Januari 21, 2018

UTM Part 6 : Keliling Kota Mekkah

Sebelum melanjutkan cerita saya selama berumroh pada November 2017 kemarin, saya mau menekankan bahwa semua hal yang saya tulis di blog tentang ibadah umroh sudah saya riset terlebih dahulu semua dalilnya melalui buku dan internet. Bahkan berkali-kali saya menonton Youtube para ustadz hebat yang saya idolakan seperti Dr. Khalid Basalamah, M.A; Adi Hidayat, Lc, MA; Dr. Firanda Andirja Abidin, Lc., MA; dan Abdul Somad, Lc., M.A; yang menjelaskan tentang dalil tersebut. Kalian bisa cari tau sendiri bagaimana hebat-hebatnya ustadz-ustadz yang saya sebutkan barusan dalam masalah ilmu tauhid. Saya juga tidak ingin asal-asalan menulis blog apalagi tentang ibadah karena tulisan di blog ini akan dibaca banyak orang dan kalau menyimpang jauh, saya bisa dosa. Lebih sulit menulis postingan yang berhubungan dengan ibadah, daripada ngeblog tentang jalan-jalan. Makanya kadang agak lama mempublish tulisan seperti ini.

Karena kepadatan jadwal di kantor atau pun di dunia maya, saya jadi agak susah datang ke pengajian para ustadz hebat tersebut karena biasanya mereka ceramah di mesjid yang jauh dari rumah dan kantor. Tetapi sekarang sudah era informasi digital. Kalian bisa membaca berbagai buku tentang islam dimana pun melalui hp dan menonton ceramah para ustadz via Youtube. Alhamdulillah sekarang kita sudah dimudahkan dalam mempelajari islam darimana pun dan kapan saja. Tapi kalian juga harus pintar-pintar memilah-milah informasi ya. Menurut saya, kalau memang pada dasarnya kita mencari tau tentang Al-Qur'an dan Hadist dari internet dengan niat ikhlas, insya Allah akan dimudahkan jalan kita, pikiran dibukakan, jadi ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat tidak ikut masuk ke otak kita. Wallahu 'alam.

Saya akan melanjutkan cerita tentang umroh bersama UTM dan kali ini adalah berziarah di kota Mekkah. Kami berkumpul di lobi hotel seperti biasa pada pukul 7 pagi. Waktu itu saya dan keluarga turun ke lobi sekitar pukul 7.15 karena tau pasti pada ngaret nih jamaah yang lain. Baiklah, berikut beberapa destinasi yang saya kunjungi di kota Mekkah dan yang sudah pernah saya bahas di postingan berumroh tahun lalu tidak akan saya bahas lagi ya.

1. Peternakan Unta
Kalau tahun lalu Muthawif kami langsung mengingatkan untuk tidak beli kencing unta, sehingga nggak ada satu pun dari jemaah umroh yang beli kencing karena ini termasuk najis. Ada yang bilang berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit, padahal di Tanah Suci ada air zam-zam yang khasiatnya sudah dituliskan di dalam Al-Qur'an. Agak bingung juga kenapa jemaah asal Indonesia berbondong-bondong beli kencing unta. Kalau saya sih jijik ya😒. 
Pose di padang pasir
Sebenarnya peternakan unta ini bau banget. Adik saya aja sampai hampir muntah ketika mengambil foto saya. Jadilah kami menjauh dari unta-unta karena takut saya dan adik sama-sama muntah😩. Setelah berfoto, sambil menutup hidung dengan kerudung yang diberi parfum, saya berlari naik bus supaya nggak kecium bau unta.

2. Jabal Rahmah
Sama seperti tahun lalu. Cuma beli es krim saja disini. Awalnya mau menemani tante naik sampai ke tugu di atas bukit, tapi tante keburu kelelahan duluan. Nggak jadi naik deh.
Menikmati es krim bareng Mama
3. Menapak Tilas Haji
Seperti biasa rombongan umroh pasti dibawa berkeliling untuk melihat tempat-tempat pelaksanaan haji dimulai dari Padang Arafah. Kami juga melihat tenda-tenda Mina, dimana jamaah haji menginap. Ustadz bilang, haji reguler sudah menunggu bertahun-tahun untuk berhaji dan pada akhirnya dapat tenda dengan kipas angin. Jadi, alangkah baiknya kalau punya rejeki lebih, menabung, dan berangkat haji dengan ONH plus, supaya nyaman beribadahnya.

Terlepas dari nyaman dan nggak nyaman, kesempatan berhaji sendiri sudah sangat disyukuri. Nggak semua orang dipanggil Allah untuk berangkat haji. Doakan saya supaya banyak rejeki dan pergi haji. Kalau bisa pakai ONH plus supaya nyaman beribadahnya dan cepat masa tunggunya. Yang membingungkan lagi adalah banyak orang nggak mendukung saya berhaji menggunakan ONH plus dengan alasan yang saya juga nggak ngerti. Mungkin di Indonesia mainstreamnya adalah mendaftar haji dan menunggu bertahun-tahun adalah hal wajar. Kalau saya sih mending menabung lebih banyak dan berangkat lebih cepat karena belum tentu masih dikasih umur panjang untuk berangkat secara reguler. Ya sama seperti pemahaman di Indonesia kalau harus cepat-cepat menikah, sama siapa aja boleh, yang penting nikah, seolah-olah permasalahan ini adalah hal sepele. Padahal kedudukan rizki, maut, dan jodoh sama-sama misteri. Kok jadi baper begini😅.

4. Berumroh (lagi)
Selama berziarah berkeliling kota Mekkah, salah satu yang menjadi tujuan utama adalah mengambil Miqat untuk berumroh (lagi) di Masjid ‘Aisyah di Tan’im, Ji’ranah atau Hudaibiyah. Umrah yang ditemani Muthawif bisa dikerjakan lebih dari sekali. Kebetulan kemarin saya, Mama, dan adik hanya berumroh satu kali saja. Sebagai bahan renungan, suatu ibadah agar diterima oleh Allah, harus terpenuhi oleh dua syarat. Yaitu ikhlas dan juga harus dibarengi dengan mutaba’ah, sehingga tidak cukup hanya mengandalkan ikhlas semata, tetapi juga harus mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disamping itu juga dengan mengetahui praktek dan pemahaman generasi Salaf dalam menjalakan ibadah haji yang pernah dikerjakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab, generasi Salaf merupakan generasi terbaik, yang paling semangat dalam meraih kebaikan.

Umrah termasuk dalam kategori ini. Sebagai ibadah yang disyariatkan, maka harus bersesuaian dengan rambu-rambu syari’at dan nash-nashnya, petunjuk Nabi dan para sahabat, serta para pengikut mereka yang ihsan sampai hari Kiamat. Dan ittiba’ (mengikuti semua yang diperintahkan atau yang dilarang dan yang dibenarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) ini merupakan salah satu tonggak diterimanya amalan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sepanjang hidupnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya melakukan umrah sebanyak 4 kali.
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata : “Rasulullah mengerjakan umrah sebanyak empat kali. (Yaitu) umrah Hudaibiyah, umrah Qadha`, umrah ketiga dari Ji’ranah, dan keempat (umrah) yang bersamaan dengan pelaksanaan haji beliau”.

Menurut Ibnul Qayyim, dalam masalah ini tidak ada perbedaan pendapat. Setiap umrah tersebut, beliau kerjakan dalam setiap perjalanan tersendiri. Tiga umrah secara tersendiri, tanpa disertai haji. Dan sekali bersamaan dengan haji. Pertama, umrah Hudhaibiyah tahun 6 H. Kemudian, kaum Muslimin mengerjakan umrah lagi pada tahun berikutnya. Dikenal dengan umrah Qadhiyyah atau Qadha` tahun 7 H. Padahal saat itu Rasullullah selama tiga hari berada di Mekkah. Dan ketiga, umrah Ji’ranah pada tahun 8 H. Yang terakhir, saat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan haji Wada’. Semua umrah yang beliau kerjakan terjadi pada bulan Dzulqaidah.

Pelaksanaan empat umrah yang dikerjakan Rasulullah, masing-masing dikerjakan dengan perjalanan (safar) tersendiri. Bukan satu perjalanan untuk sekian banyak umrah, seperti yang dilakukan oleh jamaah haji/umroh sekarang ini. Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin menyimpulkan, setiap umroh mempunyai waktu safar tersendiri. Artinya, satu perjalanan hanya untuk satu umrah saja. Sedangkan perjalanan menuju Tan’im belum bisa dianggap safar sebab masih berada dalam lingkup kota Mekkah. Masyarakat Mekkah sendiri lebih memperbanyak tawaf mengelilingi Ka'bah.
Ka'bah
Atas dasar itu, maka saya, Mama, dan adik tidak melaksanakan umroh lagi. Beberapa jamaah UTM memang meniatkan umroh mereka untuk orang lain (badal) sama seperti tante yang berniat umroh untuk om yang sudah meninggal dimana mayoritas ulama membolehkannya. Untuk hal (badal) ini, apabila saya mau membadal umroh untuk Alm. Papa, sudah tidak perlu sebenarnya. Karena Papa alhamdulillah sudah haji, bahkan saya sendiri belum. Jadi sudah tidak ada kewajiban lagi bagi saya untuk melaksanakan umroh lagi.

Nanti saya akan menuliskan tentang betapa sulitnya Tawaf karena sumur zam-zam sedang diperbaiki. Semoga tulisan kali ini bermanfaat :)

http://www.nu.or.id/post/read/76212/hukum-umrah-berkali-kali-pada-satu-kesempatan-perjalanan

0 comments:

Follow me

My Trip