Mei 31, 2018

Ifthar dan Syukuran Kantor Baru Rancupid

Postingan tentang jalan-jalan di Turki saya pause dulu karena kemarin perusahaan saya PT. Rancupid Citra Indonesia / Rancupid Group mengadakan buka puasa bersama (Ifthar) sekaligus syukuran kantor baru. Alhamdulillah akhirnya bisa pindah setelah bertahan di ruangan 3.5 x 3.5 meter di Le Green Suite & Office Setiabudi. Dulu sewaktu sewa kantor pertama kali, karyawan masih 6 orang termasuk saya. Lalu rekrut lagi karyawan baru, trus ada yang resign, rekrut lagi beberapa orang, dan jadilah kantor terasa sangat penuh. Belum lagi terkadang satu orang harus membuka satu sampai tiga laptop. Meja jadi semakin sempit ditambah banyaknya orang di dalam ruangan. Kalau ada tamu, harus khusus menjadwalkan hari apa dimana karyawan nggak semuanya masuk.
Ifthar
Sebelum saya ke Turki, wacana tentang pindah kantor sudah ada. Hanya saja, saya masih menimbang-nimbang harga sewa kantor yang semakin tahun bertambah mahal dan perusahaan saya belum punya duit yang banyak. Terus berdoa sampai akhirnya rezeki dari Allah datang, Khanti bilang abangnya mau pindah dari kantor yang ada di Tebet dan kami bisa take over kontrak kantor tersebut. Harganya juga masih masuk ke budget Rancupid. Tanpa mengulur waktu, saya bersama Khanti langsung meninjau lokasi dan melihat isi dalam kantor. Waktu itu kantor masih kotor karena sudah lama tidak berpenghuni, baunya agak apek, dan lampu remang-remang. Untung AC dan internet sudah tersedia, jadi kita bisa pindah.
Sebelum
Akhirnya saya, Khanti, dan Kakroz mengambil keputusan untuk pindah dalam bulan Mei sebelum puasa. Dikhawatirkan kalau bulan Ramadhan nanti pindah-pindah barang, karyawan saya yang berpuasa malah jadi cepat kecapekan. Karena saya juga sudah ada jadwal ke Bali-Lombok, maka saya juga harus buru-buru membereskan kantor sebelum berangkat dan sebelum Ramadhan. Sehari sebelum ke Bali, saya dan tim Rancupid membereskan beberapa barang, lalu membawanya ke kantor baru yang pada saat itu kondisinya masih agak mengerikan. Setelah menaruh barang, kami pesan meja dan kuris di Rajakantor, baru bisa pulang.

Sewaktu saya masih di Lombok, para karyawan mulai memindahkan barang dari kantor di Le Green sampai habis semuanya ke kantor baru di Tebet. Mereka sementara berkerja di lantai satu terlebih dahulu karena lantai 2 belum dipasang AC. Untung kami punya lampu terang banget di Le Green dan dibawa ke kantor baru sehingga lebih enak bekerja karena nggak remang-remang. Besoknya saya datang, barulah saya panggil tukang, belanja di Pasar Tebet bersama Kakros untuk keperluan kantor, panggil tukang AC, tukang listrik, tukang pipa, pokoknya segala jenis tukang datang dan berkumpul di kantor baru. Sebenarnya pada hari itu kantor baru menurut saya belum layak untuk ditempati. Tapi kalau kita nggak pindah duluan, kita jadi nggak tau apa masalah yang ada di kantor. Mana waktu itu belum ada Office Boy (OB). Dapur sampai ke kamar mandi becek dan kotor minta ampun😖. Cukup menguras hati.

Keesokan harinya sudah ada OB, sehingga kantor lumayan bersih. Yang jadi masalah adalah AC diatas malah nggak dingin dan meja dari Rajakantor belum bisa diantar. Padahal AC baru, tukang yang pasang malah nggak ngerti dimana kerusakannya. Bahkan udah panggil teknisi dari Daikin-nya sendiri, sama juga AC tetap nggak mau dingin. Udah manggil tukang di semua aplikasi online, malah menambah permasalahan. Kalau bukan karena tukangnya nge-cancel pekerjaan padahal udah di tunggu-tunggu seharian, tukang juga kadang suka sok tau tentang AC dan listrik yang ternyata salah semua analisa mereka. 

Permasalahan kedua yaitu meja kantor. Marketing meja dan kursi kantor untuk perusahaan nggak masuk karena sakit dan nggak mengabarkan ke kantor kalau Rancupid pesan barang apa aja. Jadi telat pengiriman barangnya. Setelah ditelepon berkali-kali, baru barang datang tapi belum dipasang. Jadi nunggu berhari-hari lagi supaya tukang pasang meja datang. Udah tukang meja datang, eh dia nggak kelar pasang lemari. Huff, nunggu lagi beberapa hari untuk pasang lemari. Kebayang betapa capeknya hati dan pikiran saya dan Khanti ketika harus mengurusi hal seperti ini😵😵😵.

Karena bulan Ramadhan, saya harus menahan diri. Kalau nggak, bisa ngamuk-ngamuk deh ke semua tukang-tukang😖. Subhanallah banyaknya hal yang membuat saya menarik napas dalam. Untung akhirnya OB saya bilang kalau beliau punya teman tukang listrik yang memang kerja di perusahaan listrik. Temennya datang, permasalahan AC selesai, semua colokan pun terpasang dengan rapi. Meja dan kursi pun demikian. Akhirnya tukang pasang meja datang lagi untuk terakhir kali dan membereskan semua meja, kursi, dan lemari. Kalau nggak beres sih saya nggak akan bayar. Alhamdulillah semua beres, jadilah kita bisa bekerja di lantai dua. 

Selama pindah ke kantor baru, yang paling lelah hayati mungkin adalah saya dan Khanti, berhubung Kakros sedang hamil tua. Pesan tukang ini itu, telepon sana-sini, datang ke kantor tiap hari, sekaligus belanja perabotan kantor baru selalu berdua dengan Khanti. Walaupun capek setengah mati, tapi seru banget. Kita berdua jadi selalu mikirin yang belum ada di kantor apa ya? Kalau kita beli ini 'gimana ya? Beli itu 'gimana ya? Mau ditaruh dimana ya? Pokoknya agar semua karyawan nyaman bekerja dan kantor jadi keren. Kita mungkin memang mendambakan sebuah kantor yang berkonsep smart-homy dengan budget yang sedikit, hihihi. Makanya di kantor sampai ada kompor, microwave, kulkas, seperti di rumah. Untung nggak beli mesin cuci sekalian😂.
Akhirnya nyaman😍
Puncak kelelahan dan kesenangan berada di acara Ifthar. Sejak tahun lalu sebelum ada kantor pun Rancupid memang selalu mengadakan acara buka puasa bersama agar mempererat persahabat diantara para karyawan. Awalnya mau mengadakan di salah satu resto di Mall supaya nggak capek urus ini itu. Tapi setelah berpikir kalau di Mall shalat susah, harus nge-tag tempat dari jam 5 sore, belum lagi harga makanannya mahal. Jadilah kami memutuskan untuk mengadakan acara buka puasa di kantor aja sekalian syukuran karena kantor udah enak untuk bekerja, udah nyaman, juga udah seperti yang kita mau. Saya juga ingin mengundang beberapa teman dekat untuk datang ke kantor sekaligus ikut mendoakan agar kantor baru penuh berkah. Khanti bilang, Mamanya bisa masakin untuk acara Ifthar sehingga kita nggak perlu repot-repot mikirin catering lagi.
Musholla kantor
Mulailah Khanti menyusun menu dan saya mengurusi undangan. Agak bingung juga mengundang orang karena kadang ada yang mau datang tapi nggak jadi, ada juga yang bilang nggak datang tapi datang😅. Yang bikin bertambah bingung adalah memastikan makanan cukup. Udah seperti acara nikahan aja deh. Saya mengundang 50 orang dan untuk menyiasati makanan kurang, kami memperbanyak makanan berbuka yang manis-manis (takjil), sehingga nanti makan malamnya bisa kebagian semua, hihihihi. Tidak lupa salah satu karyawan saya bernama Restu kami latih untuk menjadi MC yang seru pada hari H nanti.
Restu sedang gladi resik
Sebelum acara dimulai, seperti biasa kantor saya weekly meeting terlebih dahulu dan pukul 9.30 sampai 12.30 dipimpin oleh saya sendiri karena Khanti sedang mengurus konsumsi dan Kakros sakit demam (semoga cepat sembuh ya Kakros). Setelah Zuhur, Khanti datang membawa makanan, baru kami mengeluarkan sebagian meja kerja agar ruangan terasa lebih luas, lalu menggelar karpet. Kue-kue ditaruh ke piring, kolak dimasukkan ke mangkuk, dan es jagung dituangkan ke cangkir. Kami memutuskan hanya mempergunakan lantai satu untuk menyambut tamu yang hadir karena ACnya lebih dingin dan lantai dua dikhususkan untuk ruang shalat.
Tamu mulai berdatangan
Kemarin banyak banget teman-teman saya terkena macet pada sore itu sampai mereka telat datang berbuka puasa di kantor. Sebenarnya acara dimulai jam 5.30 sore tapi karena masih sedikit yang datang, kita undur sampai setelah Magrib. Setelah semuanya berbuka dan shalat Magrib, maka Restu selaku MC membuka acara. Dengan gayanya yang agak slengek'an dan sok asik, dia bisa menghidupkan acara sampai membuat semua tamu tertawa ngakak😂😂😂. Saya dan Khanti juga ikut memberikan kata sambutan yang intinya minta doa teman-teman untuk kebaikan Rancupid. Oh ya, Restu selaku MC juga melemparkan banyak pertanyaan aneh pada acara bagi-bagi hadiah dimana jawaban pertanyaannya kadang hanya dia yang tau😅. Sejauh ini, dia berhasil membuat acara nggak garing dan seru🎉🎉🎉. Acara kemudian ditutup dengan foto bareng dan makan malam bersama.
Restu sedang membawakan acara
Mulai grogi dia
Saya memberikan kata sambutan
Acara tebak-tebakan bagi-bagi hadiah
Masakan Mama Khanti enakkk 😍
Setelah makan, satu persatu tamu pamitan pulang. Para karyawan kemudian memasukkan kembali meja kerja dan merapikan ruangan. Karpet dilipat, piring dicuci, lalu dimasukkan ke mobil Khanti. Saya selalu menjadi seksi bungkus makanan untuk dibawa pulang agar tidak tersisa. Sayangnya plastik kurang, jagi agak susah untuk bungkus-bungkus. Saya mengusahakan agar seluruh karyawan kebagian makanan untuk sahur. Kasihan banyak anak kos. Jadi mereka tidak repot-repot lagi untuk masak.
Gaya bebas
Alhamdulillah semua berakhir sangat baik, kantor rapi, acara syukuran kelar, rasanya bisa bernapas dengan lega. Doa saya agar Allah tetap melimpahkan rizki kepada Rancupid, menjaga dari kemaksiatan, memberikan rahmat, memperluas ilmu, dan semoga seluruh karyawannya adalah orang baik, shaleh, dan shalihah. Aminn ya Rabb.

Mei 30, 2018

Perjalanan Panjang ke Selçuk, Turki

Selesai mengucap salam perpisahan kepada Ike, Bang Oka, dan Zaki, kami masuk ke Dubai International Airport. Karena sudah ada boarding pass, tinggal jalan ke imigrasi, lalu pengecekan barang bawaan kabin pesawat, baru bisa masuk ruang tunggu. Kayaknya prosesnya terlalu cepat. Maunya kami ke bandara agak mepet waktu boarding aja biar bisa lebih lama jalan-jalan di kota Dubai.

Selagi menunggu boarding, saya jalan-jalan sekitar pertokoan Duty Free di bandara. Kalian tau, barang-barang disini udah nggak ada pajak, diskonnya gede pulak😍. Jadilah saya belanja lagi. Duh, belom sampai ke Turki aja barang belanjaan udah banyak. Daripada tergoda lebih jauh, saya dan keluarga langsung masuk ke ruang tunggu dimana nggak ada lagi toko-toko untuk belanja. Oh ya, kalian nggak akan mendengar adanya panggilan boarding di bandara Dubai. Di boarding pass Emirates, sudah di tulis kalau Dubai is a quite airport, jadi harus inisiatif sendiri kalau udah waktunya mau boarding, jangan jauh-jauh dari gate. Pukul 13.30, kami pun boarding. Kali ini pesawatnya nggak segede yang dari Kuala Lumpur ke Dubai, tapi tetap mewah dan full entertainment.

Karena ngantuk, sepanjang jalan ke Istanbul saya tidur. Sempat terbangun karena turbulensi parah banget sampai para penumpang pesawat jadi teriak. Saya hanya bisa berdoa dalam hati, lalu tidur lagi. Ngantuk tak tertahankan karena semalem asyik mengobrol dengan Ike dan nggak tidur. Penerbangan dari Dubai ke Istanbul memakan waktu 4 jam 30 menit dan hampir sepanjang jalan saya tidur. Jadi nggak terasa di pesawat. Cuma bangun untuk makan, lalu tidur lagi. Alhamdulillah akhirnya mendarat dengan selamat di Istanbul pukul 18.00 waktu setempat.
Ataturk Airport
Kami turun dari pesawat, berjalan di koridor garbarata, masuk bandara dan menuju imigrasi. Antriannya lumayan panjang, tapi petugasnya banyak. Jadi nggak begitu lama mengantri. Karena kami sudah mengurus E-Visa, tinggal tunjukin aja hasil print out, lalu passpor langsung di stempel. Gampang banget deh. Pas di Dubai juga gitu. Kalau udah punya Visa langsung di stempel dan nggak akan dipersulit sama sekali.

Udara dingin mulai terasa ketika mengambil bagasi. Ntah dinginnya AC atau memang kota Istanbul yang dingin. Setelah semua bagasi komplit, dari Terminal International kami berjalan menuju Terminal Domestik karena harus cek in penerbangan ke Izmir menggunakan pesawat Atlas Global. Sebelumnya sempat beli SIM Card seharga 200 TRY atau sekitar 660 ribu rupiah dan ternyata nggak bisa dipakai😭. Padahal punya Willy bisa dipakai, eh punya saya nggak. SIM Cardnya rusak nih. Mau protes tapi jalan balik ke Terminal Internasional agak jauh. Setelah beli SIM Card, kami ke konter maskapai Atlas Global. Proses cek in berjalan lancar, lalu kami lanjut duduk di ruang tunggu. Waktu terasa cepat berlalu karena baru duduk sebentar sudah ada panggilan boarding. Kami pun boarding. Penerbangan dari Istanbul ke Izmir memakan waktu satu jam. Di pesawat juga dibagikan sandwich yang cukup untuk makan malam karena porsinya lumayan gede dan juga teh. Ntah kenapa teh Turki pahit banget sampai 4 gula sachet saya masukkan masih belum begitu manis😖.

Alhamdulillah tiba di Izmir pada pukul 22.30. Kami mengambil bagasi lalu keluar bandara dan mencari agen mini bus yang sudah kami booking secara online menuju Selçuk. Udara Izmir mulai dingin menusuk. Saya dan keluarga jadi harus memakai jaket thermal apalagi menunggu minibus diluar bandara. Tidak lama menunggu, pukul 23.30 minibus datang dan kami semua naik. Perjalanan dari bandara Izmir menuju Selçuk memakan waktu 1 jam dan saya tertidur sangat nyenyak. Saking nyenyaknya, saya bahkan merasa perjalanan hanya kami tempuh selama 1 menit saja. Pas bangun kita udah sampai di depan sebuah bangunan yang kata Willy udah deket ke hotel.

Kami kemudian turun, lalu Willy menyalakan Google Maps. Kadang Google Maps suka kacau arahnya dan kami malah nyasar. Udah nyebrang, jalan sedikit, tetap belum menemukan hotel yang dicari. Jadilah bertanya pada orang lokal dimana Nicea Hotel, eh ternyata cuma 50 meter dari tempat kami turun tadi. Jadi balik lagi deh. Kebayang tengah malam jalan-jalan sekeluarga di negeri orang. Kami cek in hotel dan mendapat kamar di lantai 1. Rasanya lelah banget tapi alhamdulillah sampai juga ke Turki. Saya cuci muka, sikat gigi, lalu tidur (lagi) dengan nyenyak😴.

Nanti akan saya tuliskan lanjutannya ya. Sampai jumpa!

Mei 28, 2018

Strolling Around Dubai

Sepulang dari Masjid Syekh Zayed, kami sekeluarga pulang dulu ke rumah Ike untuk sarapan. Pagi itu Ike menyiapkan ikan🐟 bakar yang enakkk banget. Saya sampai makan sangat banyak seperti sedang makan siang. Ntah apa nama ikannya, tapi yang pasti rasanya enak banget dan saya makan dengan sangat lahap. Selesai sarapan, kami mengobrol sejenak seraya menunggu toko souvenir yang murah di Abu Dhabi buka pada pukul 8.30. Kebiasaan saya kalau sudah mengunjungi suatu kota adalah beli souvenir magnet kulkas.

Kami keluar dari apartemen Ike jam 8 sambil membawa semua barang. Hari itu kita akan terbang menuju Turki siang hari nanti, jadi nggak balik lagi ke apartemen. Sebelum keluar dari kota Abu Dhabi, kami mengunjungi pertokoan souvenir yang semuanya pada tutup. Ternyata di United Arab Emirates (UAE) itu hari Jumat adalah hari libur, sedangkan minggu masuk kerja. Makanya toko pada telat buka karena terhitung hari libur. Ya udah deh, nggak bisa beli magnet kulkas juga nggak apa-apa. Daripada menunggu jam 9, takut nggak keburu ke bandara nantinya. Kami sempat berkeliling kota Abu Dhabi yang tidak begitu luas. Kata Ike, kota ini adalah hasil reklamasi laut dan sangat modern. Kalian bisa melihat gedung pencakar langit dengan arsitektur sangat mewah menyebar ke seluruh kota. Subhanallah!

Perjalanan dari Abu Dhabi ke Dubai seperti yang saya tuliskan di postingan sebelumnya memakan waktu 1.5 jam. Selama perjalanan saya tidur karena semalam nggak tidur sama sekali. Lumayan dapat 1.5 jam waktu tidur. Baiklah, ada 3 tempat yang saya kunjungi selama di Dubai. Berikut saya ceritakan satu demi satu.

1. Burj Al-Arab
Mungkin kalian pernah mendengar tentang hotel paling mewah di dunia yang berada di Dubai? Bahkan pemandangan daerah Burj Al-Arab ini adalah mobil-mobil super mewah seperti mobil sport dan limousine. Jujur aja baru kali ini saya melihat mobil limousine yang panjangnya minta ampun. Jadi berpikir, kalau mau belok kan susah ya karena mobilnya panjang😅. Kalau kalian pernah melihat Instagram Story saya, maka nggak bakalan menemukan mobil jelek di Dubai.
Burj Al-Arab
Pose dulu
Bangunan hotel Burj al-Arab, didesain oleh Tom Wright, dimana pemerintah UAE meminta agar desain hotel ini kedepannya mampu menjadi icon kota Dubai seperti gedung Vasco da Gama di Portugal, Opera House di Sydney, dan tempat lainnya. Hotel ini dibangun di pinggir pantai Jumaerah dari hasil reklamasi laut dan mencapai ketinggian 321 meter (satu-satunya bangunan tertinggi yang sepenuhnya digunakan sebagai hotel). Oh ya, Burj Al-Arab ini sering disebut sebagai hotel bintang tujuh, satu-satunya di dunia. Hal ini dianggap agak berlebihan oleh orang-orang di bidang pariwisata karena hampir seluruh sistem peringkat hotel di dunia memiliki batas sampai bintang lima saja.
Mobil sport mewah
Limousine
Saya tidak masuk ke Burj Al-Arab dan hanya main di pantai sekitar hotel saja. Kalau mau masuk, nanti malah waktu ke bandara jadi nggak cukup. Doakan saja suatu hari saya bisa masuk dan menginap di hotel ini, khusus di kamar bawah lautnya. Ah, pasti bagus banget😻. Mobil kami diparkir di pinggir jalan dan ketika turun dari mobil, hal yang pertama saya rasakan adalah panassssss banget cuacanya. Untung bawa kaca mata hitam. Kata Ike, kalau musim panas UAE meliburkan anak sekolah dan para pekerja lapangan tidak boleh bekerja di siang hari karena suhu udara mencapai 50 derajat celcius😱😱😱. Ini aja saya merasa panas banget, apalagi sewaktu musim panas😵😵😵.
Bunga-bunga indah
Walaupun panas, banyak bunga tumbuh di sekitar Burj Al-Arab yang membuat pemandangan jadi indah dan adem. Bunga yang ditanam sejenis Pansy yang pendek dan berwarna-warni. Kami hanya berfoto sebentar disini, lalu langsung masuk ke mobil lagi dan mendinginkan tubuh.
Bunga-bunga di padang pasir
Menara pencakar langit
2. Burj Khalifa
Kalau mau ke melihat Burj Khalifa dari dekat, maka Dubai Mall adalah tempat paling pas. Mall super mewah yang satu ini berada mengitari Burj Khalifa. Ketika berjalan di lorong Mall, saya sangat excited karena ingin melihat langsung menara tertinggi di dunia dengan mata sendiri. Biasanya cuma lihat di tv dan sekarang saya semakin dekat. Saya membuka pintu mall dan takjub melihat menara super duper tinggi berdiri dengan megah di tengah kolam air mancur yang super luas. Masya Allah😍😍😍~~
Burj Khalifa diambil menggunakan mode Panoramic Potrait di Iphone
Mungkin Burj Khalifa adalah hal yang paling ingin saya lihat ketika di Dubai. Gedung pencakar langit dengan ketinggian 828 meter ini diresmikan pembukaannya pada 4 Januari 2010 dan memecahkan rekor bangunan tertinggi di dunia yang pernah dibuat oleh manusia. Rekor lainnya adalah menara ini mempunyai lift (elevator) tercepat dengan kecepatan 60 km/jam dan juga bangunan dengan lantai terbanyak yaitu 160 (sebelumnya Menara Willis dan World Trade Center - 110 lantai).

Kalian tau, tinggi Burj Khalifa berdampak pada pancaran cahaya matahari yang mereka lihat ketika menentukan waktu sahur dan berbuka puasa. Karena perbedaan ini pula, akhirnya para ulama terkemuka yang ada di Dubai akhirnya memutuskan perbedaan waktu berpuasa di tiga waktu berbeda, sehingga para penghuni dapat menjalankan puasa sesuai dengan syariat yang ada. Waktu berbuka untuk lantai 80 hingga lantai 150, akan lebih lama dua menit dari pada lantai dasar. Sedangkan lantai 151 hingga 160 akan menambah waktu puasa 3 menit dibanding lantai dasar, sebelum akhirnya dapat berbuka puasa. Namun waktu sebaliknya terjadi untuk sahur, karena lantai paling atas melihat matahari pertama kalinya. Sehingga waktu imsak di puncak Burj Khalifa akan lebih cepat 3 menit dari lantai bawah, mengikuti patokan waktu sebelumnya. Tentunya, peraturan ini menjadi satu-satunya di dunia. Kalau suatu hari kalian menginap disini dan sedang di bulan Ramadhan, mendingan turun aja ke lantai dasar biar waktu berbuka puasa lebih cepat😆, hihihihi.

3. Dubai Mall
Setelah mengagumi Burj Khalifa, saatnya belanja sejenak di Mall. Saya masuk ke toko souvenir untuk beli magnet kulkas (seperti biasa) dan beberapa oleh-oleh. UAE nggak tanggung-tanggung dalam membuat souvenir karena semua keren banget, sama kerennya ketika saya ke New Zealand. Kalau kalian suka belanja, paling enak menghabiskan duit ya di negara-negara Arab karena tidak ada pajak. Bisa kalap belanja ini itu disini. Beli gadget murah, makeup murah, barang bermerk murah, bahkan beli mobil juga murah😅.
Belanja-belanji
Seperti biasa, saya sempatkan mampir ke Starbucks Dubai. Kata Ike, semua makanan di Dubai adalah kualitas nomor 1. Pantesan rasa Green Tea Latte yang saya beli kok enaaak banget😍. UAE memang tidak tanggung-tanggung untuk masalah makanan dan minuman. Disini kalian bisa menemukan keju kualitas terbaik seperti di Eropa, susu, buah-buahan, dan sebagainya. Asupan makanan terbaik membuat warga negara jadi super pinter karena akan menutrisi otak juga.
Susu unta berbagai rasa
Selesai jalan-jalan di Dubai, waktunya ke bandara. Agak kurang puas di UAE yang hanya beberapa jam saja. Mungkin suatu hari ini kalau saya kaya banget, saya mau main lagi ke Dubai. Karena kalau punya duit pas-pasan seperti saya, enaknya belanja doang, itu pun nggak bisa lama-lama karena takut kehabisan duit😅. Saya dan keluarga mengucap salam perpisahan ke Ike, Bang Oka, dan Zaki. Semoga suatu hari kita bisa ketemu lagi ya.

Baiklah, selanjutnya mari kita terbang ke Turki...

Mei 26, 2018

The Beauty of Sheikh Zayed Mosque

Setiap melihat postingan foto Instagram mesjid sangat indah di Abu Dhabi. ibukota United Arab Emirates (UAE) yang termasuk dalam 10 mesjid paling cantik di dunia, saya jadi ingin sekali mengunjunginya. Setelah mengunjungi Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Arab Saudi, saya berdoa agar bisa mengunjungi mesjid-mesjid indah lainnya dan berusaha semaksimal mungkin untuk kesana. Allah Subhanahu wata'ala menjawab doa-doa saya. Tanpa ada rencana sama sekali malah bisa singgah ke UAE dan mengunjungi Sheikh Zayed Mosque.

Seperti yang saya ceritakan di postingan sebelumnya kalau saya menginap di rumah saudara di Abu Dhabi. Sekitar pukul 3.45 pagi, saya mandi dan bersiap untuk shalat Shubuh di Mesjid Sheikh Zayed. Keluarga saya juga mandi dan bersiap-siap ke mesjid agar bisa mengejar shalat berjamaah. Jam 4.30 pagi, kami turun ke parkiran dan naik mobil menuju mesjid. Bang Oka (abang sepupu saya) bilang kalau Masjid ini sangat luas sehingga parkiran mesjid pun memiliki banyak pintu. Udah mengikuti Google Maps, malah nyasar ke pintu yang tidak dibuka pada saat Shubuh. Akhirnya bertanya pada satpam Mesjid, baru ditunjukkan arah yang benar ke parkiran. Adzan Shubuh sudah berkumandang dan kami masih berputar-putar di jalan. Kata Bang Oka sih, jarak adzan Shubuh ke shalat sekitar 20 menit dan saya jadi was-was, takut tidak bisa mengejar shalat berjamaah.
Masjid tampak depan
Mobil diparkir dan saya kagum sekagum-kagumnya melihat keindahan mesjid yang dijuluki Mutiara Padang Pasir (Pearl of the Desert). Tapi tidak ada waktu untuk mengagumi masjid karena imam sudah bertakbir menandakan shalat sudah dimulai. Yang ribetnya, kami harus melewati pintu yang ada metal detector dan screening barang bawaan. Saya agak keheranan karena masuk mesjid aja harus diperiksa, tapi hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya ancaman yang tidak diinginkan. Duh, semakin memakan waktu di pemeriksaan ini itu, sedangkan imam sudah hampir ruku' (menyelesaikan satu rakaat)😨.

Masalah lainnya adalah, mesjidnya terlalu luaaaassss. Saya berlarian bersama Ike, Mama, dan tante untuk menuju ruang shalat wanita. Kami melepas alas kaki dan menaruh di rak, lalu jarak ke tempat shalat masih jauh. Imam sudah hampir menyelesaikan rakaat kedua. Kata Ike, kami nggak boleh shalat di lorong-lorong mesjid karena pasti diusir. Saya melirik ke kiri dan kanan untuk memastikan petugas nggak ada di lorong, ehhh ntah darimana petugas muncul dan menyuruh kami shalat di ruangan. Sampai ruang shalat udah ngos-ngosan dan imam hampir selesai shalat. Untung masih keburu di saat-saat terakhir. Ya sudahlah, daripada tidak sama sekali.
Interior di dalam mesjid
Indah sekali😍
Selesai shalat Shubuh, saya shalat Tahiyatul Masjid lagi. Setelah itu karena tempat shalat wanita sepi, saya langsung berbaring telentang diatas karpet yang super tebal dan empuk untuk menikmati keindahan setiap sudut mesjid. Masyaa Allah indahnya😍😍😍. Atapnya, dindingnya, lampunya, karpetnya, semua indah. Negara-negara Arab memang tidak tanggung-tanggung memperindah mesjid karena mereka memang kaya dan juga supaya para jamaah yang ingin shalat menjadi nyaman.
Dikala Shubuh
Selfi bersama Ike
Selesai mengagumi interior di dalam mesjid, saya keluar dan berfoto di setiap sudut ruangan sampai lampu mesjid dimatikan, pertanda fajar sudah terbit. Padahal lampu-lampu sangat cantik, jadi menyesal nggak terlalu banyak mengambil foto. Oh iya, karena hari itu adalah Jumat, maka mesjid harus dikosongkan untuk persiapan shalat Jumat. Para petugas mesjid sudah mengusir kami tapi kita masih pengen berfoto. Mereka sampai memberikan alasan kalau sebentar lagi Syuruq (batas waktu Shubuh) dan mereka belum shalat. Mereka harus memastikan kalau kami para jamaah sudah keluar dari mesjid, baru deh mereka bisa shalat. Kasihan juga sih, tapi gimana ya kita belum puas berfoto😌.
Foto keluarga
Kami disuruh berfoto diluar mesjid saja dan petugas niat banget mengikuti kemana kami pergi agar tidak masuk lagi ke mesjid😝. Walaupun demikian, seluruh sudut mesjid tetap fotogenik. Dimana pun kalian mengambil foto tetap indah. Sedikit sejarah, pembangunan masjid Agung Sheikh Zayed merupakan gagasan dari pendiri Negara UEA, Sheikh Zayed Al Nahyan sebagai bagian dari mimpi dia memimpin rakyat UEA dari sebuah Negara berkembang, tradisional menjadi sebuah Negara maju modern.
Kolam di depan mesjid
Setelah sheikh Zayed wafat pada tahun 2004, proses pembangunan masjid dilanjutkan oleh putranya. Penyelesaian proyek pembangunan masjid ini dibawah perintah langsung dari Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan, presiden Uni Emirat Arab, dibawah pengawasan saudaranya Jendral Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, yang merupakan putra mahkota Abu Dhabi sekaligus sebagai wakil Panglima Angkatan bersenjata UEA. Dan dibawah supervisi dari Sheikh Mansoor bin Zayed Al Nahyan, Wakil perdana menteri dan menteri urusan kepresidenan.
Foto terusss
Masjid Sheikh Zayed di inspirasi oleh pengaruh arsitektural Mughal (India, Pakistan, Bangladesh) dan Mooris (Maroko). Dibangun dengan 82 kubah bergaya Maroko dan semuanya dihias dengan batu pualam putih. Lengkap dengan pelataran tengahnya sebagaimana di masjid Badshahi di kota Lahore Pakistan yang bergaya Mughal. Kubah utama masjid ini berdiameter 32.8 meter dan setinggi 55 meter dari dalam atau sekitar 85 meter dari luar. Merujuk kepada Turkey Research Centre for Islamic History and Culture, kubah ini merupakan kubah terbesar yang pernah dibuat dalam jenis yang sama. Secara keseluruhan arsitektural masjid Agung Sheikh Zayed dapat disebut sebagai gabungan dari arsitektural Mughal, Moorish, dan Arab.

Selanjutnya kita akan menuju Dubai. Stay tuned!

Mei 24, 2018

Bibir Lecet

Saya jeda dulu postingan tentang UEA dengan laporan perkembangan kontrol gigi saya. Tetap tidak ada perubahan berarti di gigi. Kata dokter, mungkin karena saya suka mengunyah di sebelah kanan, jadi celah di gigi kanan susah menutup. Mungkin geraknya hanya beberapa milimeter saja selama sebulan dan itu sama sekali tidak berarti.

Akhirnya dokter memasang "power chain" lagi di celah gigi agar menutup. Saya kurang mengerti bagaimana teknisnya, tapi yang pasti power chain dipasang untuk meluruskan dan merapatkan gigi (seperti shaf shalat aja rapat dan lurus). Untuk gigi bawah, dokter memasang kawat zig-zag lagi sekedar untuk merapikan dan membentuk lengkung pada rahang gigi.

Kata dokter, masalah gigi bawah sih tinggal geraham doang. Sisanya udah bagus. Kalau saja celah gigi atas cepat menutup, berarti Perfect Smile 2018 udah memperlihatkan titik terang😆.Oh iya, karena sebentar lagi libur lebaran dan saya tidak berada di Jakarta selama hampir sebulan, jadilah menggeser jadwal kontrol gigi hingga lebih dari sebulan.

Biasanya, dokter pasti menyuruh saya merasa-rasa apa ada kawat yang menusuk rongga mulut atau enggak. Kalau masih di OMDC, kawat yang 'nusuk nggak terasa. Nah, sepulang dari klinik, berdiskusi kerjaan di kantor termasuk mengunyah makanan, baru deh terasa perih karena ada kawat yang menusuk kulit rongga mulut. Rasa sakit berlanjut keesokan harinya sampai saya beli salep untuk mengurangi luka mulut. Teman saya bilang, daerah yang tajam ditutupi dengan permen karet agar gampang mengunyah makanan. Awalnya saya nggak mau pakai permen karet karena harus ke mini market dulu. Tapi karena malam harinya semakin sakit dan nggak bisa makan, jadilah saya beli permen karet untuk ditempelkan ke kawat yang agak tajam. Baru deh bisa makan dengan tidak merintih kesakitan.
Pake karet transparan
Untuk salep penutup luka di rongga mulut, saya paka Kenalog Orabase di malam hari. Kalau siang hari dan berpuasa rasanya nggak enak banget ada salep di rongga mulut, takut termakan. Nggak mungkin juga taruh permen karet di kawat gigi karena bisa kemakan juga. Saran saya kalau buka puasa, minum air manis dulu, baru menaruh permen karet di bagian kawat yang tajam supaya ketika mengunyah makanan untuk berbuka dapat lebih nyaman.

Baiklah, sekian laporan dari saya. Sampai jumpa!

Kontrol Saphire Braces Rp. 265,0000

Mei 22, 2018

Dear United Arab Emirates, I'm Coming!

Setelah selesai postingan tentang India, saya akhirnya bisa juga menuliskan tentang negara lainnya yaitu United Arab Emirates (UAE). Sebenarnya perjalanan ke UAE tidak direncanakan karena memang pada awalnya saya ingin jalan-jalan ke Turki saja. Beli tiket pesawat Emirates ke Turki 2 minggu setelah pulang dari India dan baru sadar kalau ternyata waktu transitnya lumayan lama di Dubai. Sempat baca-baca blog orang lain ngapain aja di bandara Dubai tapi ternyata yang namanya bandara mana enak berlama-lama.

Akhirnya saya menghubungi beberapa kerabat yang pernah tinggal di Dubai seperti Ike, teman saya ketika sekolah dulu yang menikah dengan Bang Oka abang sepupu saya, dan juga Kak Selfi teman semasa di Bandung dulu. Ternyata Kak Selfi sudah pindah ke Kuwait dan alhamdulillah Ike bisa dihubungi. Ike bahkan antusias banget karena bakalan ada teman/saudara yang mau mengunjunginya. Apartemen Ike ternyata di Abu Dhabi dan perjalanan dari bandara Dubai ke Abu Dhabi sekitar 1,5 jam saja. Ike bilang Insya Allah dia dan keluarga bakalan dijemput di bandara.

Setelah dapat konfirmasi dari Ike, barulah saya mengajukan Visa dari website Emirates yang pernah saya tuliskan di postingan Dear UAE and Turkey, I'm Coming! yang lumayan bikin deg-degan karena mepet banget. Setelah Visa UAE dan Turki selesai, dimulailah persiapan berangkat. Saya bawa 2 koper, satu yang ukuran medium, satu ukuran kabin tapi bisa diperbesar (expandable). Tidak lupa bawa ransel laptop dan satu tas kecil untuk jalan-jalan. Berarti total saya bawa tas adalah 4😋, hahaha. Sebenarnya isi koper kabin hanyalah sepatu dan makanan seperti sambal dan popmie. Kayaknya kalau nggak bawa popmie tuh bukan travelling namanya. Karena di Turki masih dingin dan Dubai panas banget, jadilah saya bawa jaket thermal yang biasa (untuk suhu 5-10 derajat) dan baju yang enak dipakai. Sebenarnya di Turki juga sedang musim semi jadi nggak bawa jaket thermal untuk suhu dibawah 0. Nanti malah keringetan kalau pakai jaket seperti itu. Saya bawa beberapa sweater, rok (pengen pakai rok karena pas dengan musim semi), dan dress juga. Udah berencana beli jaket warna merah di Turki yang katanya keren-keren.

Sudah selesai semua persiapan termasuk obat-obatan yang masih lengkap karena setelah dari India saya sempat ke dokter paru. Saya juga sengaja istirahat sehari sebelum berangkat untuk memantapkan stamina. Pada hari H, saya naik DAMRI ke terminal 3 Bandara Soekarno Hatta untuk naik maskapai Malaysia Airlines. Sempat makan dulu di bandara supaya nggak lapar. Oh ya, karena banyak yang umroh, antrian imigrasi sangat panjang. Saya sebenarnya agak malas juga melewati imigrasi di Indonesia dan Malaysia karena kebanyakan pasti ditanyain, "Kapan pulang? Udah punya tiket pulang belom?" Beberapa orang dibelakang saya langsung berpindah ke autogate (scan passpor dan sidik jari tanpa perlu stempel passpor) dan saya ikut juga. Enaknya pakai autogate, udah nggak antri, prosesnya juga 30 detik, tanpa harus ditanya-tanya sama petugas imigrasi.

Akhirnya saya pun boarding ke Malaysia Airlines. Ntah kenapa, pesawat yang saya dapat hari itu kurang bagus. Saya berharap bakalan dapat pesawat enak karena naik maskapai milik negara, eh malah dapat yang begitu. Mana ke Kuala Lumpur turbulensinya parah banget lagi. Alhamdulillah mendarat dengan selamat di KLIA1. Saya lalu menelepon adik saya via Whatsapp untuk mengetahui keberadaan dia dimana di bandara. Saya juga menelepon Willy supaya bisa check in bareng. Setelah semua tim komplit, saya check in sebentar di konter Emirates dan mengatur tempat duduk agar bisa berdekatan karena kami berbeda kode booking biasanya pasti duduknya berpencar.

Urusan check in beres, Ike menelepon saya dari Dubai. Kami mengobrol, menceritakan jam berapa landing di Dubai, persiapan kesana, nanti nginap dimana, pokoknya seru banget sampai-sampai saya baru sadar tidak mengaktifkan roaming internasional. Saya juga baru sadar kalau Ike menelepon langsung dari nomor lokal Dubai ke nomor Indonesia saya dan saya sedang berada di Malaysia. Pulsa saya hilang 500rb😱. Tidak! Padahal udah diisi pulsa untuk beli paket data di Turki tapi hilang begitu saja. Ya sudahlah ya, sekali-kali mengobrol.

Baru selesai proses imigrasi dan screening barang kabin, pengumuman boarding pesawat Emirates langsung terdengar. Mungkin karena pesawatnya super besar, jadi boarding bakalan memakan waktu lama, makanya sejam sebelum jam keberangkatan sudah boarding. Jadi sedikit berlari menuju gate Emirates dan nggak sempat ke toilet dulu. Kesan pertama ketika saya naik Emirates adalah : betapa mewahnya pesawat ini😍. Jendelanya mewah, kursinya seperti sofa dan tempat kaki lapang banget, entertainment on flight komplit banget. Garuda Indonesia kalah jauh deh. Padahal saya beli tiket ekonomi. Gimana kalau yang bisnis atau first class yang penuh terisi di pesawat itu. Orang-orang kaya banyak banget sampai berebutan naik bisnis dan first class. Keren ya😲. Semoga suatu hari bisa begitu juga, aminnn! Take off pesawat juga nggak terasa sama sekali. Tanpa sadar, pesawat sudah melayang ke udara.

Selama di pesawat, saya tidur. Mungkin karena penerbangan malam dan untuk menghindari jetlag, saya lebih suka tidur. Rencananya sampai Abu Dhabi nanti dan menginap di rumah Ike, saya mau ngobrol aja semaleman. Makanya tidur dari sekarang. Penerbangan ke Dubai dari Kuala Lumpur sekitar 7 jam. Pada jam-jam tertentu kami disuguhi banyak makanan sampai saya kekenyangan. Tanpa terasa, pukul 22.30 waktu Dubai, tibalah kami di Dubai International Airport. Proses landing pesawat juga super mulus tanpa terasa. Sepertinya Emirates adalah maskapai terbaik yang pernah saya naiki. Walaupun saya belum pernah naik pesawat lain seperti Etihad, Singapore Airlines, dan lainnya untuk jarak sangat jauh. Insya Allah suatu hari nanti. Oke, selamat datang di Dubai!
Dubai

Kami mengantri turun dari pesawat yang super besar untuk naik ke bus menuju bandara. Di depan pesawat sudah bersiap beberapa bus berbentuk seperti kapsul yang super keren sedang menunggu para penumpang.  Kami naik ke bus dan langsung dibawa ke ruang tunggu untuk transit atau ke imigrasi. Negara kaya pasti direpresentasikan dengan bandara yang super mewah. Pilar-pilar besar, lampu mewah, atap tinggi dan megah, semua terlihat begitu menakjubkan bahkan baru berada di bandara saja. Saya berjalan menuju imigrasi sambil mengagumi kemewahan bandara dan tanpa terasa sudah harus mengantri imigrasi. Antriannya panjang, tapi cepat banget kok prosesnya. Apalagi kalau kita sudah punya Visa yang disponsori maskapai tertentu, lebih gampang lagi masuk ke Dubai tanpa ditanya apa pun. Bang Oka sempat menelepon untuk mengabarkan kalau dia sudah berada di Bandara. Ketika keluar imigrasi, saya bilang ke Bang Oka kalau kami menunggu di sebuah Cafe depan Metro agar dia mudah menemukan kami. Alhamdulillah tanpa menunggu lama, Bang Oka langsung samperin kita. Kami kemudian dibawa ke parkiran mobil.
Pilar-pilar indah
Atap megah
Karena cuma bawa ransel yang berisi baju ganti, sikat gigi, dan handuk kecil, jadi bagasi mobil cukup untuk menampung tas-tas kecil milik kita. Koper besar sudah berada di pesawat connecting flight ke Turki, jadi nggak usah bawa koper besar. Mulailah kami menyusuri jalanan Dubai yang super duper mulus. Kami akan menuju Abu Dhabi dan jalannya lurussss saja tanpa belok sama sekali. Jalanan sepi seperti tol, sehingga Bang Oka bisa menyetir sampai 120 km - 150 km per jam. Di jalan saya melihat lampu-lampu Burj Khalifa berkerlap-kelip. Ah, akhirnya saya sudah benar-benar sampai di Dubai. Nggak nyangka banget bisa dapat rejeki dari Allah mengunjungi negara super kaya ini. Tidak berhenti mengucap Alhamdulillah.
Burj Khalifa difoto dari dalam mobil yang melaju 150km/jam
Perjalanan ke Abu Dhabi dari bandara Dubai memakan waktu sekitar 1.5 jam seperti yang pernah saya sebutkan diatas. Saya sempat tertidur sejenak di mobil tapi kasihan juga Bang Oka nggak ada yang ajak ngobrol nanti malah ngantuk. Untung tante saya masih ajakin ngobrol. Setelah saya bangun dari tidur pun saya ngajak ngobrol sekalian bertanya banyak hal tentang UAE termasuk kenapa tidak menelepon saya paka Whatsapp call. Ternyata Voice Call dan Video Call via Whatsapp baru sajadi block di UAE dan warga lokal saja sampai protes karena tidak setuju. Makanya saya cuma bisa menghubungi Ike pakai chat di Whatsapp saja. 

Akhirnya sampailah kami ke apartemen Bang Oka. Hal yang pertama kali saya takjub adalah parkiran mobil apartemennya semuanya mobil mahal. Saya sempat norak berfoto dengan Lamborghini kuning yang banyak terlihat di parkiran. Katanya mobil mewah disini murah. Kalau di Indonesia seharga 4 M, di UAE cuma 1 M. Teteeep aja mahal😰! Saya dan keluarga masuk ke apartemen Bang Oka, disambut Ike yang sudah menunggu. Duh, senang banget rasanya bertemu Ike karena udah lama nggak ketemu. Apartemennya juga sangat cantik dengan ornamen artistik, dekorasi sederhana, dan perabotan yang efisien, sehingga membuat suasanya homy dan nyaman banget.
Berfoto dengan Lamborghini
Kami disuguhi teh Turki (kebetulan Ike juga baru pulang dari Turki), sambil mengobrol. Ike bilang, kami ke Dubai dalam waktu yang pas karena Bang Oka sedang masa libur (perusahaan minyak ada masa libur dan masa masuk kerja sampai 24 jam). Hanya saja kami kurang lama berada di UAE. Seandainya lebih lama, mungkin kita bisa main ke banyak tempat.
Apartemen Ike yang cantik
Mama dan tante saya tidur di kamar Zaki, anaknya Ike. Sedangkan Amad dan Willy di ruang tengah. Saya tidak tidur dan mengobrol lama bersama Ike dari malam sampai sejam sebelum adzan shalat Shubuh. Terlalu lama sudah tidak bertemu, terlalu banyak cerita yang bisa diobrolin bersama-sama membuat waktu jadi singkat. Sampai akhirnya waktu Shubuh pun menjelang...

Di postingan selanjutnya saya akan menuliskan tentang salah satu mesjid terindah di dunia di Abu Dhabi. Sampai jumpa!

Mei 18, 2018

Kesimpulan Perjalanan ke India

Sudah lebih dari 2 bulan saya pulang dari India, tapi baru kali ini bisa menuliskan kesimpulannya. Deretan antrian tulisan semakin panjang saja. Sepertinya saya tidak akan melakukan perjalanan dulu sebelum semua tulisan tentang Dubai, Turki, Bali, dan Lombok selesai. Terlalu banyak tulisan yang menumpuk menjadi beban pikiran tersendiri bagi saya karena saya harus selalu menuliskannya dalam blog untuk referensi pribadi juga. Saya takut kalau tidak dituliskan, nanti malah lupa. Otak manusia kan agak terbatas.
Sunrise upon Taj Mahal
Ada beberapa hal yang akan saya tarik kesimpulan selama perjalanan di India. Semoga bisa menjadi acuan untuk kalian yang ingin berkunjung ke negara ini. Semua hal disini adalah murni pengalaman pribadi.

1. Makanan
Sebenarnya saya lumayan suka kari, tapi tidak untuk setiap hari bahkan tiga kali sehari. Hari pertama tiba di Khasmir, kami menyantap kari dengan lahap. Berbeda dengan hari kedua, ketiga dan seterusnya. Kari adalah jenis makanan yang sangat berbumbu dan berlemak. Kadang-kadang untuk sarapan pagi pun disediakan kari dan saya agak merasa bersalah memakannya karena biasanya saya suka makan makanan sehat seperti sayur bening, ikan bakar atau goreng, dan tidak terlalu berbumbu. Alhamdulillah saya tidak pernah diare di India karena memang diare adalah penyakit yang paling jarang datang ke tubuh saya.

Kalau kalian pakai lokal tur di Khasmir, mungkin bisa meminta dimasakin makanan yang plain seperti telur mata sapi. Bahkan mereka menggoreng telur saja dengan minyak yang sangat banyak. Kurang baik untuk kesehatan tapi paling nggak bukan kari, hihihi.

Satu lagi makanan yang paling sering ditemui di India adalah 'Masala', sejenis bumbu khas untuk membuat kari. Menu makanan utama pasti dimasak menggunakan Masala, makanan ringan juga ada rasa Masala, bahkan ada teh Masala. Saya merasa dihantui Masala di India saking bisa ditemukan dimana-mana. Jujur aja saya nggak suka rasa Masala, ya karena terlalu terasa campuran bumbunya.

2.  Keadaan Cuaca
Saya merasakan 2 musim ketika berada di India, yaitu musim salju dan panas. Selama di Khasmir, saya merasakan salju turun dengan deras dan hampir seluruh daerah berwarna putih karena tertutup salju. Udara di Khasmir juga masih sangat bersih karena kami sering ke gunung dan kota Srinagarnya juga nggak begitu banyak kendaraan bermotor.

Hal ini berbanding terbalik ketika berada di Delhi dimana cuaca super panas dan polusi udara dimana-mana. Mungkin hal ini yang membuat saya jadi sakit karena berada di dua keadaan cuaca yang lumayan ekstrim. Sebaiknya kalian menyetok banyak vitamin kalau mau ke India untuk merasakan dua musim kalau nggak mau kondisi tubuh jadi drop seperti saya. Sebenarnya kondisi tubuh saya memang kurang fit dari hari pertama ke India, tapi udara di Khasmir yang bersih lumayan menambah energi. Sampai ketika ke Delhi, baru deh tubuh saya drop lagi.

3. Kena scam
Kayaknya belum ke India kalau nggak kena scam. Saya kena scam kurang lebih 3 kali. Pertama ketika bertanya dimana Palika Market. Kedua, ketika perjalanan dari Delhi ke Agra, dan ketiga ketika harus naik kopaja ke Jaipur. Yang paling nggak enak adalah ketika naik kopaja ke Jaipur yang kotor, panas, belum lagi pemandangan diluar yang tidak sedap dipandang mata.

Saran saya lebih baik bertanya pada orang lokal yang biasa, bukan supir tuk-tuk, bukan petugas hotel, dan bukan orang yang tiba-tiba menawarkan diri untuk menunjukkan jalan. Sewaktu di Palika Market, kami bertanya pada orang yang sedang menyebrang jalan dimana tempat menjual saree. Orang tersebut langsung menunjukkan jalan ke bawah tanah tanpa basa-basi. Sewaktu di Jaipur, kami bertanya arah hotel kepada orang yang sedang nongkrong di warung dan dia dengan senang hati memberi tahu supir tuk-tuk yang dari tadi sudah nyasar kemana-mana.

4. Belanja
Kalian bisa mendadak merasa kaya raya kalau belanja di India. Hampir semua barang murah, bahkan yang murah itu kata orang lokal pun kami ditipu. Udah kena tipu masih murah😅. Sayangnya saya ke India kemarin nggak begitu banyak menukar uang sehingga nggak begitu banyak belanja. Padahal saree disana cantik dan murah-murah. Harga 200rban udah dapat yang berpayet sepanjang 7 meter. Kebayang betapa murahnya😍. India memang surganya tekstil, jadi jangan sampai nggak belanja kain selama disini.

5. Polusi
Ini hal yang paling mengerikan selama di India. Kalian akan merasakan polusi udara dan suara. Hari terakhir di Jaipur, karena terlalu banyak kendaraan bermotor, cuaca panas, debu naik semua dan asap kendaraan bermotor bisa membuat suasana jadi agak berkabut. Saya langsung sesak napas dan nggak tahan sama sekali.

Belum lagi suara klakson dimana-mana yang nggak santai. Kalau kalian merasa di Jakarta suara klakson udah terlalu berisik, datanglah ke India dan rasakan kebisingannya. Kalau di Jakarta cuma 'tin.. tin...', nah di Jaipur itu "tinnnnnnn, tinnnnnnn!!!" (pakai tanda seru). Sampai sakit kepala saya mendengarnya.

Pernah saya baca salah satu postingan di Backpacker Dunia kalau semua alat indera kita bisa down selama di India. Saya setuju dengan pernyataan ini karena saya juga mengalaminya. Coba saya jabarkan satu-persatu:
  • Mata : Hati-hati dengan mata kalian karena bakalan melihat toilet dimana-mana. Di India, kalian akan melihat toilet umum tanpa air. Setelah pipis ya udah ditinggalin aja😱. Sewaktu saya di dalam kopaja ke Jaipur, pemandangan lebih seram lagi dari dalam bus dan saya nggak mau menuliskannya di dalam blog. Pokoknya menjijikkan😰.
  • Telinga : Suara bising klakson sudah sangat membuat telinga sakit dan berefek sampai pusing kepala. Saya menyesal nggak bawa earphone untuk mendengarkan musik ketika jalan-jalan karena suara klakson bersahut-sahutan itu sangat memusingkan😵.
  • Lidah : Duh, Masala dimana-mana membuat saya jadi nggak nafsu makan. Bahkan hotel berbintang pun menyediakan Masala. Omelet Masala, Snack Masala, Teh Masala, dan lidah saya sampai mati rasa. Sampai di Kuala Lumpur, saya memesan teh tarik jadi serasa minuman terenak di dunia.
  • Kulit : Setiap hari saya minum obat alergi dan hand sanitazer saya pakai hampir setiap setengah jam sekali. Kalian tidak bisa menghindari memegang tiang bus/kereta lalu setelahnya memegang makanan. Sewaktu di kopaja ke Jaipur, tangan saya sampai hitam dan ketika cuci tangan, busanya juga hitam karena berpegangan pada kursi kopaja. Mengerikan banget kotornya😱.
  • Hidung : Polusi udara adalah hal yang paling signifikan di India. Sebaiknya kalian memakai masker selama melakukan perjalanan ke negara ini kalau tidak mau berakhir ke dokter paru seperti saya. Saya sudah menyiasati kerudung supaya bisa menjadi cadar tapi kurang tebal. Harus bawa masker untuk ke padang pasir kayaknya baru bisa.
6. Nyawa murah
Hampir semua sopir kendaraan bermotor menyetir dengan ugal-ugalan. Bahkan di tol, mereka bisa mendadak mutar balik arah.  Belum lagi mereka suka mengemudi dengan kencang, tidak peduli ada polisi tidur di depan ya disambar aja dan mobil mendadak terbang dan mendadak mendarat juga. Saya sebagai penumpang sampai mental di dalam mobil, kejeduk kaca sampai benjol, dan punggung kebanting ke jok mobil. Alhamdulillah masih hidup😱.

Saran saya banyak-banyak berzikir selama naik mobil disana karena (mungkin) malaikat maut nongkrong dimana-mana.

7. Budget
Ini hal yang paling ditunggu-tunggu sepertinya. Mari disimak:

Tiket pesawat CGK - Jaipur pulang-pergi Rp. 1,408,276
Bagasi Rp. 1,339,500
Total Rp. 2,747,776

Paket trip Khasmir 9500 rupee x Rp. 220 = Rp. 2,090,000
Pesawat Go Air Delhi - Srinagar pulang-pergi Rp. 1,547,296
Hotel Delhi : Rp. 77,000
Hotel Agra : Rp. 99,000
Hotel Jaipur : Rp. 632,500

Transportasi Delhi - Agra - Jaipur : 1650 rupee x Rp. 220 = Rp. 363,000

Grand total Rp. 7,556,572

Ditambah bawa uang cash sekitar 6 jutaan rupiah untuk makan dan transpor diluar yang saya jabarkan diatas dan habis tanpa sisa.

Terlepas dari segala hal tidak mengenakkan, trip kali ini sangat berkesan untuk saya. Teman-teman trip yang baru kenal dengan segala macam sifat, watak, dan tindakan, membuat saya bisa mempelajari cara membaca karakter orang lain. Belum lagi negara dengan segala kekurangan seperti ini membuat saya banyak bersabar dan berpikir, "bagaimana kalau saya berada di posisi mereka?" Mau nyari uang kayaknya susah banget. Tingkat kesenjangan sosial sangat tinggi, dan terlalu banyak orang dimana-mana. India adalah salah satu negara dengan populasi terbanyak di dunia, sehingga terkadang mereka kesulitan menghidupi keluarganya. 

Setelah pulang dari India, saya justru merasa lebih bijaksana. Kebanyakan saya mengunjungi negara-negara yang biasa saja (selevel dengan Indonesia) atau bahkan negara kaya sehingga nggak bisa melihat kondisi masyarakat yang berjuang mempertahankan hidup. Walaupun saya nggak akan balik lagi ke India karena alasan kesehatan yang paling utama, mungkin saya akan menyarankan teman-teman saya untuk mengunjungi India paling tidak sekali seumur hidup. Supaya ketika kalian pulang, pikiran akan berubah jadi lebih bijaksana. Jadi ingin mengunjungi Srilangka atau Bangladesh nanti.
See you on the next trip
Semoga postingan saya tentang India dapat menjadi referensi perjalanan kalian. Sampai jumpa di tulisan berikutnya tentang United Arab Emirates, negara yang super duper kaya raya.

Foto dari Kamera Fujifilm Kristanto Nugroho (Instagram: kriz_nugroho).

Mei 09, 2018

Jaipur - Kuala Lumpur - Jakarta

Resepsionis hotel memanggil taksi Innova untuk mengantarkan kami dari Hotel Umaid Bhawan ke bandara. Akhirnya bisa naik mobil enak juga pakai AC dan kaca ditutup supaya nggak kena polusi. Ahh seandainya dari awal sewa mobil aja supaya nggak terlalu menghirup udara kotor mungkin bisa lebih enak menikmati kota Jaipur sambil belanja. 

Jarak dari hotel ke bandara lumayan deket, hanya sekitar 20 menit saja. Sesampai di bandara, kami menurunkan koper, lalu masuk ke bandara. Yang agak ngerepotin adalah kita harus menunjukkan print out tiket ke petugas karena hp saya nggak konek internet dan nggak bisa menunjukkan tiket. Jadilah saya harus buka koper lagi untuk mengambil print out tiket (untung simpannya paling atas). Koper kami lalu di screening dan ditempelkan stiker di kunci koper yang berarti nggak boleh dibuka lagi. Kalau seperti ini agak susah kalau teman-teman masih mau menitip barang karena kalau mau buka koper harus menyobek stiker. 
Jaipur traffic
Saya cek in koper ke konter Air Asia dengan santai berhubung saya udah beli bagasi 20 kg dan ransel saya beratnya cuma 3 kg. Semua barang bawaan ke kabin pesawat seperti ransel dan tas kecil ditimbang karena tidak boleh lebih dari 7 kg. Agak kaget juga karena pengawasan terhadap barang bawaan di bandara Jaipur sangat ketat. Yang nggak santai adalah teman-teman yang nggak beli bagasi, atau beli bagasi tapi udah kelebihan muatan. Jadilah mereka bongkar sana-sini, ada yang dibuang, ada yang dipake', ada yang dibagi ke ransel saya😓, pokoknya ribet deh. Saya sempat mencoba cek in kursi bareng Abby yang kebetulan belum web check-in dan saya minta duduk bareng. Petugas kemudian menimbang ransel saya yang cuma 3 kg dan ransel Abby 9 kg jadi total 12 kg, tapi mereka memperbolehkan dibawa ke kabin karena kalau duduk bareng bisa ditotalkan jadi 14 kg. Hmm, saya baru tau peraturan ini.

Yang agak sial sewaktu kita ngaku nggak ada bawa apa-apa, padahal koper untuk masuk kabin ditaruh di kursi supaya nggak ketauan. Eh petugas konter malah curiga dan menyuruh petugas lainnya untuk memantau kita. Gile, jadi nggak bisa kabur deh. Tapi sewaktu antrian cek in bagasi semakin penuh, mereka jadi ribet dan nggak mengawasi kita lagi. Disitu kita ambil kesempatan untuk masuk ke bagian screening cabin dengan buru-buru. Alhamdulillah berhasil juga dan kami langsung proses masuk imigrasi. Awalnya mau makan dulu, tapi sebelum imigrasi nggak ada resto. Kami mengantri imigrasi terlebih dahulu yang prosesnya lumayan lama, sehingga membuat perut saya tambah keroncongan. Berharap setelah imigrasi ada resto tapi ternyata cuma jualan snack aja dan saya nggak beli. Agak menyesal kenapa nggak beli jadi nggak bisa minum obat sesak napas.

Saya akhirnya boarding pesawat. Duh dada ini sesak banget sampai-sampai mau ngobrol sama Abby pun jadi susah. Obat ada tapi karena belum makan jadi nggak bisa minum. Mau tidur pun susah, kebangun terus karena susah napas. Saya kira pramugara atau pramugari Airasia bakalan bersliweran berjualan makanan. Udah ditunggu-tunggu malah nggak ada yang lewat. Apa lewat pas saya tidur (pingsan) ya? Abby akhirnya menekan tombol untuk memanggil awak kabin dan seorang pramugara datang. Kami memesan makanan sekalian membelanjakan uang rupee yang masih tersisa di dompet. Huft, alhamdulillah bisa makan juga, minum obat, pakai inhaler, dan bisa tidur nyenyak sampai Shubuh (ada pengumuman adzan Shubuh dari pilot).

Akhirnya tiba di Kuala Lumpur. Rasanya senang bukan main ketika menjejakkan kaki di KLIA2. Rasanya ingin buru-buru menikmati teh tarik. Connecting flight ke Jakarta saya dan Rezki pukul 23.35 sedangkan teman-teman yang lain langsung terbang ke Jakarta lagi setelah mendarat di KLIA2. Saya melambaikan tangan pada mereka dan saya menuju konter imigrasi. Agak sedih juga berpisah dengan teman-teman trip kali ini.

Setelah proses imigrasi, saya dan Rezki mencari konter penipitan koper karena Rezki nggak mungkin bawa-bawa koper kalau nanti kita main di Kuala Lumpur. Setelah itu kami ambil duit di ATM, baru deh nongkrong di sebuh Cafe di bandara sambil menikmati teh tarik dan roti srikaya yang terasa terenak di dunia. Yang sialnya obat asma saya ada di koper dan saya nggak bisa minum karena koper langsung dibawa ke penerbangan selanjutnya. Semoga bisa bertahan tanpa sesak napas.

Saya nge-Line Yudhi (teman seprojek dulu) untuk menjemput saya di bandara dan temani saya shopping di Mitsui Otlet yang masih berada di sekitar bandara. Sambil bengong menikmati teh tarik, Yudhi pun tidak lama datang menghampiri saya. Duh, terakhir ketemu Yudhi setahun yang lalu dan sekarang dia udah langsing😂. Saya dan Rezki kemudian dibawa Yudhi ke Mitsui. Ntah kenapa karena mau belanja, saya jadi lebih sehat dari sebelumnya. Yang kasihan si Rezki karena dia terlihat lemes banget.
Belanjaan
Ntah karena balas dendam, ntah juga karena ketemu teman lama yang paling enak diajak belanja, saya jadi agak kalap di Mitsui. Saya dan Yudhi masuk ke konter satu dan lainnya dengan semangat, sedangkan Rezki duduk menunggu di bangku Mall. Setelah puas belanja, kami makan Sushi (lupa nama restonya). Ntah karena lagi kurang sehat, saya jadi nggak mood makan. Cuma minum teh hijau panas yang banyak dan membuat saya sendawa terus-menerus. Mungkin masuk anginnya udah parah banget nih, makanya nggak abis-abis anginnya.

Selesai makan, saya belanja titipan keluarga baru setelah itu kembali ke bandara. Sebenarnya bukan mau terbang, tapi karena akses ke pusat kota Kuala Lumpur lebih enak dari KLIA2. Tinggal naik bus seharga RM 9, sampai deh ke KL. Yudhi mengantarkan saya juga ke bandara, lalu dia kembali ke kantor untuk bekerja. Perjalanan dari KLIA2 ke KL Sentral kurang lebih 1 jam dan saya tidur dengan nyenyak. Mungkin karena badan ini terlalu lelah, makanya bawaannya ngantuk melulu. Sampai di KL Sentral masih terlalu sore dan saya terlalu lelah untuk jalan-jalan. Akhirnya cuma duduk di depan Sephora untuk menunggu Tina dan Willy datang. Mana nggak ada WIFI, jadi totally bengong berdua dengan Rezki.

Ntah kenapa tiba-tiba perut saya malah mules dan saya diare berkali-kali. Duh, datang penyakit baru lagi. Udah sesak napas, masuk angin, kepala pusing, diare lagi. Kebayang betapa lemasnya saya dan beneran nggak mood ngapa-ngapain. Tapi pada saat setelah diare, saya malah enakan. Jadi lebih mood jalan-jalan melihat-lihat makeup di Sephora.

Sekitar pukul 6 sore, Willy datang dan hal yang pertama saya minta adalah tethering WIFI. Akhirnya punya akses internet juga. Saya diajakin Willy makan dimsum favorit saya supaya bisa mood makan lagi. Willy juga memberikan magnet kulkas pada saya dan mood saya semakin membaik. Kita ngobrol sebentar sampai akhirnya Tina datang membawakan saya mini lipstik dari MAC. Semakin banyak hadiah, semakin bagus mood saya dan selera makan saya mulai membaik.

Kami mengobrol seru sambil makan. Bahkan saking semangatnya ngobrol, saya batuk berkepanjangan sampai muka merah dan sulit berhenti. Haduwh, hampir mati rasanya. Setelah minum air hangat, baru enakan. Sekitar pukul 9 malam, saya kembali lagi ke bandara. Sejam kemudian tiba di KLIA2. Sebelum ke imigrasi, saya ke konter tax refund dulu untuk meminta struk pengembalian pajak hasil belanjaan saya di Mitsui. Setelah itu baru proses ke imigrasi, lalu ke konter tax refund yang ada di seputaran gate untuk menguangkan struk yang tadi. Selesai semua urusan administrasi, barulah duduk manis menunggu keberangkatan pesawat ke Jakarta. Rasanya pengen cepat-cepat sampai rumah deh.

Alhamdulillah pesawat nggak delay. Sesampai di Jakarta, saya pesan Uber (waktu itu masih ada) ke Depok dan sampai ke rumah sesaat sebelum shalat Shubuh. Saya mandi dulu, shalat Shubuh, baru tidur sampai waktu Zuhur. Bangun, makan siang, tidur lagi sampai Ashar. Bangun, makan lagi, tidur lagi sampai magrib. Mandi, makan, tidur lagi. Rasanya nggak puas-puas tidur.

Besoknya saya pergi ke dokter paru. Dari kondisi fisik udah lumayan sehat karena saya banyak makan dan tidur tapi sesak napas masih ada. Alhamdulillah obat dari dokter membuat saya langsung sembuh dalam 2 hari dan kembali dapat beraktifitas seperti biasa.

Setelah ini saya akan menuliskan kesimpulan selama perjalanan ke India. Stay tuned!

Mei 08, 2018

One Day in Jaipur

Karena badan udah nggak enak, saya kebangun tengah malam dan merasa sudah waktunya shalat Shubuh. Selesai shalat, baru sadar kalau masih tengah malam. Kenapa nggak lihat jam dulu ya😓? Saya tidur lagi, baru bangun pas Shubuh dan shalat. Setelah itu tidur lagi. Sekitar jam 8 pagi, saya bangun, berberes sejenak, baru kemudian berendam di bathub. Rasanya nyaman, tapi kepala masih pusing dan terus batuk berdahak. Seharusnya kalau dahak sudah menguning seperti ini harus ada antibiotik dan saya nggak bawa sama sekali.

Selesai mandi, saya naik ke rooftop untuk sarapan. Abby dan Rezki sudah lebih dahulu berada disana. Makanannya banyak, tapi saya nggak mood, dan kebanyakan adalah makanan yang ada 'masala'-nya. Jadi tambah nggak mau deh. Cuma sarapan sekedarnya saja. Di hotel Umaid Bhawan ini, baru terlihat para orang India yang kaya dan cantik. Kebanyakan bajunya udah lebih casual dan warna kulitnya putih. Ada juga yang memakai saree tapi terlihat sangat cantik. Pasti perawatannya super mahal jadi nggak dekil😅.

Selesai makan, kami balik ke kamar masing-masing dan mengabarkan resepsionis untuk late check out. Mau tidur lagi dan kalau bisa sih shalat Zuhur-Ashar di hotel aja. Saya kerja sejenak, kemudian tidur lagi sampai jam 12 siang. Saya mengunci koper, shalat, baru kami check out. Berhubung pesawat dari Jaipur ke Kuala Lumpur masih lama banget yaitu pukul 23:15, jadinya masih ada waktu kalau mau berkeliling kota Jaipur. Kami menitip koper, lalu menyetop tuk-tuk untuk berkeliling kota.

Ada beberapa destinasi yang bisa di kunjungi selama berada di kota Jaipur. Saya akan jabarkan satu-persatu. Nggak semua destinasi ini saya kunjungi karena saya udah sakit jadi nggak kuat banyak jalan (orang asma kalau sakit malah nggak bisa terlalu banyak gerak), tapi teman saya yang lain mengunjunginya. Mari disimak:

1. Jalmahal Palace
Jal Mahal berjarak 4 km di utara Jaipur dan terletak di jalan utama Amer-Jaipur. Sebutan lainnya adalah Istana Air karena posisinya mengapung di tengah sungai Man Sagar. Istana yang satu ini sempat diperluas pada abad ke 18 oleh Maharaja Jai Singh II.
Jalmahal
Pemandangan megah dan cantik ini menjadikan istana Jal Mahal adalah yang paling banyak difoto (photo friendly). Sayangnya kita tidak bisa puas bereksplorasi istana karena tempat ini akan diubah menjadi restoran yang sangat eksklusif. Katanya dulu ada perahu seperti di Dal Lake yang bisa dikendarai sehingga kalau berfoto semakin indah pemandangannya. Sayangnya udah nggak ada lagi.

Saya tidak mengunjungi Jalmahal dan foto ini dari kamera Kris.

2. Amer Fort
Kalau sudah ke Jalmahal, kalian pasti akan ke Amer Fort karena letaknya sangat berdekatan. Seperti yang kita ketahui kalau Fort berarti benteng. Benteng megah ini terdiri dari kompleks istana yang luas, dibangun dari batu pasir kuning pucat dan merah muda, marmer putih, kemudian dibagi menjadi empat bagian utama, masing-masing dengan halamannya sendiri. Katanya sih, para wisatawan bisa naik gajah di benteng ini. Tetapi pecinta hewan telah mengkritik pemeliharaan gajah di Amber karena dianggap eksploitasi terhadap hewan. Banyak gajah punggungnya jadi luka karena membawa penumpang.
Pintu masuk Amber Fort
Dari atas benteng
Benteng ini cukup cantik untuk berfoto karena warna struktur dindingnya. Hanya saja, Jaipur terlalu panas dan saya nggak kuat banget kalau mau jalan kaki menjelajahi seluruh tempat di Jaipur karena lagi sakit.  Sebagai alternatif, kita dapat naik tuk-tuk ke atas biar nggak capek. Jangan lupa menawar harga tuk-tuknya ya.
Dari bawah benteng
Saya tidak mengunjungi Amer Fort dan foto ini dari kamera Kris.

3. Albert Hall Museum
Salah satu museum paling tua di Jaipur, Albert Hall Museum juga berfungsi sebagai museum utama di distrik Rajasthan. Bangunan ini merupakan contoh arsitektur Indo-Saracenic dan dirancang oleh Sir Samuel Swinton Jacob, dibantu oleh Mir Tujumool Hoosein. Museum dibuka untuk publik pada tahun 1887.
Museum paling cantik😍
Raja Ram Singh awalnya ingin bangunan ini menjadi balai kota, tetapi penggantinya Madho Singh II, memutuskan bahwa itu harus menjadi museum untuk seni Jaipur dan dimasukkan sebagai bagian dari Ram Nivas Garden. Museum ini memiliki koleksi artefak yang kaya termasuk lukisan, karpet, gading, batu, pahatan logam, dan bekerja dalam kristal.

Saya tidak mengunjungi Albert Hall Museum dan foto ini dari kamera Kris. Fotonya cantik banget karena pas sewaktu burung-burung sedang terbang. Saya tidak mengunjungi Albert Hall Museum dan foto ini dari kamera Kris.

4. Hawa Mahal
Nama lainnya adalah Istana Angin dan dibangun pada tahun 1779 dengan bahan dasar struktur bangunan adalah batu pasir merah dan pink sehingga terlihat warna bangunannya sangat cantik. Awalnya saya mengira istana yang satu ini dicat pink, ternyata memang struktur bebatuan bangunannya sendiri berwarna pink.
Dari depan Hawa Mahal
Kali ini saya memang masuk ke dalam Hawa Mahal, sehingga lumayan bisa bercerita ada apa di dalamnya. Kalian harus membayar 100 rupee untuk tiket masuk, lalu kita bisa berkeliling di dalam istana dan berfoto. Kebanyakan sih pintu dan jendelanya kecil-kecil, seperti istana liliput. Berhubung saya udah sesak napas, jadi nggak sanggup bereksplorasi seluruh sudut istana. Kalau teman-teman saya berfoto, saya hanya jadi fotografer saja. Mana cuaca super duper terik yang membuat kondisi saya tambah kacau.
Dari dalam Hawa Mahal
Pintu dan jendela kecil
Kalau kalian mau mendapat foto oke, lebih baik kalian ke Cafe yang ada di seberang Hawa Mahal banget. Saya dan teman-teman sempat makan siang di Wind View Cafe sekalian ngadem di ruang berAC. Awalnya saya meminta akses WIFI lebih dahulu tapi pelayan Cafe bilang harus pesan dulu baru dikasi password WIFI. Lho, udah jelas-jelas kita duduk disitu dan meminta menu, tapi mereka masih nggak percaya kalau kita bakalan pesan makanan.

5. Pink City
Sebutan kota merah muda ini tercetus karena pertokoan di sekitar Hawa Mahal semuanya berwarna pink. Tembok-tembok bangunan sengaja di cat berwarna pink pada tahun 1876 untuk menyambut kedatangan Raja Albert, suaminya Ratu Victoria. Sebenarnya Pink City ini adalah objek wisata yang paling banyak difoto oleh fotografer, tapi menurut saya warna pinknya sudah tidak secerah yang ada di Instagram kebanyakan. Malah beberapa bangunan cenderung sangat tidak terawat dan dekil.
Hawa Mahal dari bawah
Per-gelang-an
Pink City ini adalah tempat paling enak untuk belanja. Segala macam saree, aksesoris, kain,  bahkan alat rumah tangga semuanya ada disini. Balik lagi karena saya sedang sakit, saya jadi nggak mood belanja. Cuma ngikutin teman-teman aja masuk dari satu toko ke toko lainnya. Kebetulan ketemu Kris, Mba Carla dan Mba Septa yang lagi belanja. Kata Mba Septa, saree disini lebih murah daripada di Delhi sampai-sampai dia buka jastip (jasa titip beli barang) dan beli koper lagi😝.

Saya sempat mampir di sebuah Cafe di Pink City untuk ngemil, kemudian karena sudah sore kami memutuskan untuk balik ke hotel. Saya jadi sakit kepala melihat lalu lintas yang super duper crowded di area Pink City, asap kendaraan bermotor yang memperparah sesak napas saya sampai-sampai saya melilit jilbab jadi masker, dan cuaca sangat terik. Rasanya ingin cepat-cepat kembali ke Indonesia kalau sudah begini. Saya naik tuk-tuk ke hotel dan terasa banget lalu lintas yang super padat. Ditambah lagi suara klakson tiiinnnnnnnnnn panjang sehingga kepala tambah sakit😩.

Permasalahan lainnya adalah tuk-tuk kami nyasar. Ntah udah sejam di tuk-tuk berkeliling-keliling, nggak ketemu juga jalan ke hotel. Mana kami semua nggak ada paket data, supir tuk-tuk pun udah nanya sana-sini tetap nggak ketemu alamatnya. Akhirnya kami bertanya pada seorang cowok yang terlihat rapi dan bisa bahasa inggris dimana hotel kami. Dia langsung mengarahkan supir tuk-tuk dengan bahasa India dan bilang juga pada kami dengan bahasa Inggris. Alhamdulillah sampai juga ke hotel setelah lebih dari satu jam mutar-mutar kota Jaipur karena nyasar.

Semua tempat wisata diatas bisa kalian jalani dalam satu hari asal kuat dengan polusi, cuaca terik, lalu lintas padat dan sembraut. Banyak bangunan bersejarah yang photographer friendly di Jaipur dan menjadi surga untuk orang yang hobi memotret. Insya Allah kota ini lumayan aman karena Mba Septa aja jalan sendirian ke pertokoan untuk belanja saree. Tips-nya jangan membuat eye contact aja dengan orang lokal kalau berjalan sendiri dan jangan terlalu mencolok pakaiannya ya. Berpakaianlah yang sopan dan biasa saja.

Baiklah, nanti saya cerita lagi tentang kembali ke Indonesia. Beberapa foto dari Kamera Fujifilm Kristanto Nugroho (Instagram: kriz_nugroho) dan Iphone 8 plus milik saya.

Follow me

My Trip