Maret 19, 2018

Hallasan National Park

Keluar dari Eins Hotel, saya mencegat taksi. Saya kemudian memberikan note kecil kepada supir taksi yang dituliskan resepsionis hotel dalam tulisan hangul. Supir taksi manggut-manggut, lalu kami masuk ke dalam taksi, dan mobil pun melaju kencang. Saya main tebak-tebakan bersama adik, berapa nih tarif taksinya?

Perjalanan ke Gunung Halla menempuh waktu 45 menit dengan jalanan sepi. Semua taksi di Pulau Jeju memang didukung oleh mobil super keren sehingga menyetirnya juga enak. Mau sekencang apa pun mobil melaju, kita sebagai penumpang nggak begitu terasa. Saya mulai sadar udah mau sampai ke gunung sewaktu melihat salju dimana-mana. Kami berhenti di parkiran Hallasan dan membayar ongkos 30,000 won. Huuu mahal sekali ya. Tapi ya sudahlah, kapan lagi melihat tumpukan salju super banyak disini.
Jalan menuju Gunung Halla
Gunung Halla berdiri kokoh di pusat Pulau Jeju dan merupakan tempat wisata yang paling berkesan seantero pulau. Menurut Wikipedia, Gunung ini juga disebut Mt. Yeongjusan, yang berarti "gunung yang cukup tinggi untuk menarik galaksi." Buset sampe galaksi😨. Gunung Halla sering menjadi objek penelitian para ilmuwan karena nilai geologisnya. Ditunjuk sebagai Taman Nasional pada tahun 1970, Gunung Halla juga memiliki 368 gunung berapi parasit yang disebut Oreums (puncak) di sekitar gunung utama. 
Salju masih banyak banget
Gunung Hallasan terkenal dengan ekosistem vertikal tanaman yang dihasilkan dari suhu yang bervariasi di sepanjang lereng gunung. Lebih dari 1,800 jenis tanaman dan 4,000 spesies hewan (3,300 spesies serangga) telah diidentifikasi. Menurut informasi yang saya baca, Gunung Hallasan relatif mudah untuk didaki dimana kita bisa sampai ke puncak dan turun lagi dalam waktu satu hari. Sayangnya waktu itu datang kesini sudah sore, sehingga jalur pendakian sudah ditutup. 
Hutan bersalju
Gaya kedinginan
Lelah mendaki
Sesuai dengan perkiraan sebelumnya, salju di lereng Gunung Halla banyak banget. Saya langsung kegirangan melihat es serut sebanyak itu. Karena udah lama nggak ngeliat salju, rasa antusias saya dan adik berlipat-lipat. Kita jadi heboh sendiri, bermain lempar-lemparan salju sambil berfoto sana-sini. Tidak jarang kaki saya jadi kejeblos masuk ke dalam salju yang nggak padat.
Es serut segunung
Sebenarnya saya ingin berjalan mendaki gunung. Sewaktu mulai melangkah menuju tangga pendakian, tiba-tiba sekumpulan burung gagak terbang semua dari dahan pohon dengan suara koar-koar yang menyeramkan. Saya jadi mengurungkan niat karena seram melihat burung sebanyak itu. Takut kena serang😰. Akhirnya jadi mengeksplor kaki gunung saja yang saljunya masih tinggi banget.
Jalan menuju pendakian
Jalan-jalan
Hari mulai malam dan suhu terus menurun. Saya lihat di hp kalau temperatur di kawasan pegunungan Halla ini menjadi 3 derajat saja. Saya mulai kedinginan, walaupun pakai jaket yang oke. Tapi rasa antusias mengalahkan udara dingin. Saya dan adik tetap aja bermain salju. Ada beberapa orang datang ke kaki gunung dan bermain salju juga. Jadi kami nggak berdua doang disana.
Masih ada orang lain di kaki gunung
Hari sudah semakin malam sehingga saya menyudahi bermain. Saya masuk ke rumah peristirahatan yang ada di kaki gunung untuk mencari seseorang yang bisa dipinjami hp-nya untuk menelepon supir taksi. Awalnya pengen naik bus dan saya sempat mampir ke halte. Sayangnya jadwal bus terakhir pukul 17.00 dan sekarang sudah pukul 18.30. Seorang petugas dengan senang hati menolong kami untuk menelepon taksi (kalau kami yang telepon, mana tau bahasa di hpnya😅). Kata petugas, supir taksi mau menjemput kami dan mengantar kami ke Seogwipo dengan harga 35,000 won. Duh mahal banget, tapi kami nggak punya pilihan lain. Jadi menerima dengan pasrah.
Rumah peristirahatan
Setelah meminta tolong, kami keluar dari rumah peristirahatan dan duduk di teras sambil menahan dingin. Suasana di kaki gunung mulai sunyi senyap dengan suara burung gagak dimana-mana membuat agak horor. Mungkin karena saya sedang berada di hutan, dan ketakutan ini lebih ke perasaan tiba-tiba nanti datang beruang😂😂😂. Kayaknya petugas kasihan pada kami. Dia menghampiri kami dan menyuruh masuk karena di dalam ruangan ada penghangat. Suhu mulai turun lagi ke 1 derajat dan saya jadi agak pusing awalnya. Baru setelah masuk ke ruangan, badan mulai enakan.

Kami menunggu taksi sekitar 45 menit dan hari mulai gelap. Taksi yang datang juga keren banget dengan mobil SUV (lupa merk apa) yang nggak keluar di Indonesia. Di dalam taksi pun dipasang penghangat, sehingga saya nggak merasa kedinginan. Perjalanan ke Seogwipo menempuh jarak 30 menit dengan mobil yang melaju sangat kencang. Setelah sampai, kami minta diturunkan di tempat yang banyak pertokoan dan penjual makanan supaya bisa langsung makan malam.

Nanti saya akan tuliskan tempat belanja dan makan di postingan terpisah. Sampai jumpa!

1 comments:

MiawGuk mengatakan...

Tolong Bu Meutia.. Bagian shoppingnya di perjelas se jelas jelas nya.. setiap jengkal nya di ceritain.. dah gasabar niiiiii hahahaha :)

Follow me

My Trip