Januari 29, 2018

Memiliki Sebuah Startup

Setahun yang lalu, saya pernah menulis postingan blog tentang Menjadi Pengusaha yang sukses dibaca ribuan orang. Bagi penulis seperti saya, tulisan dibaca sampai ratusan orang aja senangnya minta ampun, apalagi sampai ribuan? Nah, kali ini saya ingin menulis hal tentang dunia usaha (entrepreneur) dan topik yang ingin saya bahas adalah Startup. Saya rasa menulis artikel bisnis itu nggak bisa sembarangan. Kita harus riset dan membaca banyak artikel, baru berani mempostingnya. Bahkan postingan yang satu ini sudah menjadi draft berbulan-bulan lamanya sampai akhirnya di publish. Pada kenyataannya, walaupun udah riset dan baca, kalau nggak terjun langsung sih sama aja bohong. Karena saya salah satu pemain di dunia Startup, makanya saya berani menulisnya di blog pribadi. Baiklah, saya mau tanya dulu. Ada yang udah tau tentang Startup? Ayo ngacung!

Sebelumnya, saya akan menjelaskan apa itu Startup. Mungkin masih banyak orang yang belum paham dengan istilah ini. Termasuk saya juga pahamnya baru-baru aja. Kata Startup merupakan serapan dari Bahasa Inggris yang berarti tindakan atau proses memulai sebuah organisasi baru atau usaha bisnis. Menurut Wikipedia, Startup merujuk pada perusahaan yang belum lama beroperasi. Perusahaan-perusahaan ini sebagian besar yang baru didirikan dan berada dalam fase pengembangan dan penelitian untuk menemukan pasar yang tepat. Istilah Startup sendiri banyak dihubungkan dengan segala yang berbau teknologi, web, internet dan dunia digital.

Beberapa karakteristik perusahaan Startup tersebut diantaranya:
  • Usia perusahaan kurang dari 3 tahun
  • Jumlah pegawai kurang dari 20 orang
  • Pendapatan kurang dari $ 100.000/tahun
  • Masih dalam tahap berkembang
  • Umumnya beroperasi dalam bidang teknologi
  • Produk yang dibuat berupa aplikasi dalam bentuk digital
  • Biasanya beroperasi melalui website
Dari karakteristik tersebut mungkin nampak bahwa Startup lebih condong ke perusahaan yang bergerak di bidang teknologi dan web. Namun faktanya memang seperti itu, kini perkembangan perusahaan yang lazim dilabeli nama Stratup adalah perusahaan yang berkenaan dengan dunia teknologi dan online.

Sejak masih berstatus karyawan dua tahun yang lalu, saya sudah mulai googling tentang membangun perusahaan di dunia digital. Saya agak kurang suka dengan bisnis konvensional dengan tender proyek sekali pun proyeknya di bidang IT atau bidang lain dengan nilai uang yang sangat besar. Walaupun sekali dapat untung bisa milyaran rupiah, saya tetap kurang suka. Saya bisa bilang tidak suka karena memang pernah langsung terjun ke proyek, ngobrol bareng orang-orang terkait, membuat dokumen, survey, dan kebanyakan turun ke lapangan. Berhubung dulu Marketplaces saya sedang down, saya rela juga ikut proyek dan mau ngerjain apa aja untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Ternyata, bisnis yang saya suka adalah mengumpulkan uang receh, sedikit-sedikit lalu menjadi bukit. Selain karena resikonya juga nggak besar, mengurusi pembeli juga nggak ribet karena kita berhubungan dengan uang yang sedikit. Kalau pembeli meminta pengembalian uang (refund), ya tinggal dikembalikan aja karena nominalnya kecil dan nggak usah terlalu mikir. Coba kalau proyek, nilainya milyaran. Sekalinya customer (yang kebanyakan perusahaan) nggak puas, bisa pusing pala berbie untuk mengembalikan uang bernilai besar😂.

Sejak tahun 2015, saya memang sudah mendaftarkan banyak barang ke beberapa eCommerce seperti Mataharimall dan Amazon untuk berjualan. Kali itu saya lebih suka berjualan Makeup dan tanaman. Saya akan menceritakan sedikit tentang bisnis ini:

  • Berbisnis Makeup. Saya memutuskan berjualan kosmetik Korea karena waktu itu K-POP lagi ngehits banget dan dagangan saya laku keras. Sampai-sampai, ketika saya ke Korea, hampir setengah koper saya isinya kosmetik yang di PO oleh pembeli saya. Keuntungan dari kosmetik itu bahkan bisa membiayai makan dan jalan-jalan di Korea. Lumayan banget 'kan ke Korea hanya seperti membayar tiket pesawat aja, sisanya adalah hasil dari berjualan makeup.
  • Berbisnis Tanaman. Dulu saya nggak begitu suka bercocok tanam. Saya agak malas kalau tangan saya kotor. Sejak beli rumah dan halamannya seperti hutan belantara, baru deh berpikir untuk menanam bunga. Saya cari bibit bunga di Tokopedia dan juga saya beli beberapa pohon secara online. Awalnya saya merasa aneh kok bisa ya beli pohon lewat internet. Sewaktu pohon diantarkan oleh kurir ke alamat saya, saya takjub juga kok pohonnya dalam kondisi sangat sehat? Kok bisa 'gitu ya?
Dari 2 pengalaman diatas, dan sejalan dengan kecanggihan teknologi, saya akhirnya buka toko di beberapa Marketplace lokal dan internasional khususnya dibidang jual-beli bibit dan pohon (seeds, bulbs, and plants). Beberapa teman ada yang bilang, "Ngapain capek-capek kuliah jurusan Teknik Infomatika, tapi ujung-ujungnya jadi petani?" Awalnya merasa bener juga apa yang dikatakan teman saya. Sekarang saya berpikir, seandainya saya nggak kuliah di bidang IT, mungkin saya bakalan sangat gaptek untuk mendaftarkan barang di Marketplace. Memang belajar mendaftarkan barang itu hanya sebentar. Tapi saya harus bisa mengerti banyak Marketplace dan membandingkan kelebihan yang satu dengan yang lain agar bisa mengoptimalisasi penjualan saya. Belum lagi laporan bisnis (business reports) yang bisa di download dari Marketplace international mirip dengan yang pernah saya kerjakan dulu ketika masih bekerja sebagai konsultan Oracle.

Seiring dengan berjalannya waktu, perusahaan Startup saya sudah berusia satu tahun dan sudah terlalu banyak hal yang di dapat ketika bersama tim termasuk pelajaran dan pengalaman yang berharga. Berbeda dulu kerja sendiri, dapat duit untuk diri sendiri, tapi saya merasa kurang berkembang. Satu hal yang mungkin harus kita garis bawahi yaitu Startup dibuat untuk menjadi solusi bagi masyarakat. Kenapa seperti itu? Kita ambil contoh perusahaan besar yang dimulai dari Startup yaitu Gojek yang pada awalnya didirikan untuk mencari solusi untuk mensejahterakan tukang ojek dan mengurangi kemacetan Jakarta. Lalu Tokopedia yang menjadikan wadah para penjual dan pembeli untuk bertransaksi online tanpa perlu sewa toko dan bisa dimanfaatkan oleh seluruh penduduk Indonesia dimana saja dan kapan saja asal terkoneksi internet. Belum lagi kalau saya harus menyebutkan beberapa Startup untuk mencari tukang bangunan dan asisten rumah tangga, mengerjakan kontrak hukum, mempermudah untuk belanja ke pasar tradisional, mengelola arsip rumah sakit, mengumpulkan donasi/sumbangan, dan berbagai macam hal lainnya.

Pada kenyataannya negara kita memiliki penduduk super duper banyak hingga hampir 270 juta jiwa. Banyak penduduk pasti banyak masalahnya. Tapi kalian juga harus yakin, masih banyak orang yang berpikir keras untuk mencari solusi dari berbagai macam masalah yang timbul. Kalau dikaitkan dengan bisnis saya, maka saya sedang mencari solusi untuk mengirimkan berbagai tanaman hidup dari petani ke seluruh Indonesia bahkan dunia. Termasuk juga mencari solusi agar semua orang bisa mengeksplorasi Indonesia secara mudah dan murah dengan agen yang terpercaya. Bagaimana cara risetnya? Wah, ini adalah hal yang paling butuh pengorbanan. Dimaki-maki petani pernah, ditipu agen trip pernah, dikasi penginapan beratapkan langit pernah, belum lagi saya tidak memiliki investor sehingga memulai bisnis dari nol banget. Masalah yang paling sering dihadapi ya duit pas-pasan, jadi harus irit-irit. Nggak boleh terlalu banyak mengeluarkan uang perusahaan.

Hampir seluruh perusahaan Startup punya investor, dan kebanyakan investor mau menanam saham di perusahaan digital. Dulu saya pernah mencari investor dan lumayan tergiur dengan nilai uangnya. Setelah berpikir agak takut juga pegang duit terlalu banyak, jadilah tidak pernah mencari investor lagi. Ada beberapa investor mendekat dulu, tapi tidak di follow up lagi karena saya agak takut dengan uang besar. Cara lain saya tempuh untuk mencukupi kebutuhan perusahaan yaitu mencari uang dari dunia maya juga. Banyak banget cara cari uang dari dunia maya seperti jadi reseller barang orang lain, affiliate program, spesialis SEO, menjadi freelancer, dan apa pun itu dengan mengumpulkan receh. Setelah cukup duit yang terkumpul, barulah saya merekrut karyawan yang profesional agar bisnis yang sebenarnya saya inginkan bisa dikerjakan.

Hal yang paling melelahkan dan juga menyenangkan adalah riset untuk membuka bisnis baru. Bisa sepanjang hari nggak tidur cuma untuk mikirin bagaimana bisnis bisa jalan. Semakin duduk di depan komputer untuk riset dan baca artikel, semakin lupa waktu. Kayaknya sehari 24 jam itu kurang untuk saya. Belum lagi kalau ngobrol dan berbagi ilmu dengan orang lain pasti nggak terasa waktu berjalan sangat cepat. Sampai rumah pun pikirannya masih mikirin pembahasan tadi di meeting yang seru banget sampai hampir nggak bisa tidur. Memang komponen utama dalam hidup adalah ilmu, bahkan beragama saja butuh ilmu, maka jangan bosan untuk menimba ilmu.

Salah satu doa saya kalau Rancupid sudah besar nanti adalah semoga bisa terus menjadi perusahaan yang menjadi solusi untuk banyak orang. Beberapa hari ini saya membaca artikel tentang perusahaan besar yang sudah jatuh, contohnya Yahoo!. Bahkan ada ungkapan there's no too big to fall (perusahaan sebesar apa pun tetap bisa jatuh). Mungkin di Indonesia sudah tampak beberapa perusahaan raksasa akhirnya jatuh seperti 7evelen, dan perusahaan retail (yang kurang raksasa apa lagi) menutup banyak gerai seperti Matahari. Tahun 2016 adalah masa jayanya Startup dan tahun 2017 satu-persatu runtuh dan sisa hanya beberapa saja.

Saya agak ngeri membacanya. Kebayang berapa jumlah karyawan yang di PHK, kebanyang betapa stress direkturnya, dan saya jadi agak takut. Belum lagi ada artikel menuliskan kalau ada perusahaan Startup yang sudah mengumpulkan puluhan investor, tapi hanya bertahan 3 tahun, lalu runtuh dan meninggalkan hutang US$400 juta😨😨😨. Mana kebanyakan Starup dijalankan oleh anak muda yang kebanyakan belum memiliki aset, saya tau banget betapa stressnya ketika harus berhutang sebesar itu. Mungkin memang manusia cuma bisa berikhtiar, dan sisanya memang doa yang bisa menjadikan Allah menjaga perusahaan kita agar tetap berjalan. Menurut saya, semakin besar perusahaan, mungkin karyawannya harus semakin shaleh/shalehah, agar apa pun cobaan bisa terus diberikan jalan keluar. Semoga Rancupid selalu dijaga sama Allah. Aminnn...
Walaupun banyak cerita Startup tumbang, bukan berarti kita harus takut. Kegagalan orang lain bisa jadi pelajaran berharga untuk menjadi batu loncatan untuk kita. Kalau udah membaca artikel tentang kegagalan, sebaiknya baca artikel kesuksesan juga agar kita termotivasi. Sudah tak terhitung juga banyaknya Startup lokal yang mendunia, padahal awalnya hanya hobi iseng CEOnya. Kalau dulu kalian hobinya memaki orang (kebanyakan pemerintah) di sosial media, saran saya kurangi waktu untuk bermain sosial media dan perbanyak riset. Mungkin sekarang bukan lagi jamannya menyalahkan pemerintah karena masyarakat juga mulai bergerak untuk menciptakan Indonesia menjadi negara yang paling menyenangkan untuk dihuni. Mari kita bangun lapangan kerja untuk memberikan solusi bagi masyarakat Indonesia agar kedepannya lebih baik lagi. Mari terus belajar dan bisa mengaplikasikan ilmu kita di kehidupan sehari-hari.

Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani).

Sumber:

Januari 26, 2018

Behel Copot (Lagi)

Belum sampai seminggu kontrol behel, tiba-tiba behel saya copot. Saya akui, seminggu kemarin saya terlalu banyak makan (karena ulang tahun Rancupid, dapat voucher makan, dan saudara bawa keripik dendeng super enak) dan nggak mikirin behel sama sekali. Biasanya setelah kontrol behel, ketahanan behel pada makanan renyah lebih tinggi. Mungkin memang iya lebih tahan, tapi nggak gitu juga makan sebanyak mungkin😄.

Kali ini behel copotnya agak mengerikan, karena 3 gigi jadi korban. Kalau hanya 1 gigi saja, biasanya saya malas ke dokter lagi karena OMDC antriannya panjang banget. Jadi malas kalau nggak dijadwalin dari awal. Berhubung udah 3 gigi, kawatnya jadi nusuk ke kulit rongga mulut dan menggeseknya. Sakit deh😣! Ini nggak bisa dibiarkan. Saya telepon OMDC untuk menyesuaikan jadwal dan saya dapat antrian pukul 10 malam. What? 😱

Kebayang hari itu harus pergi malam-malam ke dokter gigi, mana setelah hujan, dan saya masih flu. Tapi demi makan enak dan tidur nyenyak, saya pergi juga. Saya pakai jaket kulit, lalu bawa novel karena masih curiga jam 10 belum tentu langsung saya yang dilayani. Seperti biasa, saya naik ojek online, naik kereta, kemudian lanjut ojek online lagi ke OMDC. Kesannya banyak ojek yang saya naiki tapi padahal jaraknya deket-deket banget kok. Yang bikin kaget adalah, udah jam 10 malam tapi OMDC pasiennya masih rame😟.
Menunggu
Baiklah, saya buka novel yang baru saya beli. Untung novelnya seru dan nggak terasa udah jam 11 malam baru saya dipanggil. Saya lihat wajah dokternya udah kayak capek banget. Kasihan sih, tapi mau 'gimana ya kan kewajiban. Dokter mengerjakan behel saya cuma 10 menit, proses pembayaran cuma 15 menit, dan jam 11.30 saya sudah keluar dari klinik. Balik lagi naik ojek online - kereta - ojek lagi, pokoknya sampai rumah jam 12.15. Capek sih nggak, tapi flu semakin menjadi-jadi sepertinya.

Besoknya saya demam lagi dan nggak masuk kantor. Demi Perfect Smile 2018, badan meriang pun saya jalani😩.

Service Charge Rp. 15,000
Bucal Tube (behel yang copot) Rp. 50,000

Lumayan murah juga ke dokter gigi cuma bayar Rp. 65,000 padahal yang mengerjakannya orthodontist. I 💗 OMDC.

Januari 25, 2018

UTM Part 7: Kesimpulan

Hampir semua hal sudah saya tuliskan berkaitan dengan umroh November 2017. Kali ini saya akan bercerita aktivitas harian selama di Mekkah dan menarik sedikit kesimpulan ketika berumroh dengan UTM.

Naik Mobil Golf
Karena hotel Rawabi Zam-zam Mekkah berada di atas bukit, maka pihak hotel menyediakan mobil golf yang akan mengantarkan kita menaki atau menuruni jalan. Ada keasyikan tersendiri naik mobil golf karena nggak capek harus jalan dan duduknya juga enak. Jalannya agak pelan sih, maklum hanya mobil listrik biasa sehingga kita bisa sekalian menikmati semilir angin. Sebagai informasi, mobil golf tidak melayani mengantar penumpang di waktu shalat. Pernah waktu adzan kami baru mau berangkat ke mesjid, eh malah supir mobil golf sudah tidak mau mengantar lagi. Terpaksa deh jalan kaki menuruni bukit dengan terburu-buru karena takut tertinggal shalat rakaat pertama. 

Para pihak hotel sudah menyiapkan sajadah untuk mereka shalat di lobi hotel setiap adzan berkumandang dan nggak mau diganggu. Kita harus maklum karena di Tanah Suci semua orang berlomba-lomba untuk shalat tepat waktu untuk mengejar pahala.

Belanja
Saya kurang suka belanja baju, kerudung, atau sajadah di kota Mekkah karena saya lebih suka belanja di Madinah. Selain karena motifnya lebih banyak, harga lebih murah, para pedagangnya juga lebih baik hati. Kalau di Mekkah pedagang sedikit kasar dan galak, jadi kalau mau menawar baju agak serem. Mending kalau di Mekkah beli kurma yang harganya udah standar segitu aja. Pada dasarnya, saya memang nggak begitu pandai menawar barang. Jadi kalau udah nawar, trus diomelin, ada rasa trauma tersendiri hahahaha😅. Walaupun sebenarnya para pedagang itu nggak akan inget lagi juga sama kita meskipun kita tawar semurah mungkin dan bodo amat kalo nggak dikasi.

Yang paling saya suka adalah belanja di Mall Zam-zam. Mungkin karena Arab Saudi negara bebas pajak (atau mungkin pajaknya kecil) sehingga harga barang bermerk sangat murah. Kalau mau beli IPhone atau hp Samsung bisa beda 3 juta harganya dengan di Indonesia. Beli jam tangan perbedaan harga antara 500rb-1juta. Makanya saya sering banget keluar masuk Mall ini sekedar cuci mata. Jadi, sebaiknya yang mau ganti gadget, berumroh-lah kalian. Pahala dapat, lifestyle juga jadi upgraded😄. Mall Zam-zam juga wangi banget karena banyak pedagang parfum yang menawarkan Kasturi (parfum yang wanginya minta ampun💕). Sayangnya duit cash udah kehabisan karena belanja gadget, jadi nggak kebeli deh kasturinya.

Yang saya kurang suka sewaktu belanja di Jeddah dimana bus parkir di Balad dan rombongan UTM turun semua untuk berbelanja. Bayangkan saja, dari setelah Ashar sampai matahari terbenam belum beres juga orang-orang pada belanja. Saya yang nggak belanja jadi bosen nunggin di bus. Mungkin harus sabar kalau berpergian ramai-ramai seperti ini pasti jadi saling tunggu-menunggu. Lumayan memperbanyak pahala sabar. Mana ada pengemis anak kecil naik ke bus dan nggak mau turun walaupun udah dipaksain. Mau dimarahin kasihan masih kecil, nggak dimarahin nggak mau turun dan kita takut nanti ada barang yang hilang. 

Destinasi Wisata
Sebenarnya tempat-tempat yang dikunjungi selama berumroh dengan UTM lebih banyak daripada ketika umroh tahun 2016. Hanya saja, karena kelamaan di tempat belanja ketika di Jeddah, kami jadi tidak mengunjungi Masjid Terapung. Sebenarnya saya sangat ingin ke mesjid ini karena sewaktu November 2017 kemarin, matahari sore berwarna oranye dan pasti sangat cantik ketika diambil dari Masjid Terapung.

Rombongan UTM sudah berusaha menuju Masjid, tapi bus kami tidak boleh parkir dan diusir oleh polisi. Mungkin karena sudah malam, jadi parkir nggak bisa seleluasa pada siang-sore hari. Hanya menurunkan ustadz Muthawif saja disini karena memang beliau berdomisili di Jeddah. Padahal kangen sama Mesjid Terapung😔. Pengen menikmati pemandangannya dan shalat Magrib disitu. Jadilah kami langsung menuju bandara King Abdul Azis. Rasanya baru sebentar banget di Arab Saudi, eh udah harus pulang lagi.

Seandainya berumroh lagi tahun ini, saya ingin mengunjungi mesjid Qiblatain (2 kiblat). Penasaran di dalamnya bagaimana?

Kerjasama
Ketika ikut umroh bersama travel agen, para jamaah hanya duduk manis saja. Koper sudah diurus, pesawat udah di check-in, pokoknya kita tinggal duduk manis. Karena UTM adalah Umroh Mandiri, maka sesama jamaah harus saling tolong-menolong. Bersama-sama membagi makanan, mengurusi koper (walaupun untuk angkat-angkat koper sudah dibantu orang bandara), mengumpulkan passpor untuk check in pesawat dan membagikannya lagi, saling peduli satu sama lain, dan saling mencari kalau ada jamaah yang terpencar-pencar. Rasa kekeluargaannya sangat terasa, meskipun kita rame.

UTM apa travel?
Berhubung saya adalah seorang petualang, jadi saya lebih suka cara mandiri yaitu bersama UTM. Dulu berumroh dengan travel membuat saya agak bingung karena semuanya udah diurusin, sedangkan saya setiap ke luar negeri sama sekali nggak pernah pakai travel agen dan segala hal mengurus sendiri. Hotel enak, makan enak, bus enak, pokoknya secara fasilitas oke semua.

Yang agak bermasalah buat saya ketika berumroh dengan UTM adalah singkatnya waktu. Memang sih ini dikarenakan Garuda Indonesia mengubah jadwal keberangkatan dan kepulangan pesawat. Kalau saya lebih suka berlama-lama di Tanah Suci. Ketika ikut travel agen, saya menghabiskan 8 hari di Madinah dan 7 hari di Mekkah sehingga rasanya puas banget. Puas beribadah, puas berdoa, dan puas menentramkan hati. Saya juga bisa memperhatikan bagaimana cara beribadah orang-orang karena banyaknya waktu, bisa melihat anak-anak menghafal Al-Quran, mengeksplorasi masjid, berwisata kuliner, dan semua saya lakukan tanpa berpikir waktu. Dulu aja selama 16 hari berumroh saja terasa singkat, apalagi yang kali ini cuma 9 hari ditambah perubahan jadwal pesawat.
Semoga selalu bisa berumroh dan berhaji suatu hari
Semoga kedepannya UTM membuka jadwal umroh yang lumayan panjang. Aminnn. Selesailah cerita saya tentang berumroh. Semoga tahun 2018 ini bisa berumroh lagi dan doakan semoga bisa sampai Masjidil Aqsa sehingga selesailah semua Masjid paling suci di dunia. Aminnnnnnn💓

Januari 23, 2018

Tawaf dan Perbaikan Sumur Zam-Zam

Ketika saya berumroh di awal tahun 2017, saya dapat kapan saja melakukan Tawaf (mengeliling Ka'bah sebanyak 7 kali). Berbeda dengan umroh November 2017 kemarin yang sulit sekali bisa melakukan Tawaf. Perbaikan sumur Zam-zam membuat jamaah agak kesulitan masuk ke Mataf (lantai Tawaf) karena diberlakukan sistem buka-tutup. Kita nggak bisa secara leluasa masuk. Awalnya saya agak kebingungan melihat antrian di pintu 88 (kalau nggak salah) kok panjang banget? Nggak kepikiran juga kalau itu adalah antrian orang masuk Mataf yang panjangnya mengular. Cewek-cowok berjubel ingin masuk dan saya agak nggak kuat kalau harus membawa Mama ikut berdesakan. 

Saya sempat naik ke lantai satu Masjidil Haram untuk mempelajari caranya agar tidak berdesakan masuk ke Mataf yang memang hanya satu pintu saja. Jamaah masuk ke Mataf secara bergantian dan pintu masuk dijaga oleh banyak sekali polisi. Sempat berpikir untuk masuk ke Mataf melalui pintu Sa'i tapi kata adik saya polisi yang berjaga juga banyak banget di pintu Sa'i. Jadi agak malas Tawaf tapi berpikir karena waktu kami yang sempit di Mekkah dan takut nggak keburu Tawaf lagi. Akhirnya sehabis shalat Ashar, saya ajak Mama Tawaf. Waktu itu tante sedang ikut rombongan UTM untuk berumroh lagi, sehingga tanggung jawab saya cuma Mama doang. Awalnya saya mengantri dengan santai, karena apa pun yang terjadi saya usahakan tetap santai. Lumayan serem bersempit-sempitan bersama orang-orang yang badannya jauh lebih tinggi dan besar. Setelah sabar menanti, maka kami berhasil masuk ke pagar pembatas dan pintu masuk Mataf hanya beberapa meter lagi. Sayangnya terlalu banyak kerumunan orang dan beberapa polisi tidak sanggup membendung orang yang ingin masuk. Tidak berapa lama keluarlah banyak sekali polisi untuk menahan jamaah masuk.

Sambil menggandeng Mama, saya tetap berusaha berjalan masuk pintu. Yang menyeramkan adalah akhirnya kami dikeliling oleh polisi yang menghadang masuk. Mereka nggak berani menyentuh saya dan Mama, tapi penjagaan di pintu masuk berlapis-lapis. Jadi agak ngeri, apalagi ada polisi yang langsung menyuruh kami keluar. Kali ini nyali saya udah ciut, jadi saya keluar dari pagar pembatas. Agak takut juga nanti malah diteriakin sama polisinya.

Berhubung saya orangnya pantang menyerah, saya tetap mengantri kembali. Setiap ada celah, saya pasti berusaha masuk dan akhirnya saya berada di antrian depan pagar lagi. Yang diprioritaskan masuk adalah orang-orang yang berpakaian ihram, sedangkan cewek nggak ketauan yang mana sedang berihram atau bukan. Mana saya pakai baju bunga-bunga warna biru lagi😅, kayaknya nggak kelihatan seperti orang akan melakukan umroh. Alhamdulillah, ntah kenapa tiba-tiba pintu pagar terbuka sedikit dan tanpa melewatkan kesempatan, saya dan Mama masuk. Akhirnya bisa juga melakukan Tawaf di Mataf. Masih agak deg-degan takut disuruh keluar lagi, tapi alhamdulillah jalan kami lurus ke Mataf tanpa ada gangguang sedikit pun.

Kalian tau, niatan melakukan Tawaf tidak selalu mulus. Yang terakhir ketika Tawaf Wada' (perpisahan), kami sama sekali tidak bisa masuk ke Mataf. Mau bersabar mengantri, kami dikejar waktu untuk kembali ke Jeddah setelah Zuhur nanti. Mau nunggu sampai kapan? Sempat berpikir, ya udahlah nggak usah Tawaf Wada' karena hanya perkara sunnah dalam berumroh, bukan wajib. Kecuali ketika melakukan haji, maka Tawaf Wada' menjadi wajib. Yang menjadi konsen utama saya adalah kalau mau tawaf berarti ke lantai satu yang satu lingkaran tawaf sejauh 1 km. Saya berpikir berulang kali, masa' naik 2 gunung aja sanggup, tapi Tawaf dengan jalan lurus tanpa menanjak atau menurun, pakai AC lagi, bisa minum air Zam-zam juga, malah nggak sanggup?😕

Akhirnya dengan keyakinan kuat, saya memutuskan untuk Tawaf. Saya, Mama, dan tante menaruh sendal di rak, lalu kami mulai Tawaf. Mama dan tante saya tinggal di belakang karena saya mau berjalan cepat, biar nggak terasa Tawafnya. Adik saya malah naik ke lantai 2 agar tidak terlalu ramai. Setelah satu keliling, saya mulai terasa begitu jauh berjalan 1 km. Biasanya saya akan berhenti sejenak untuk minum air zam-zam. Di putaran ketiga dan keempat, saya sudah mulai bosan. Rasanya sudah habis doa dipanjatkan dan zikir diucapkan. Di putaran kelima, saya mulai main hp agar perjalanan terasa singkat. Di putaran keenam saya ketemu Mama dan Tante dimana mereka masih di putaran keempat. Setelah 2 jam, selesailah Tawaf saya. Duh rasanya capek banget, lutut keram, telapak kaki sakit, dan kebelet pipis karena kebanyakan minum Zam-zam.

Saya dan adik menunggu Mama selesai Tawaf. Sekitar 30 menit kami menunggu dan Mama belum terlihat. Kami mengirim sms untuk bilang kalau kami menunggu di bawah tulisan Tawaf Start Here, dan Mama membalas sms kalau beliau berada di pintu masuk pertama. Duh, saya udah sangat kebelet pipis.  Ketika bertemu Mama, saya bilang mau ke toilet dulu. Saya buru-buru ke tempat penyimpanan sendal dan keheranan karena sendal saya sudah hilang😖. Haduwh, padahal sendalnya lucu dan ntah kenapa saya menaruh sendal disitu karena biasanya saya pasti memasukkan sendal ke plastik lalu dibawa ketika shalat. Jadilah saya pinjam sendal adik dan berlari ke toilet Mall Zam-zam Tower (toiletnya enak banget, bersih, dan harum). Beberapa menit lagi adzan Zuhur dan Mall hampir ditutup, jadi saya harus berlari menuju toilet. Setelah selesai ke toilet, pintu masuk Masjidil Haram juga sudah ditutup dan saya terpaksa shalat diluar berpisah sama Mama yang shalat di dalam. Nggak apa-apa deh, yang penting udah lega karena udah ke toilet.
Mataf hanya sebatas warna putih saja, padahal seharusnya seluruh lantai di bawah itu bagian dari Mataf
Selesai shalat, saya harus mengembalikan sendal ke adik. Jadilah saya, Mama, dan tante pulang ke hotel dengan bertelanjang kaki (nyeker)😆. Agak takut juga kalau nanti di jalan ada batu kerikil atau benda tajam yang dapat melukai kaki. Sempat pakai kaos kaki sebentar tapi gesekan pada jalan beraspal membuat kaos kaki jadi bolong. Ternyata lebih enak nyeker dibanding pakai kaos kaki karena aspalnya bagus, nggak bikin kaki sakit. Saya juga menumpang mobil golf sampai ke hotel jadi mengurangi gesekan kaki ke aspal. Bahkan sampai makan siang pun saya tetap nggak pakai sendal. Mau naik ke kamar untuk ambil sendal dulu agak malas karena ruang makan di lantai bawah. Mending makan dulu baru naik ke kamar. Mau nyeker pun orang nggak ada yang perhatian karena baju gamis saya panjang sampai ke lantai.

Perbaikan sumur Zam-zam ini ditargetkan berakhir sebelum musim Haji 2018. Saran saya untuk yang mau berumroh, mending nanti aja setelah musim haji. Tawaf 7 km itu nggak gampang. Mama saya aja setelah itu sakit lutut sampai pulang ke Indonesia. Kalian akan berkeliling Ka'bah dalam waktu kurang lebih 2 jam dan pemandangannya hanya melihat orang-orang saja. Berbeda dengan naik gunung dimana semakin naik ke atas, pemandangan belum pernah dilihat, sehingga kita terus penasaran. 

Semoga Allah memberikan pahala lebih kepada orang-orang yang tetap bertawaf meskipun jaraknya jauh.

Januari 21, 2018

UTM Part 6 : Keliling Kota Mekkah

Sebelum melanjutkan cerita saya selama berumroh pada November 2017 kemarin, saya mau menekankan bahwa semua hal yang saya tulis di blog tentang ibadah umroh sudah saya riset terlebih dahulu semua dalilnya melalui buku dan internet. Bahkan berkali-kali saya menonton Youtube para ustadz hebat yang saya idolakan seperti Dr. Khalid Basalamah, M.A; Adi Hidayat, Lc, MA; Dr. Firanda Andirja Abidin, Lc., MA; dan Abdul Somad, Lc., M.A; yang menjelaskan tentang dalil tersebut. Kalian bisa cari tau sendiri bagaimana hebat-hebatnya ustadz-ustadz yang saya sebutkan barusan dalam masalah ilmu tauhid. Saya juga tidak ingin asal-asalan menulis blog apalagi tentang ibadah karena tulisan di blog ini akan dibaca banyak orang dan kalau menyimpang jauh, saya bisa dosa. Lebih sulit menulis postingan yang berhubungan dengan ibadah, daripada ngeblog tentang jalan-jalan. Makanya kadang agak lama mempublish tulisan seperti ini.

Karena kepadatan jadwal di kantor atau pun di dunia maya, saya jadi agak susah datang ke pengajian para ustadz hebat tersebut karena biasanya mereka ceramah di mesjid yang jauh dari rumah dan kantor. Tetapi sekarang sudah era informasi digital. Kalian bisa membaca berbagai buku tentang islam dimana pun melalui hp dan menonton ceramah para ustadz via Youtube. Alhamdulillah sekarang kita sudah dimudahkan dalam mempelajari islam darimana pun dan kapan saja. Tapi kalian juga harus pintar-pintar memilah-milah informasi ya. Menurut saya, kalau memang pada dasarnya kita mencari tau tentang Al-Qur'an dan Hadist dari internet dengan niat ikhlas, insya Allah akan dimudahkan jalan kita, pikiran dibukakan, jadi ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat tidak ikut masuk ke otak kita. Wallahu 'alam.

Saya akan melanjutkan cerita tentang umroh bersama UTM dan kali ini adalah berziarah di kota Mekkah. Kami berkumpul di lobi hotel seperti biasa pada pukul 7 pagi. Waktu itu saya dan keluarga turun ke lobi sekitar pukul 7.15 karena tau pasti pada ngaret nih jamaah yang lain. Baiklah, berikut beberapa destinasi yang saya kunjungi di kota Mekkah dan yang sudah pernah saya bahas di postingan berumroh tahun lalu tidak akan saya bahas lagi ya.

1. Peternakan Unta
Kalau tahun lalu Muthawif kami langsung mengingatkan untuk tidak beli kencing unta, sehingga nggak ada satu pun dari jemaah umroh yang beli kencing karena ini termasuk najis. Ada yang bilang berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit, padahal di Tanah Suci ada air zam-zam yang khasiatnya sudah dituliskan di dalam Al-Qur'an. Agak bingung juga kenapa jemaah asal Indonesia berbondong-bondong beli kencing unta. Kalau saya sih jijik ya😒. 
Pose di padang pasir
Sebenarnya peternakan unta ini bau banget. Adik saya aja sampai hampir muntah ketika mengambil foto saya. Jadilah kami menjauh dari unta-unta karena takut saya dan adik sama-sama muntah😩. Setelah berfoto, sambil menutup hidung dengan kerudung yang diberi parfum, saya berlari naik bus supaya nggak kecium bau unta.

2. Jabal Rahmah
Sama seperti tahun lalu. Cuma beli es krim saja disini. Awalnya mau menemani tante naik sampai ke tugu di atas bukit, tapi tante keburu kelelahan duluan. Nggak jadi naik deh.
Menikmati es krim bareng Mama
3. Menapak Tilas Haji
Seperti biasa rombongan umroh pasti dibawa berkeliling untuk melihat tempat-tempat pelaksanaan haji dimulai dari Padang Arafah. Kami juga melihat tenda-tenda Mina, dimana jamaah haji menginap. Ustadz bilang, haji reguler sudah menunggu bertahun-tahun untuk berhaji dan pada akhirnya dapat tenda dengan kipas angin. Jadi, alangkah baiknya kalau punya rejeki lebih, menabung, dan berangkat haji dengan ONH plus, supaya nyaman beribadahnya.

Terlepas dari nyaman dan nggak nyaman, kesempatan berhaji sendiri sudah sangat disyukuri. Nggak semua orang dipanggil Allah untuk berangkat haji. Doakan saya supaya banyak rejeki dan pergi haji. Kalau bisa pakai ONH plus supaya nyaman beribadahnya dan cepat masa tunggunya. Yang membingungkan lagi adalah banyak orang nggak mendukung saya berhaji menggunakan ONH plus dengan alasan yang saya juga nggak ngerti. Mungkin di Indonesia mainstreamnya adalah mendaftar haji dan menunggu bertahun-tahun adalah hal wajar. Kalau saya sih mending menabung lebih banyak dan berangkat lebih cepat karena belum tentu masih dikasih umur panjang untuk berangkat secara reguler. Ya sama seperti pemahaman di Indonesia kalau harus cepat-cepat menikah, sama siapa aja boleh, yang penting nikah, seolah-olah permasalahan ini adalah hal sepele. Padahal kedudukan rizki, maut, dan jodoh sama-sama misteri. Kok jadi baper begini😅.

4. Berumroh (lagi)
Selama berziarah berkeliling kota Mekkah, salah satu yang menjadi tujuan utama adalah mengambil Miqat untuk berumroh (lagi) di Masjid ‘Aisyah di Tan’im, Ji’ranah atau Hudaibiyah. Umrah yang ditemani Muthawif bisa dikerjakan lebih dari sekali. Kebetulan kemarin saya, Mama, dan adik hanya berumroh satu kali saja. Sebagai bahan renungan, suatu ibadah agar diterima oleh Allah, harus terpenuhi oleh dua syarat. Yaitu ikhlas dan juga harus dibarengi dengan mutaba’ah, sehingga tidak cukup hanya mengandalkan ikhlas semata, tetapi juga harus mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disamping itu juga dengan mengetahui praktek dan pemahaman generasi Salaf dalam menjalakan ibadah haji yang pernah dikerjakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab, generasi Salaf merupakan generasi terbaik, yang paling semangat dalam meraih kebaikan.

Umrah termasuk dalam kategori ini. Sebagai ibadah yang disyariatkan, maka harus bersesuaian dengan rambu-rambu syari’at dan nash-nashnya, petunjuk Nabi dan para sahabat, serta para pengikut mereka yang ihsan sampai hari Kiamat. Dan ittiba’ (mengikuti semua yang diperintahkan atau yang dilarang dan yang dibenarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) ini merupakan salah satu tonggak diterimanya amalan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sepanjang hidupnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya melakukan umrah sebanyak 4 kali.
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata : “Rasulullah mengerjakan umrah sebanyak empat kali. (Yaitu) umrah Hudaibiyah, umrah Qadha`, umrah ketiga dari Ji’ranah, dan keempat (umrah) yang bersamaan dengan pelaksanaan haji beliau”.

Menurut Ibnul Qayyim, dalam masalah ini tidak ada perbedaan pendapat. Setiap umrah tersebut, beliau kerjakan dalam setiap perjalanan tersendiri. Tiga umrah secara tersendiri, tanpa disertai haji. Dan sekali bersamaan dengan haji. Pertama, umrah Hudhaibiyah tahun 6 H. Kemudian, kaum Muslimin mengerjakan umrah lagi pada tahun berikutnya. Dikenal dengan umrah Qadhiyyah atau Qadha` tahun 7 H. Padahal saat itu Rasullullah selama tiga hari berada di Mekkah. Dan ketiga, umrah Ji’ranah pada tahun 8 H. Yang terakhir, saat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan haji Wada’. Semua umrah yang beliau kerjakan terjadi pada bulan Dzulqaidah.

Pelaksanaan empat umrah yang dikerjakan Rasulullah, masing-masing dikerjakan dengan perjalanan (safar) tersendiri. Bukan satu perjalanan untuk sekian banyak umrah, seperti yang dilakukan oleh jamaah haji/umroh sekarang ini. Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin menyimpulkan, setiap umroh mempunyai waktu safar tersendiri. Artinya, satu perjalanan hanya untuk satu umrah saja. Sedangkan perjalanan menuju Tan’im belum bisa dianggap safar sebab masih berada dalam lingkup kota Mekkah. Masyarakat Mekkah sendiri lebih memperbanyak tawaf mengelilingi Ka'bah.
Ka'bah
Atas dasar itu, maka saya, Mama, dan adik tidak melaksanakan umroh lagi. Beberapa jamaah UTM memang meniatkan umroh mereka untuk orang lain (badal) sama seperti tante yang berniat umroh untuk om yang sudah meninggal dimana mayoritas ulama membolehkannya. Untuk hal (badal) ini, apabila saya mau membadal umroh untuk Alm. Papa, sudah tidak perlu sebenarnya. Karena Papa alhamdulillah sudah haji, bahkan saya sendiri belum. Jadi sudah tidak ada kewajiban lagi bagi saya untuk melaksanakan umroh lagi.

Nanti saya akan menuliskan tentang betapa sulitnya Tawaf karena sumur zam-zam sedang diperbaiki. Semoga tulisan kali ini bermanfaat :)

http://www.nu.or.id/post/read/76212/hukum-umrah-berkali-kali-pada-satu-kesempatan-perjalanan

Januari 20, 2018

Happy Birthday Rancupid

Tanggal 11 Januari 2018 kemarin, alhamdulillah perusahaan kecil saya berulang tahun untuk pertama kalinya🎉🎊. Saya sempat lupa tanggal persisnya perusahaan berdiri sampai harus buka dulu SK KEMENKUMHAM agar tanggalnya nggak salah lagi. Nggak terasa, perasaan baru kemarin hujan-hujanan ngurusin pendirian perusahaan di Aceh sampai basah kuyup, eh udah setahun berlalu sejak hari itu. Sebenarnya sebagai business name, Rancupid sudah ada sejak 2012 (berarti umurnya udah 6 tahun). Cuma saya lupa tanggal berapa persisnya. Lagian semua orang bisa menciptakan business name, tapi nggak semua bisa membuka perusahaan.
Happiest Birthday
Kalau diibaratkan dengan manusia, perusahaan saya masih bayi. Biasanya bayi berusia satu tahun baru mulai bisa jalan, manggil 'Mama', dan lagi lucu-lucunya. Mungkin agak mirip dengan perusahaan dimana pada 6 bulan pertama kita mengeluarkan segenap tenaga untuk menjaganya, mengevaluasinya, dan memikirkan masa depannya. Mana perusahaan kere banget pada masa itu. Hanya keyakinan di hati kalau perusahaan ini sudah saya doakan dari tempat paling mulia untuk berdoa yaitu Masjidil-Haram dan Masjid Nabawi, jadi saya tetap berusaha mati-matian untuk menjalankannya dengan sabar. Apa pun konsekuensinya, saya tetap berikhtiar dan berdoa agar Allah melimpahkan rahmat dan rezeki pada perusahaan saya. Alhamdulillah, Allah mendengar doa saya dan memberikan jalan untuk keluar dari krisis. Seolah-seolah semua usaha dan kesabaran selama ini berbuah manis😊.

Karena sempat pulang ke Aceh tahun baru kemarin, maka kantor saya mengundur acara perayaan ulang tahun sampai tanggal 17 Januari 2018, karena kalau tetap diadakan tanggal 11 Januari terlalu buru-buru. Konsep ulang tahun kali ini sama seperti bagaimana kita merayakan ulang tahun anak 1 tahun yaitu memenuhi ruangan dengan dekorasi balon-balon dan rumbai. Berhubung kantor yang saya sewa juga baru satu ruang kecil, karyawan tetap baru 8 orang, jadi perayaannya mau kecil-kecilan aja. Yang penting semua karyawan ikut berpartisipasi, 'ngedekor ruangan bareng, bagi-bagi tugas, memilih makanan, memompa balon, dan berfoto (ini yang wajib).

Ketika pembagian tugas, saya kebagian tugas belanja (sengaja saya membagi tugas ini ke diri sendiri karena ini yang paling menyenangkan). Wah, senang banget deh milih-milih barang warna-warni untuk dekorasi ruangan di Tokopedia, dan keluar-masuk toko kue untuk beli peralatan makan. Awalnya sempat mikir, gimana cara bawa barang belanjaan pernak-pernik dekorasi dari Depok? Apalagi saya kan naik kereta. Baru teringat kalau sekarang era-nya digital, jadi semua tinggal beli online dan biarkanlah kurir mengirimkannya pada kita. Tinggal duduk manis menunggu, sekalian mempersiapkan energi untuk mendekor.

Berikut rincian pembagian tugas:
1. Meutia : Belanja pernak-pernik 🎉🎉
2. Kakros : Beli kue ulang tahun🎂
3. Khanti : Seksi konsumsi. Pesan makan siang, kue, dan beli minuman🍜🍰🍷.
4. Rezki : Pompa balon🎈.
5. Laili : Nempelin balon dan rumbai ke atap🎈🎊.
6. Afri : Dekorasi🎪
7. Dana : MC🎤
8. Puput : Lagi sakit, cepat sembuh ya 💝

Sebenarnya semua orang turut membantu dalam dekorasi karena seru banget ngedekor sendiri. Pernak-pernik dekorasi juga udah datang dari hari Kamis. Masih menahan-nahan untuk nggak pasang dulu dekornya, tapi akhirnya hari Jumat udah nggak tahan lagi. Kami pasang deh rumbai-rumbai duluan hanya untuk menyenangkan hawa nafsu untuk mendekor yang sudah sangat besar. Ternyata pakai double tip nggak kuat untuk menahan rumbai di wallpaper ruangan, jadilah semua rumbai yang sudah terpasang jatuh. OMG😱! Senin ngantor lagi, kita lem ulang rumbai pakai lem balon dan dipasangin lagi ke dinding. Sekalian mulai memompa balon karena nanti kita memang harus menempel 100 balon🎈🎈🎈 ke atap ruangan. Yang paling menyebalkan kalau ~🎶meletus balon hijau, DORRRR💥💥💥💥! Hatiku sangat kacau🎵~~~. Duh, disitu kekuatan jantung diuji. Mana jendela kantor sampai bergetarrrr, untung nggak ditegur oleh management building.

Selasa saya nggak ngantor karena harus ke OMDC dan ZAP. Orang kantor bilang kalau semua balon huruf dan setengah rumbai copot lagi😱. Akhirnya Dana mencari double tip untuk lem mobil sebagai usaha terakhir kami dalam tempel-menempel.Semoga nggak copot lagi lemnya.

Hari H tanggal 17 Januari 2018, saya datang agak telat dari Depok. Teman-teman udah nge-Whatsapp kalau beberapa balon huruf jatuh dan rumbai ada yang robek😯. Langsung agak panik, tapi akhirnya bisa ditempel lagi. Sesampai saya di kantor, udah banyak teman yang datang dan mereka lagi menata ruangan agar terlihat lebih lega. Kursi-kursi dikeluarin dan meja diatur ke pojokan. Untung kami jadi beli 2 taplak meja plastik sehingga kombinasi rumbai di dinding, balon di atap, dan taplak meja lucu membuat ruangan terlihat lebih cantik. Karena ada dua meja, jadi diatur meja 1 untuk minuman, meja 2 untuk makanan. Jangan lupa semua karyawan diwajibkan untuk membawa kado karena nanti ada acara tukeran kado.
Meja Minuman
Saya datang membawa lampu spiral 32 Watt yang paling terang se-antero pasar (kata abangnya), lalu dipasang di tengah ruangan. Sengaja beli lampu terang supaya nanti ketika sesi foto jadi bagus😎. Di kiri dan kanan kami pasang extension lampu, agar cahaya bisa lebih berpendar keluar. Lampu yang kurang terang udah lama jadi masalah di kantor kita, cuma kalau datang ke kantor lupa terus mau beli lampu. Mumpung ada acara, supaya berfoto hasilnya lebih maksimal, jadi semua lampu dibenerin. Alhasil ruangan kita udah seperti studio foto saking terangnya.
Berfoto di ruangan yang sudah terang
Sekitar jam 11 siang, Khanti agak panik karena semua makanan belum datang. Selidik punya selidik, ternyata kurir makanan ada yang nyasar😄. Kakros juga akhirnya datang dengan membawa kue ulang tahun. Selang beberapa saat setelah Kakros, semua kue yang dipesan termasuk nasi liwet di tampah juga datang. Meja makan kita langsung penuh dengan berbagai macam makanan. Saya membantu Kakros memasang lilin dan menyusun kue-kue ke piring susun. Seketika nuansa ulang tahun terasa. Duh, nggak sabar pengen langsung memulai acara, tapi Satrio belum datang. Jadi harus nge-Whatsapp dia ulang untuk nanyain posisi dia sekarang dimana.
Lilin dipasang
Pukul 12 teng dan perut sudah lapar, kami memulai acara yang dipandu oleh Dana. Pertama-tama saya memberikan kata sambutan. Saya bercerita tentang sejarah Rancupid sejak awal berdiri sebagai business name, sampai menjadi sebuah perusahaan, termasuk bagaimana awalnya saya bekerja sama dengan Kakros dan Khanti. Agak grogi juga berbicara dihadapan karyawan yang cuma beberapa orang. Kayaknya harus dibiasakan public speaking nih supaya nggak grogi lagi. Saya berbicara sekitar 15 menit, lalu dilanjutkan oleh Kakros. Kakros nggak terlalu lama ngomongnya, hanya menambahkan apa yang saya katakan dan dia juga bercerita bagaimana awalnya dia gabung ke Rancupid. Setelah Kakros, kemudian Khanti yang bicara. Kebanyakan kata sambutan Khanti berupa ucapan terima kasih kepada semua tim yang selama ini sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu jalannya perusahaan. Selanjutnya Rezki (kebetulan fotonya nggak ada, hanya video saja) memberikan ucapan terima kasih juga.
Acara dibuka oleh Dana
Kata sambutan oleh saya
Kata sambutan oleh Kakros
Kata sambutan oleh Khanti
Setelah semuanya selesai memberikan kata sambutan yang cuma beberapa menit saja, kami menuju acara puncak yaitu tiup lilin. Lilin dinyalakan oleh Rezki dan Dana, kemudian saya memegang kue ulang tahun. Kami semua menatap kamera untuk pose rapi terlebih dahulu, baru kemudian semua berpose seolah-olah meniup lilin. Berhubung ini ulang tahun perusahaan, jadi menitup lilinnya harus bareng. 
Menyalakan lilin
Warna-warni sekali
Pose rapi pake action camera
Pose rapi pake kamera SLR
Tiup lilin pake kamera SLR
Tiup lilin pake Action Camera
Acara selanjutnya seharusnya adalah main game. Karena udah laper berat, main gamenya nanti aja. Lebih baik makan siang terlebih dahulu untuk mengisi tenaga main game. Kami langsung menyerbu tampah makanan yang berisi makanan super duper banyak. Nasinya aja banyak banget sampai saya hampir nggak sanggup menghabiskannya. Belum lagi lauk pauk yang berbagai macam ragam yang menggugah selera. Jadi mau ngambil semua lauknya tapi takut nggak sanggup dimakan semua. Ditambah pencuci mulut makan kue ulang tahun lagi. Kenyang banget deh pokoknya.
Mari makannn!!
Makan-makan
Memotong cake
Cake dengan topping avocado yang enyakkkkkk😍
Serius menikmati kue
Selesai makan, kami shalat Zuhur dulu, baru deh bermain game tebak kata. Kami dipecah menjadi kelompok 1, 2, dan 3. Masing-masing kelompok disuruh berkontribusi memberikan kata untuk ditebak kelompok lain yang susahnya minta ampun. Awalnya kelompok saya masih baik hati, memberikan kata-kata yang wajar. Tapi karena kelompok lain memberikan kata-kata super aneh seperti 'kecoa kayang", "beruang nungging", dan hal aneh lainnya yang mungkin nggak akan ketebak, permainan mulai kacau dan kita jadi ketawa melulu. Padahal sehari sebelumnya saya baru dari dokter gigi dan nggak boleh ketawa ngakak dulu. Jadilah lecet-lecet dinding mulut saya sampai sakit banget dan bibir kembung. Duh berubah jelek langsung, hahaha😝.
Nyinyirin game, hahaha (heran kenapa saya monyong begitu😂)
Karena ada meeting jam 3, akhirnya kami menyudahi permainan game dan menutup acara dengan tukeran kado. Semua nomor kado diundi, kemudian dikocok. Baru kami masing-masing mengambil satu nomor agar tidak ada yang mengambil kado milik sendiri. Alhamdulillah saya dapat passport case dari Kakros, sedangkan kado saya berupa jam weker didapatkan oleh Khanti. Selesai tukeran kado, kami rapat sejenak, baru balik lagi ke ruangan sekitar jam 4 sore untuk shalat Ashar dan beres-beres. Sebenarnya setelah meeting jadi lapar lagi karena otak berpikir keras. Jadi pada menyerbu kue-kue lagi untuk mengisi perut. Teman-teman sampai heran kenapa saya makan melulu😝. Enak-enak sih makanannya.
Tukeran kado
Foto bersama kado
Karena biasanya makanan pasti bersisa setiap selesai acara, jadi saya udah mempersiapkan kotak dan plastik untuk membawa pulang makanan. Banyak banget makanan masih bersisa apalagi kue-kue. Saya bertugas membungkus kue-kue di kotak, sedangkan teman-teman lainnya membungkus lauk-pauk yang masih ada, lalu didistribusikan oleh Laili ke orang-orang gedung seperti office boy, resepsionis, dan security. Setelah itu masing-masing karyawan saya tanyain mau bawa pulang apa aja, baru saya bungkusin satu demi satu. Alhamdulillah semua makanan habis dan nggak bersisa, taplak meja bisa langsung dibuka dan dibuang, sampah-sampah juga bisa langsung dibersihkan, sehingga kami meninggalkan kantor tidak dalam kondisi amburadul. Tinggal hiasan dinding seperti rumbai dan balon yang belum dibuang karena kasihan juga masih bagus.

Phiuff alhamdulillah selesai juga acara kita. Kalau harus dibandingkan dengan pertama-tama sewa kantor, slhamdulillah sekarang lampu sudah lebih terang, insya Allah internet sudah kencang banget juga, dan peralatan kantor (gunting, kertas, cutter, steples, dan lainnya) sudah lebih lengkap. Semoga ke depannya Rancupid lebih maju, terus diberkahi dan dicukupkan rezekinya oleh Allah, karyawan tetap solid, selalu diberikan jalan keluar oleh Allah untuk semua permasalahan yang ada, aminnn.

Setelah shalat magrib saya pulang dan sampai rumah kayaknya terasa capek banget😩. Padahal di kantor cuma hura-hura doang, ke stasiun Tebet juga nebeng, tapi di kereta aja udah terasa encok. Habis mandi, langsung nggak kuat ngapa-ngapain lagi, jadi langsung tidur deh. Alhamdulillah hari ini sangat menyenangkan.

Januari 17, 2018

Gigi Sensitif

Di postingan sebelumnya tentang kontrol behel, saya menulis kalau gigi saya berubah sangat sensitif terutama gigi depan bagian atas. Minum air dengan suhu biasa aja bisa sampe ngilu banget, apalagi minum teh panas atau makan es krim. Sebenarnya gigi saya memang agak sensitif, sehingga saya jarang menggigit es krim. Tapi terkadang saya kuat juga gigit es krim asal jangan kebanyakan.

Saya sempat pulang ke Aceh libur tahun baru kemarin dan melakukan scaling gigi. Saya kira dengan scaling, sensitifitas gigi saya akan berkurang. Pada kenyataannya enggak sama sekali. Kalau sikat gigi dengan pasta gigi yang ada mint-nya seperti close up, saya bisa sampai nangis saking ngilunya. Minum air juga sakit, kumur-kumur untuk wudhu juga ngilu setengah mati, sampai malas memasukkan makanan ke dalam mulut karena kalau makan banyak kan harus minum. Sengaja pulang ke Aceh supaya badan bisa lebih gemuk, ini malah nggak bisa makan.

Akhirnya saya mengganti pasta gigi ke Sensodyne Sensitive Expert. Seumur-umur baru kali ini pakai pasta gigi Sensodyne dan baru tau kalau harganya mahal juga. Enak banget sikat gigi pakai Sensodyne karena di gigi hangat banget pasta giginya. Jadi nyaman berlama-lama sikat gigi. Permasalahan datang kalau harus kumur-kumur setelah sikat gigi karena air bikin gigi ngilu banget. Tapi setelah beberapa hari sikat gigi pakai Sensodyne, ngilu di gigi jadi jauh mendingan. Saya juga sampai minta sedotan ke warung kopi di sebelah rumah supaya setiap kali minum, airnya nggak kena ke gigi depan bagian atas sehingga nggak ngilu. Usaha saya tersebut membuat saya bisa kembali makan banyak selama di Aceh. Alhamdulillah!

Ketika kontrol kemarin, saya bilang ke dokter kalau gigi saya jadi super sensitif selama sebulan belakangan ini. Sepertinya yang membuat gigi saya sangat sensitif karena dokter memasang karet braces berbentuk jaring di gigi atas. Dokter kemudian membuka karet jaring dan menyuruh saya kumur-kumur dan ternyata tetap ngilu banget. Mata saya sampai berkaca-kaca saking ngilunya ketika dokter menyemprot gigi saya. Seharusnya bulan ini gigi depan bagian atas sudah mulai harus ditarik ke belakang. Tapi setelah saya bilang giginya terlalu ngilu, dokter menemukan kalau gusi bagian atas sudah bengkak semua dan nggak mungkin untuk menarik gigi karena saya bakalan kesakitan setengah mati.

Akhirnya dokter hanya memasang kawat seperti biasa. Kali ini gigi bawah yang mulai jarang karena struktur rahang bawah sudah mulai bagus, mulai dirapatkan kembali. Nggak begitu sakit sih, walaupun dokter sampai bilang, "Sabar-sabar yah kalau sakit." Kata-kata yang seharusnya menghibur jadi terdengar horor😈. Setelah memasang kawat, saya disuruh kumur-kumur lagi dan rasa ngilu jauh berkurang. Saya kemudian diresepkan obat kumur untuk mengurangi bengkak pada gusi supaya bulan depan bisa ditarik ke belakang semua gigi depan bagian atas. Sewaktu saya mengambil foto selfie, ternyata dokter memasang indikator baru di gigi atas agar lebih lurus mungkin. Ya Allah, semoga cepat sembuh ngilu di gigi.
Masih agak miring
Berikut rincian pembayaran:
Kontrol Saphire Braces Rp. 250,000 (harga kontrol sering berbeda-beda dan di invoice nggak ada penjelasannya kenapa berbeda. Bulan lalu cuma Rp. 200,000, bulan ini naik Rp. 250,000. Mungkin karena tahun baru).
Administrasi Rp. 15,000.

Sampai jumpa!

Januari 14, 2018

UTM Part 5: Umroh

Hari ketiga di Madinah, Muthawif (Ustadz pendamping) sudah mengumumkan ketika sarapan untuk mengumpul koper di depan kamar supaya gampang dibawa naik ke bus secara kolektif. Om Ikhsan juga bilang kalau makan siang sudah tersedia sejak pukul 11. Tidak lupa juga Muthawif menyerukan kita untuk menjamak shalat Ashar ke Zuhur (Jamak Takdim), sehingga perjalanan ke Mekkah tidak harus berhenti untuk shalat Ashar di Mesjid. Lagian, menjamak shalat di Masjid Nabawi lebih baik 1000 kali lipat dibanding mesjid-mesjid lainnya kecuali Masjidil Haram.

Sepulang shalat Zuhur (jamak Ashar) di Masjid Nabawi, kami melihat lobi hotel sudah dipenuhi koper-koper jamaah UTM. Ada bus yang dijadwalkan berangkat duluan agar lebih mudah koordinasi hotel dan Tawaf (katanya masuk lantai Tawaf harus bergantian) nantinya. Kami masuk ke ruang makan dan agak kaget karena hampir semua makanan sudah dibereskan. Memang sih makanan sudah tersedia sejak pukul 11, tapi kami pulang ke hotel ontime untuk makan, masih keburu juga kalau berangkat ke Mekkah jam 2 dan kita makan siang dulu. Jadilah saya dan beberapa jamaah UTM makan dengan nasi dan lauk seadanya. Alhamdulillah masih bisa makan, karena kalau udah diberesin nanti kelaperan menuju Mekkah.

Perasaan saya kembali membuncah melihat adik dan jemaah UTM lainnya mengenakan ihram😊. Ah, sebentar lagi kami akan berumroh. Nggak nyangka kalau tahun 2017 diberikan kesempatan oleh Allah untuk dua kali berumroh. Tepat jam 2 siang, bus kami pun berjalan menuju kota Mekkah. Ada perasaan menyesakkan di hati. Rasanya sedih sekali meninggalkan kota Nabi dan Masjid Nabi. Ya Rasullulah Shalallahu 'Alaihi Wassalam, Insya Allah saya akan datang lagi dan saya akan berusaha terus untuk selalu datang lagi. Bus pun melaju menuju Masjid Bir Ali, tempat terdekat untuk mengambil Miqat dan berihram. Tahun ini saya tidak menggunakan pakaian serba putih seperti tahun lalu karena saya lebih nyaman menggunakan Abaya Hitam yang nggak akan terlihat kotor karena warnanya gelap. Setelah shalat sunnah Ihram, kami kembali ke bus dan berniat umrah. Setelah semuanya selesai berniat, barulah kami menyerukan kalimat Talbiyah.

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ
"Aku datang memenuhi panggilanmu ya Allah".

Rasanya perasaan saya kembali membuncah mengharu biru seperti tahun lalu. Hati dan pikiran saya seolah tertarik jauh ke Masjidil Haram ketika mengucapkan kalimat talbiyah. Padahal ini adalah umroh kedua, tapi perasaan ketika menjawab panggilan Allah itu sama seperti baru berumroh pertama kali. Sukses membuat air mata saya menetes. Untung pakai kacamata hitam, jadi nggak terlalu terlihat oleh orang lain.
Masjid Bir Ali
Bus kami sempat singgah sebentar di rest area (walaupun saya kurang tau dimana). Saya turun dan ke toilet sebentar, lalu duduk-duduk di Cafe bareng adik hanya sekedar menikmati secangkir teh. Langit sudah mulai gelap dan kami belum sampai ke kota Mekkah. Setelah beristirahat, kami melanjutkan perjalanan. Seperti biasa, saya tidur dan terbangun ketika melihat Zam-zam Tower dari kejauhan. Alhamdulillah, tidak lama lagi sampai. Rasanya semangat banget deh! Senang banget tak terkata.

Sesampai di kota Mekkah, pertama kali kita dibawa ke Hotel Rawabi Zam-Zam. Jalan menuju hotel lumayan menanjak dan agak sempit sehingga bus antar kota agak susah parkir. Lokasi hotelnya berada dibelakang Hotel Meridien dan jarak hotel menuju ke halaman Masjidil Haram sangat dekat bahkan lebih dekat dari hotel saya ketika umroh pertama kali. Yang menjadi masalah adalah jalan menuju hotel sangat menanjak dan agak nggak mungkin untuk Mama dan tante untuk menapakinya. Alhamdulillah ternyata hotel menyediakan mobil golf yang bisa membawa kita sampai 200 meter ke pelataran Masjidil Haram.
Foto diambil dari Grup Umroh Tiket Murah Facebook
Sebelum menyelesaikan umroh, kami makan malam terlebih dahulu. Kunci kamar hotel dibagikan selalu di ruang makan agar gampang berkoordinasi. Selesai makan, kami beristirahat sejenak, shalat jamak Ta'khir Magrib-Isya, dan jam 10 malam berkumpul di lobi hotel. Setelah semua jamaah sesuai bus masing-masing berkumpul, kami berjalan menuju Masjidil Haram. Mama dan tante tidak menggunakan mobil golf dulu karena lumayan gampang menapaki jalan menurun. Sesampai di Masjidil Haram, ada perasaan yang sama seperti umroh pertama yaitu seolah saya akan masuk ke medan perang. Alhamdulillah bisa menenangkan diri dan berdoa agar umroh kali ini lancar.

Kalian tau, karena sumur zam-zam sedang diperbaiki, maka berimbas pada lantai tawaf yang menyempit. Kita harus masuk secara bergantian untuk melaksanakan Tawaf. Karena sudah malam, maka lantai tawaf agak sepi dan kita semua bisa masuk. Yang paling menakjubkan adalah ketika melihat Ka'bah. Alhamdulillah, saya bisa melihat Ka'bah lagi. Duh, perasaan campur aduk antara senang, sedih, terharu, bangga, dan kagum sekagum-kagumnya datang lagi. Ntah kenapa perasaan seperti ini tidak pernah saya rasakan kalau pergi ke suatu tempat/negara baru untuk pertama kali. Mungkin karena ini Ka'bah, kiblat umat Muslim sedunia, yang dibangun oleh nabi Ibrahim AS. Ya Allah, semoga bisa kesini terus setiap tahun. Aminnn.
Bersiap untuk Tawaf (muka lelah)
Tawaf pun dimulai. Saya memggapit tante saya disebelah kiri dan tangan kanan memegang adik biar nggak hilang saking ramainya jamaah. Alhamdulillah bisa merasakan udara dingin dan wangi di Hijr Ismail seperti umroh pertama dulu. Ntah berapa banyak doa yang saya panjatkan di depan Multazam dan memohon pada Allah agar semua doa dikabulkan. Setelah 7 putaran tawaf, kami minggir untuk shalat Sunnah Tawaf, lalu melanjutkan ibadah selanjutnya yaitu Sa'i. Untuk Sa'i, saya nggak ikut rombongan UTM yang jalannya cepet banget karena kasihan Mama udah kecapekan. Jadilah kami jalan perlahan-lahan sambil sesekali beristirahat dan minum air Zam-zam.

Setelah 7 kali bolak-balik untuk Sa'i, kami berTahallul (memotong rambut sedikit). Alhamdulillah selesai juga ibadah umroh kali ini dan semoga Allah menerima semua ibadah kami. Ada rasa senang di hati karena bisa menyelesaikan umroh lagi dan kali ini enggak secapek yang pertama. Mungkin karena sebelum umroh saya latihan fisik dengan naik 2 gunung dulu (latihannya agak ekstrim) jadi nggak gampang capek.
Umroh selesai
Selesai berumroh, kami kembali ke hotel. Mama dan tante menunggu mobil golf, sedangkan saya dan adik langsung menapaki jalan menanjak. Agak ngos-ngosan sih karena terjal banget. Setelah semua sampai hotel, kami balik ke kamar di lantai 6 dan bersiap tidur. Teringat tahun lalu sampai encok setelah umroh dan alhamdulillah tahun ini baik-baik saja. Karena umroh itu ibadah Fi'liyah yaitu ibadah-ibadah yg terdiri dari gerakan-gerakan, maka saya sarankan kalian untuk melatih fisik dulu sebelum berumroh. Sekedar jalan-jalan pagi, jogging lebih baik, atau sekalian aja naik gunung agar selama berumroh itu fisik bisa kuat dan sehat.

Baiklah, posting ini sudah kepanjangan. Nati saya lanjutkan lagi.

Januari 13, 2018

UTM Part 4: Kesimpulan di Madinah

Saya akan menarik kesimpulan selama di Madinah ketika berumroh bersama UTM (Umroh Tiket Murah). Postingan ini murni pengalaman pribadi yang saya rasakan dan tidak ada endorsement. Beberapa orang mengira saya di endorse untuk menuliskan tentang UTM dan saya katakan tidak sama sekali. Saya hanya ingin tulisan saya menjadi acuan untuk kalian yang ingin berumroh bersama UTM. Tolong diingat juga kalau pengalaman tiap orang itu berbeda-beda. Belum tentu orang lain merasakan hal yang sama seperti saya karena semua ini balik lagi ke diri kita masing-masing.

Hotel
Pertama kali yang orang tanyakan apabila kita pulang dari umroh adalah, "Hotelnya jauh apa enggak dari Masjid?" Di Umroh bersama UTM kali ini, menurut saya agak jauh hotelnya sekitar 500 meter. Membandingkan umroh saya tahun 2016 dimana jarak hotel di Madinah dan Masjid Nabawi hanya 100 meter, bahkan kalau adzan pun masih bisa buru-buru jalan kaki ke mesjid. Pada awalnya agak merasa capek juga berjalan ke masjid dengan jarak segitu, apalagi cuaca lumayan terik. Tapi memang semakin jauh berjalan, semakin banyak yang bisa dilihat. Kita akan melewati pasar ketika pergi/pulang dari Masjid. Jadi kalau mau belanja, tinggal mampir aja tanpa perlu menjadwalkan waktu belanja. Setelah beberapa kali ke Masjid, jadi terasa dekat juga jarak Masjid dan hotel. Mungkin karena sudah terbiasa.

Karena di umroh pertama saya sangat bermasalah dengan lift dan ruang makan yang selalu antri dan berdesakan, alhamdulillah di umroh kali ini ruang makannya gede dan lega, liftnya juga banyak. Dulu sampe beberapa kali naik tangga saking penuhnya lift dan malas ke ruang makan karena berdesakan banget. Yang kasihan ya Mama dan tante karena udah tua agak susah kalau mau naik tangga. Makan di ruang makan juga nggak nyaman, bawaannya pengen buru-buru karena banyak orang yang udah ngetag kursi kita. Alhamdulillah di umroh kali ini  urusan makan nyaman banget dan makanannya enak-enak.

Agenda
Karena Garuda Indonesia mengubah jadwal keberangkatan dan kepulangan, jadinya waktu terasa lebih sempit. Seharusnya bisa 3 malam di Madinah, malah jadi 2 malam. Udah seperti cuma liburan ke Bandung 2 malam doang😅. Hari pertama kita berkunjung ke Museum dan Raudhah, hari kedua berziarah. dan hari ketiga siangnya langsung berangkat ke Mekkah untuk berumroh. Terlalu padat menurut saya dan terlalu singkat.

Untuk orang yang sudah pernah berumroh seperti saya, mungkin lebih baik kalau fokus beribadah saja di Masjid Nabawi untuk mencari pahala yang banyak. Tapi karena tante saya baru pertama kali, jadi kita harus menemani beliau. Kasihan juga kalau berziarah sendiri walaupun banyak jamaah UTM yang lain. Untung juga saya ikut berziarah kemarin karena ada beberapa tempat belum pernah saya kunjungi di umroh pertama. Mungkin tempat yang benar-benar ingin saya kunjungi cuma Masjid Quba dan Jabal Uhud karena memang ada di Hadist.
Masjid Quba
Waktu kami berziarah kemarin adalah hari Jumat dan memang agak buru-buru juga karena kita mengejar shalat Jumat di Masjid Nabawi. Kalau nggak cepetan ke Mesjid, bisa-bisa kita nggak dapat tempat di dalam Masjid. Benar saja, udah buru-buru ke masjid, tetap aja harus sempit-sempitan sama jamaah lain. Kalau mau leluasa sih shalat diluar. Tapi karena cuaca terik, memang lebih baik shalat di dalam masjid karena adem dan dingin udara AC.

Belanja
Nah ini agak bingung menjadwalkannya saking padatnya agenda. Kalau mau beli pernak-pernik memang bisa di pinggir jalan. Tapi kalau mau beli baju indah, kerudung, dan sajadah, memang harus dijadwalkan ke suatu tempat yang menjual barang-barang tersebut. Saya dan keluarga menjadwalkan belanja setelah Ashar di hari Jumat. Kami mau belanja sajadah di tempat yang nggak jauh dari hotel kita tahun 2016. Lumayan jauh juga jarak tokonya kalau dari hotel sekarang.

Setelah beli sajadah, kami pergi ke Bin Dawood untuk beli baju-baju Dubai favorit saya. Pilih-pilih baju dan menawar-nawar barang menyita waktu banyak banget juga. Nggak terasa baru sebentar belanja, udah waktunya shalat Magrib. Saya titip beberapa barang belanjaan pada adik yang memang suka balik ke Hotel dulu baru shalat Magrib. Lagian kalau cowok lebih cepat jalannya dan energinya juga banyak, jadi bisa dimintain tolong bawa barang.

Pada hari terakhir di Madinah, karena kita berangkat ke Mekkah jam 2 siang, saya dan keluarga masih menyempatkan diri untuk membeli beberapa barang untuk oleh-oleh. Saya memang suka banget dengan motif sajadah yang ada di Madinah dan harganya juga murah.
Jabal Uhud
Kalau saya berumroh lagi nanti bersama UTM, mungkin saya mau fokus beribadah aja di Masjid Nabawi. Untuk berziarah dan mengunjungi Museum, kayaknya nggak lagi deh. Kecuali memang waktunya panjang dan nggak di hari Jumat. Semoga kedepannya bisa dapat jadwal penerbangan yang agak panjang, jadi bisa lebih santai.

Baiklah, perjalanan menuju Mekkah pun dimulai🚌. Sampai jumpa💗.

Follow me

My Trip