Maret 26, 2018

Last Day in Jeju Island

Malam itu setelah belanja, saya berjalan berkeliling kota Jeju sekedar menghabiskan waktu karena besok sudah kembali ke Indonesia. Jujur aja saya suka kota yang sunyi tapi aman, sehingga saya dan adik bisa leluasa berjalan kaki menyusuri kota tanpa takut dirampok atau diculik. Naudzubillah... Sempat mampir ke minimarket untuk mencari makanan karena kita belum makan malam.
Pintu masuk Gwandeokjeong Pavilon
Saya melewati Gwandeokjeong Pavilon, salah satu tempat seperti istana Jepang yang berada di tengah kota Jeju. Tempat ini dibangun pada masa pemerintahan King Sejong (1448) oleh seorang arsitek bernama Sin Suk Cheong sebagai tempat pelatihan tentara militer Korea. Beberapa artikel yang saya baca, pelatihan tentara disini bukan secara fisik, tapi pemikiran dan kebajikan. Seperti yang kita tau kalau King Sejong adalah salah seorang raja penemu aksara hangul yang sangat cerdas, sehingga beliau ingin para prajurit bisa mempunyai pemikiran yang cerdas juga. Saya hanya berfoto di depan Pavilion dan nggak bisa masuk ke dalamnya karena sudah malam. Awalnya karena tidak berencana menyewa mobil, saya sempat ingin menginap di Robero Hotel yang berada persis di depan hotel. Jadi kalau mau foto-foto tinggal menyebrang jalan doang.
Pavilon
Setelah puas jalan-jalan malam, saya mencegat taksi dan kembali ke hotel. Sebenarnya kami masih lapar, lalu teringat masih ada ayam Kyochon yang kami bungkus dari malam kemarin. Pas saya cek sih masih belum basi tapi dingin banget makanannya. Saya turun ke lobi dan meminjam microwave ke resepsionis. Jadilah ayam Kyochon kembali renyah dan enak banget setelah dihangatkan. Kami langsung menghabiskannya tanpa tersisa.

Besoknya, tibalah waktu kembali ke Indonesia. Jeju hari itu diterpa hujan super duper deras yang membuat saya nggak bisa mampir ke Starbucks untuk beli tumbler. Kami terpaksa langsung jalan ke bandara. Oh ya, resepsionis membooking taksi melalui aplikasi taksi online seperti Uber tapi milik Korea. Jadi mereka nggak harus menelepon perusahaan taksi lagi.

Sesampai di bandara, saya langsung cek in. Petugas konter cek in bertanya apakah ada powerbank atau tidak di koper. Saya dan adik menjawab nggak ada. Setelah cek in selesai, kami nggak harus proses imigrasi karena passpor tinggal di scan, dan kami bisa langsung masuk gate ruang tunggu. Nah, saking gampangnya keluar dari Korea, jadi agak merasa aneh. Sampai akhirnya petugas cek in Airasia mennyusul kami karena di koper ada powerbank. Saya bingung karena saya nggak punya powerbank. Adik bilang kalau dia bawa powerbanknya ke ransel kabin. Hmmm... Aneh sekali😦. Tapi kami tetap ikut petugas untuk memastikan. Passpor ditahan sejenak dan kami masuk ke ruang bagasi. Ternyata yang bermasalah adalah koper adik saya. Dia lupa menyimpan powerbank yang udah rusak di koper dan akhirnya dia buang. Udah nggak perlu lagi soalnya. Saya heran juga karena powerbank bisa terdeteksi mesin scanner pesawat.

Selesai urusan powerbank, kami kembali ke gate boarding setelah proses pengecekan barang (lagi). Semula sebelum ketauan ada powerbank, ransel saya nggak dicek apa-apa. Sekarang malah ransel saya dicek karena mengeluarkan signal katanya. Saya bingung, perasaan Macbook saya udah dalam posisi sleep, kenapa memancarkan sinyal? Tapi petugas bilang nggak masalah kok, cuma mengecek saja. 

Setelah pengecakan selesai, kami kembali ke ruang boarding. Saya melihat begitu banyak orang mengclaim Duty Free (beli barang di Mall Duty Free, kemudian barang diambil di bandara). Saking banyaknya, saya penasaran. Mana mungkin semua barang duty free itu bisa dimasukkan ke kabin pesawat. Tapi ntahlah, saya nggak mau memikirkannya. Yang pasti, hari itu hujan super duper deras dan saya curiga pesawat bakalan delay. Boarding memang cuma telat 30 menit, tapi ketika di pesawat, kami harus menunggu 2 jam sampai akhirnya terbang. Duh, mana bantal leher ketinggalan di hotel Seogwipo, kepala saya jadi sakit banget karena harus duduk tegak terus.
Cemilan menunggu boarding
Sesampai di Kuala Lumpur, saya cek in penerbangan ke Jakarta terlebih dahulu baru kemudian makan malam bersama adik. Adik saya balik ke Aceh besok dan saya harus langsung pulang ke Jakarta untuk ikutan meeting. Capek banget sih, mana malam itu sampai di Jakarta pukul 1 pagi, ditambah perjalanan ke depok sejam, sehingga sampai rumah jam 2 pagi. Saya langsung tidur sampai siang, baru bangun dan berangkat ke kantor.

Overall, perjalanan 3 hari ke Pulau Jeju sangat menyenangkan. Mungkin karena udah lama nggak ke Korea dan bisa main salju. Mungkin juga karena saya selalu aman pergi bareng keluarga karena bersama mahram dan adik cowok bisa diandalkan banget. Dulu saya pernah berpikir nggak akan mau ke Korea lagi, kecuali Jeju. Alhamdulillah perkataan saya seperti doa yang dikabulkan Allah. Makanya kalau berbicara yang baik saja agar menjadi doa. Selanjutnya saya akan membahas tentang India-Khasmir, negeri yang begitu banyak serba-serbi dan lika-liku. Sampai jumpa di postingan selanjutnya :)

0 comments:

Follow me

My Trip