April 28, 2018

Staying at Dal Lake

Seharusnya setelah postingan Welcome to Srinagar, saya membahas Dal Lake terlebih dahulu. Tapi setelah berpikir beberapa kali, selama 6 hari di Khasmir, cerita tentang Dal Lake ini berubah terus. Selalu ada cerita seru setiap harinya di tempat cantik ini yang membuat saya jatuh cinta pada danau yang juga disebut sebagai Srinagar's Jewel (permata Srinagar).

Hari pertama tiba di Srinagar, Mushtaq menyuruh kami semua untuk menaruh koper dulu di pinggir danau Dal yang nantinya akan dibawa ke Houseboat. Saya hanya bisa melihat Houseboat dari seberang dan berpikir yang mana ya Houseboat tempat saya menginap? Semua bentuk Houseboat tidak ada yang sama, tergantung harga dan fasilitas di dalamnya.
Danau Dal yang indah
Setelah jalan-jalan di kota Srinagar, menjelang magrib, barulah kami diantar kembali ke pinggir danau. Mushtaq bilang, kami harus mengendarai sampan🚣 untuk bisa menuju Houseboat yang jaraknya agak jauh dari pinggir danau. Karena kami bersepuluh (ditambah Mushtaq), jadi harus dibagi 2 sampan. Kalian tau, sampannya agak kecil dan bergoyang-goyang. Saya selalu ketakutan setiap mengendarai sampan. Apalagi Danau Dal begitu gelap ketika malam hari dan saya takut kalau-kalau nanti ada buaya😖.
Sampan terparkir rapi
Mari menaiki sampan
Sekitar 10 menit bersampan ria, sampailah kami di Houseboat bernama Lala Prince. Kami disambut oleh tuan rumah dengan ucapan salam, "Assalamu'alaikum, welcome to Khasmir." Ahh, berasa adem mendengarnya. Apalagi melihat tuan rumah dengan wajah sangat ramah dan baik hati. Kami masuk ke ruang tamu yang sangat klasik dan indah, dengan tungku pemanas dan sofa untuk duduk beristirahat. Ditambah lagi, Syafiq menyuguhkan secangkir teh Khasmir dengan gelas dan teko sangat cantik untuk menyambut tamu. Seketika saya merasa senang dan hilang semua lelah yang ada.
Beristirahat di sofa sambil menghangatkan badan di tungku
Sekitar 30 menit beristirahat, Mushtaq mempersilahkan kami makan malam. Kami semua masuk ke ruang makan yang sungguh sangat artistik, dengan perabotan antik (seperti perabot jaman dahulu) yang cantik dan lampu remang-remang. Piring, gelas, sendok, garpu, dan pisau sudah tertata rapi diatas meja makan. Makanannya banyak banget, ada ayam masala, kari, kue prata, dan sebagainya. Berhubung kami capek banget, semua makanan habis dan terasa enakkk banget, sampai kami minta tambah lagi. Saya sempat bertanya-tanya, dimana dapur mereka karena Syafiq selalu berjalan ke belakang, masuk lewat jendela, dan menghilang diantara Houseboat yang lain.
Berfoto di ruang makan
Selesai makan, Mushtaq memberitahukan peraturan di Houseboat. Listrik akan mati setiap pukul 8-10 malam dan pukul 6-8 pagi. Sarapan akan disiapkan setiap jam 8 pagi dan kita harus bersiap menuju tempat wisata pada jam 9 pagi. Tidak ada wifi di Khasmir sehingga Mushtaq menyediakan kartu SIM dengan kuota wifi perkartu 1 giga dan ada juga yang 2.5 giga yang akan direload otomatis setiap jam 12 malam. Dan kita sebaiknya harus pulang ke Houseboat menjelang magrib karena suhu udara diluar akan sangat dingin.

Awalnya saya agak nggak terima dengan beberapa peraturan. Tapi hari demi hari setelah menjalani hidup di Houseboat, jadi ada suka-dukanya juga. Saya akan jabarkan satu persatu biar bisa diingat selamanya.

Rebutan Wifi
Salah satu hal yang paling penting di kehidupan saya adalah wifi. Mungkin karena pekerjaan saya berhubungan dengan internet, jadi ketika tau nggak ada wifi saya agak syok. Untungnya Mushtaq memberikan alternatif untuk menggunakan SIM Card. Berhubung Iphone agak rese' kalau dimasukin SIM Card, jadi saya selalu harus nebeng tethering hotspot sama siapa pun yang hp-nya dipakein SIM Card. Sempat mau beli kartu SIM sendiri tapi Mushtaq bilang, nggak bisa sembarangan mengaktifkan kartu SIM di Khasmir karena daerah konflik. Proses registrasinya aja sampai 2 hari. Belum lagi diwajibkan pakai KTP Khasmir. Duh ribetnya😓.

Kalian tau, 3 SIM Card dengan total kuota wifi 4.5 giga diserbu 9 orang bisa habis hanya dalam beberapa jam saja pada hari pertama. Bahkan kami sampai membuat peraturan, kalau sore pakai SIM Card Mas Anton karena kuotanya 2.5 giga, malam pakai kuota Abby 1 giga, dan pagi pakai punya Mba Septa 1 giga. Kalau kuota habis, terpaksa deh duduk tanpa main hp. Ada bagusnya juga jadi kita bisa mengobrol satu dengan yang lain. Kadang kita bangun tengah malam hanya untuk menggunakan internet yang sudah di reload pada pukul 00:00. Niat banget kan?😅

Sebenarnya saya agak curang ketika rebutan WIFI. Saya secara eksklusif minta hotspot dari Mushtaq, sehingga saya bisa habiskan kuota 1 giga untuk diri sendiri. Tapi beberapa hari kemudian teman-teman pada minta juga ke Mushtaq dan jatah saya jadi berkurang. Pernah karena kebanyakan orang yang akses ke hotspot Mushtaq, saya lalu minta hp Mushtaq dan saya kick semua orang. Jadilah saya bisa berinternet sendiri👌. Mushtaq sampai keheranan dengan cara saya dan untungnya di tim hanya saya yang bisa nge-kick orang (kebiasaan dulu nge-kick user di server). Berhubung saya palingan menggunakan wifi hanya untuk upload foto di instagram sebiji doang, ngecek email, dan mengabarkan orang rumah kalau saya baik-baik saja, saya pasti memberikan kesempatan teman yang lain untuk menggunakan hotspot milik Mushtaq.

Tidak ada listrik pada jam tertentu
Agak nggak enak sebenarnya karena listrik juga dibatasin. Biasanya kami sampai Houseboat jam 7 malam dengan kondisi batre hp sudah habis atau tinggal sedikit lagi. Baru sebentar beristirahat, eh listrik sudah mati. Memang sih lampu darurat masih menyala untuk menerangi ruangan, tapi nggak bisa ngecas hp. Akhirnya hanya menggunakan sisa-sisa batre untuk berinternet sampai habis.

Mushtaq bilang, "Life is somehow better without your phone - Hidup kadang lebih baik tanpa hp." Trus saya bilang, "I need my phone for work - Saya butuh hp untuk kerja." Mushtaq jawab, "You can do your job at night and now just talk to your friend and seeing the stars which so beautiful in Khasmir - Kamu bisa kerja nanti malam (setelah lampu nyala) dan sekarang ngobrol aja sama teman-teman atau lihat bintang di langit Khasmir yang begitu indah." Saya malah diam saja sambil menggerutu karena nggak bisa internetan.

Malam demi malam, akhirnya saya jadi terbiasa dengan kondisi tanpa listrik dan internet. Setiap setelah makan malam, saya dan teman-teman duduk di ruang tengah sambil menghangatkan badan di perapian seraya mengobrol. Kami memang tidak mengenal satu sama lain dan quality time seperti itu terasa sangat berharga. Jadi bertukar informasi, curhat, menceritakan hal seru ketika di perjalanan tadi, dan yang pasti kita jadi lumayan dekat. Tidak bisa di pungkiri kalau dalam tim Khasmir kemarin, banyak sekali orang-orang yang sudah sering travelling kemana-mana. Mereka punya banyak cerita untuk dibagi dan saya juga bisa bercerita pengalaman saya selama jalan-jalan. Malam-malam di Khasmir jadi terasa asyik dan hangat seperti cerita-cerita kita.

Bahkan pernah suatu malam ketika saya harus mencuci sepatu yang terkena banyak lumpur di danau, saya menengadah ke langit dan membenarkan perkataan Mushtaq. Langit Khasmir begitu indah. Bintang-bintang berkelap-kelip memancarkan cahaya membuat saya lupa kalau malam itu dingin sekali. Karena listrik di seluruh Houseboat mati, maka langit jadi begitu terang-benderang. Saya jadi duduk sejenak, menikmati ciptaan Allah yang begitu indah. Masya Allah😍😍😍!
Duduk santai
Untuk urusan ngecas hp, biasa saya lakukan kalau mau tidur sampai besok pagi. Ada salah satu colokan diruang tamu yang nyala terus meskipun listrik mati. Biasanya saya pagi-pagi ngecas juga disitu supaya ketika jalan-jalan batre nggak cepat habis. Tapi memang hp saya awet banget sih batrenya. Mungkin karena nggak mencari sinyal, jadi nggak menguras batre.

Mandi
Paling nggak enak kalau mau mandi malam, karena lampu mati, air panas nggak nyala. Jadi tunggu listrik nyala dan malah ketiduran duluan. Giliran besok pagi mau mandi, eh jam 6-8 pagi mati juga listriknya, sehingga harus nunggu jam 8 baru mandi. Kalau kebangun jam 5an sih enak bisa mandi. Tapi kan malas dingin-dingin bangun pagi. Enaknya tidur sampai siang.

Biasanya saya mandi jam 11 malam karena air panas udah nyala dan nggak rebutan besok mandi jam 8 pagi. Padahal jam 8 kan waktunya sarapan, saya ingin santai-santai sarapan tanpa diburu waktu mandi. Biasanya saya pagi hanya sikat gigi dan cuci muka doang. Toh Khasmir dingin, nggak perlu-lah mandi dua kali sehari. Hahahahaha😆.

Kadang kalau sedang sikat gigi dan cuci muka di malam hari, air panas saya biarkan mengucur agar membuat suasana kamar mandi jadi hangat. Hal ini pernah berdampak suatu hari air mati di Houseboat. Saya baru tau kalau airnya di tampung di toren sehingga bisa habis. Terpaksa pagi-pagi mencari Syafiq yang kadang ntah dimana, untuk menyuruhnya menyalakan pompa air agar teman-teman bisa mandi.

Pedagang barang selalu datang
Malam pertama di Khasmir ketika listrik mati dan kami baru makan malam. Datanglah beberapa penjual barang. Mereka menggelar dagangannya, menyusun satu-persatu dan menawarkannya pada kita. Wajahnya lusuh dan sedih, saya jadi nggak tega, tapi beli barang seperti kotak perhiasan atau pashmina terasa kurang perlu karena saya tidak suka menumpuk barang di rumah dan uang yang saya bawa juga pas-pasan.
Mba Itha dan Mba Carla belanja
Pagi-pagi setelah sarapan, penjual barang mengintip dari jendela lebih dahulu dan tau kalau saya sedang berada di ruang tamu untuk menghangatkan badan dan ngecas hp. Mereka masuk, menggelar dagangan, dan memasang muka memelas sampai saya nggak tega. Saya tersenyum dan bilang kalau saya nggak mau membelinya. Beberapa teman kadang datang ke ruang tamu, tapi karena melihat penjual barang, mereka balik lagi ke kamar. Kasihan sih, tapi mau 'gimana lagi. Pernah suatu malam saya beli magnet kulkas dan gantungan kunci sebanyak 10 biji karena nggak tega dengan pedagangnya. Besoknya datang lagi pedagang lain yang menjual magnet lebih murah. Duh😓!

Tidak hanya di dalam Houseboat. Ketika kami menaiki sampan hendak ke pinggir danau, beberapa sampan pedagang mulai mendekat dan menawarkan barang. Mereka agak memaksa, makanya saya kadang kurang suka dengan cara mereka. Belum lagi ketika sampai di pinggir danau, kami diserbu pedagang sebelum naik ke mobil. Biasanya saya lari menyelamatkan diri ke dalam mobil. Bahkan pintu dan jendela sengaja dibuka dari luar agar pedagang bisa menawarkan barangnya. Saya kadang sampai merasa serem sendiri, kok begini amat nawarin barang😨😨😱? Kan turis jadi ketakutan. Saya jadi minta tolong sama Mushtaq dan akhirnya dia menyuruh para pedagang hanya berjualan diluar mobil saja.

Sebenarnya kasihan dengan orang-orang di Khasmir yang kebanyakan miskin. Mereka sengaja berjualan kepada turis secara rebutan agar barangnya laku. Menurut saya barangnya juga biasa aja, tapi karena kita kasihan jadi beli deh. Yang menyebalkan mungkin cara mereka berdagang sampai membuat kita takut. Alhasil, saya jadi malas membeli barang dagangan mereka karena takut ntar pedagang yang lain rebutan menawarkan barang ke saya. Mending masuk mobil, duduk, dan tidur, pura-pura nggak ngeliat pedagang.

Bersampan di sore hari
Pernah suatu hari ketika pulang dari Sonamarg, kami sampai di Dal Lake agak sore. Sepertinya sayang kalau hanya menghabiskan waktu di Houseboat karena hari masih terang. Kami sewa sampan seharga 1000 rupee untuk berkeliling Dal Lake. Sore itu nggak terlalu dingin, saya hanya menggunakan sweater tanpa jaket thermal dan suhu masih bersahabat.
Yuk jalan-jalan

Mari berkeliling Dal Lake
Walaupun sampan agak besar, saya ketakutan duduk diatas papan. Akhirnya saya duduk dibawah, sambil menikmati suasana sore yang indah dan adem. Para pedagang nggak bersliweran, jadi suasana di sampan berjalan tanpa dikejar orang yang menjual barang. Yang ada malah kami memberhentikan penjual Chicken Tikka (sate ayam) yang rasanya enak banget dan harganya murah. Yang lucunya, ketika kami mau ngegayaan berfoto sambil mengipas sate, eh pedagang sate malah menyuruh mengipas sate terus sampai matang, hahahaha😹😹.
Mari berkeliling
Suasananya adem

Sampan
Penjual Chicken Tikka
Mba Itha yang kipasin
Adzan Magrib berkumandang dan hari mulai petang. Kami menikmati Chicken Tikka sambil melihat cahaya oranye mulai berpendar di langit yang membuat danau sangat indah dan cantik. Belum lagi suara burung camar membuat suasana jadi syahdu. Subhanallah, betapa indahnya matahari terbenam di danau ini.
Mari makannn
Sunset
Sampan terus dikayuh dan kami sampai pada pasar di tengah danau. Ternyata ada toko-toko souvenir dan warung juga yang berada di atas kapal. Ntah bagaimana cara mereka membangunnya sampai kapalnya nggak goyang sama sekali apabila dihempas riak-riak danau. Kami sempat mampir di sebuah warung untuk membeli cemilan yang ada rasa 'Masala'-nya. Duh, karena nggak cocok di lidah, jadi nggak ada yang suka sama snacknya.
Diantara toko terapung
Syafiq penjaga Houseboat
Penjaga rumah kami bernama Syafiq yang ganteng banget dan ternyata adalah adik Mushtaq. Umurnya masih 20 tahun, suka pake topi, hp-nya jadul banget, nggak punya media sosial, dan dia tidur di ruang tamu houseboat atau di tetangga sebelah. Saya pernah minta akun Instagram atau Facebooknya dan dia menunjukkan hp kecil yang cuma bisa sms dan telepon, sehingga nggak bisa internetan. Kasian banget😔. Kadang pagi-pagi dia sudah membakar kayu di tungku agar kami merasa hangat. Dia juga selalu menyiapkan makan malam untuk kita dengan makanan pembuka adalah sup. Kalau sup belum dimakan, maka makanan utama nggak akan keluar. Jadilah kami menyeruput sup suka nggak suka demi makanan utama😄. Jujur aja saya nggak suka makanan berkuah, tapi dengan terpaksa makan sup beberapa sendok agak nasi bisa dihidangkan.

Malam pertama dan kedua, kami masih antusias dengan menu makanan yang berbumbu kari. Nah, malam ketiga dan seterusnya jadi agak bosen. Bahkan kadang saya cuma makan sedikit yang membuat makanan tersisa banyak. Kalau kami sudah selesai makan dan masih banyak tersisa, wajah Syafiq jadi tampak sedih. Mungkin dia berpikir kalau makanan sisa harus dibuang jadi mubazir. Karena melihat wajah Syafiq, kami jadi makan lagi walaupun hanya sedikit.

Pernah suatu ketika kami minta fried chicken, tapi ayam goreng tetap berbumbu kari. Pernah juga sisa makanan semalem kami suruh hangatkan untuk besok, sehingga nggak kebuang. Kebayang kadang kami sarapan dengan makanan berbumbu kari itu nggak banget deh. Sarapan kan pengennya yang ringan-ringan aja. Karena itu suatu malam kami mengajarkan Syafiq untuk membuat sarapan nasi goreng dan telur mata sapi. Takut Syafiq nggak ngerti, beberapa teman sampai memperagakan caranya dengan bahasa tubuh. Alhamdulillah besok kami sarapan dengan nasi goreng (walaupun kebanyakan minyak) dan telur mata sapi yang kurang matang tapi enak. Menu seperti ini sudah cukup menggugah selera.

Syafiq selalu masuk dari pintu (jendela) sebelah dan berpapasan dengan saya. Dia selalu mengagetkan saya karena tiba-tiba muncul di jendela. Kebayang dong, orang cakep ada di jendela (untung cakep)😝 dan menyapa saya, "Morning sister," dan saya jawab, "Why did you always appear like a ghost on the window? - kenapa kamu selalu muncul seperti hantu (cakep) di jendela?" dan dia tertawa.

Orang-orang memakai Jubah
Kalau kalian berpikir untuk melihat jaket-jaket musim dingin yang kece, maka berbeda dengan di Khasmir dimana mereka pakai jubah seperti gamis yang tebal banget. Hampir semua laki-laki di Khasmir menggunakannya dan saya rasa memang enak banget pakai gamis seperti itu untuk menahan dingin.
Pagi
Pernah suatu pagi saya melihat cowok-cowok Khasmir pakai jaket keren yang membuat saya terpukau. Wah, tampilan mereka jadi berubah banget. Sebagian besar dari mereka mempunyai wajah cakep seperti orang Arab, ditambah jaket kece, wah jadi pemandangan ya bagus di pagi hari.

Pengalaman tinggal di Houseboat sangat berharga untuk saya. Ini pertama kalinya saya menginap di tengah danau. Kadang pagi-pagi saya bangun dan memfoto suasananya. Pernah juga bersama Mba Clara menyusuri jalan di belakang Houseboat yang buntu. Jadi bingung juga dari mana Syafiq membawa makanan? Kan dibelakang jalan buntu ya.

Hari terakhir di Khasmir kami berfoto dengan Syafiq sebagai kenang-kenangan. Setelah itu baru kami kembali naik sampan dan diantarkan ke bandara. Sampai bertemu lagi Houseboat. Semoga suatu hari bisa balik lagi kesini.
Foto dulu
Perpisahan
Selanjutnya saya akan cerita tentang lika-liku perjalanan ke New Delhi. Stay tuned!
Some photos credited to : Kristanto Nugroho (Instagram : kriz_nugroho)
Dal Lake

2 comments:

Anonim mengatakan...

Koq bisa gk ada wifi dan mati listrik yaa?
Aku thn kmrn jg ke kashmir dan jg nginap di houseboat bbrp malam, ada trs koq wifi dan listrik....

Meutia Halida Khairani mengatakan...

mungkin tahun ini peraturan baru...

Follow me

My Trip