindari jadwal kontrol gigi di weekend, akhirnya saya minta dijadwalkan kontrol gigi sampai 2 bulan berikutnya. OMDC sekarang pasiennya banyak banget. Kalau dulu bisa dijadwalkan sebulan sebelum (ini aja udah lama banget), sekarang harus 2 bulan sebelum. Semoga ketika harus dijadwalkan 3 bulan sebelum, gigi saya sudah rapi🙈. Aminnn ya Allah.

Kontrol Saphire Braces Rp. 265,000

November 24, 2018

Connecting The Dot - Workshop ~ Part 3

Hai, akhirnya kembali lagi menulis di sela-sela kesibukan yang membuat saya diare sejak senin kemarin. Ada yang bilang saya kecapekan, tapi kok saya nggak merasa capek🤔. Kegiatan memang lumayan banyak seperti ikut kuliah fotografi, meeting di luar, terus besoknya menghadiri pernikahan teman, masuk kantor, jadi tuan rumah acara Maulid Nabi Muhammad ﷺ , dan berakhir dengan demam tinggi. Saya bahkan udah nggak ingat lagi kapan terakhir demam setinggi itu sejak saya di vaksin flu. Tapi alhamdulillah sekarang sudah baikan dan siap menulis kelanjutan cerita workshop kemarin di Bandung.

Pada malam kedua seusai shalat magrib dan makan malam, workshop Connecting The Dot dilanjutkan. Kali ini kita membahas satu-persatu peserta yang kesulitan membuat akun Amazon dan berbagai problematika yang dihadapi peserta. Panitia sudah seperti dokter yang bertanya, "Amazon kamu keluhannya apa?" 😝😝😝 Dan hampir semua peserta memiliki permasalahan yang berbeda🤦‍♀️. Ada yang aneh banget seperti alamat di Billing Statement berbeda RT dan RW, nama komplek, nomor rumah, dan sebagainya. Ada juga yang passpornya terdiri dari 3 nama karena beliau pernah umroh, sedangkan di buku bank hanya 2 nama. Ampun dah😣!
Kepenatan malam itu
Kita memang berusaha membantu mereka untuk mencari solusi karena setiap permasalahan seperti itu bisa menjadi bahan pembelajaran untuk Rancupid agar kedepannya apabila menghadapi problamatika yang sama jadi tau harus bagaimana menghadapinya. Hanya saja karena begitu banyak masalah, bahkan hampir semuanya belum pernah kita hadapi sebelumnya, jadi bingung juga mencari solusinya😣. Tim Rancupid akan menampung semua pertanyaan yang nggak bisa kami jawab untuk menjadi bahan riset nantinya. 

Kalian tau, membahas permasalahan seperti ini saja membuat kelas workshop kita bubar jam 10 malam. Kakros juga udah mulai bergabung di workshop malam itu sehingga kita ada tambahan bala bantuan untuk memikirkan solusi para peserta yang akun Amazonnya belum tembus. Jadi terasa capek banget🥴. Ketika kembali ke kamar pun rasanya udah nggak sanggup ngapa-ngapain lagi. Palingan mandi, lalu masuk ke selimut dan tidur. Hari itu otak dan tenaga benar-benar terkuras. Alhamdulillah masih berjalan lancar.
Sampai jam 10 malam 💪
Masih harus bangun pagi di hari ketiga, materi workshop tentang Laporan Keuangan diisi oleh Kakros (nama aslinya Ade Rosiva, tapi saya suka panggil dia Kakros). Untuk urusan keuangan memang Kakros yang paling menguasai bahan karena dia adalah mantan auditor di PWC. Kita sengaja membuat materi ini di pagi hari agar pikiran masih fresh (padahal ngantuknya setengan mati😪), sehingga diharapkan orang-orang bisa menerima ilmu dengan baik. Materi yang satu ini agak sulit, sehingga panitia pun ikut memperhatikan dengan seksama.
Presentasi laporan keuangan
Peserta langsung hening
Setelah Kakros, Satrio melanjutkan presentasi. Kali ini dia mengajarkan peserta cara membaca data di menu Sales and Traffic Amazon. Jujur aja saya sendiri tidak begitu jago dalam membaca data dan ketika Satrio presentasi, saya jadi fokus memperhatikan setiap presentasi. Untung saja dia memberi penjelasan dengan detail, mudah, dan santai, sehingga gampang diterima oleh orang awam. Jadi lebih mengerti tentang hal teknis masalah data sebagai pembelajaran saya juga ketika nantinya RancupidTravel Marketplace sudah launching. Insya Allah.
Giliran Satrio presentasi
Ada pertanyaan?
Setelah Satrio presentasi, kami membagikan angket untuk survey kepuasan peserta. Sempat deg-degan dengan hasilnya karena ini adalah pilot project tapi alhamdulillah 97% puas dengan workshop kali ini. Acara ditutup dengan foto bareng dan makan siang. Untuk yang masih mau konsultasi masalah data, kita bisa layani sampai pukul dua siang. Setelah itu kami bersalam-salaman dengan peserta dan berterima kasih untuk keikutsertaannya dalam acara ini. Insya Allah batch dua akan dilaksanakan bulan Januari 2019.
Gaya baik dan benar
Setelah semua peserta pulang, Tim Rancupid dan Woimedia mengadakan meeting evaluasi. Karena acara berjalan lancar, evaluasi hanya memakan waktu 20 menit saja. Tidak ada hal yang terlalu signifikan yang dibahas karena alhamdulillah acaranya seru, peserta puas, makanan banyak, venue oke, dan tim dapat bekerjasama dengan sangat baik. Walaupun ini pertama kali Rancupid bekerja dengan Woimedia, alhamdulillah tidak ada hal buruk terjadi. Semuanya baik dan lancar, sehingga kita pasti bisa bekerja sama lagi di kemudian hari.
Gaya minta duit menurut saya
Terima kasih untuk semua pihak yang mendukung terlaksananya acara ini dengan baik. Sampai jumpa di bulan Januari 2019, Insya Allah❤️❤️❤️.

Follow me

My Trip