Juni 30, 2018

Cappadocia Green Tour

Khusus di Cappadocia, saya full menggunakan tour turkeyinsider.com karena agak sulit mencapai tempat-tempat wisata disini. Selain antar satu tempat ke tempat lain jaraknya jauh, jalannya menanjak dan menurun, belum lagi masih ada sisa capek perjalanan dari kota-kota sebelumnya. Sempat mencari-cari di tripadvisor, tur mana yang nggak begitu mahal tapi worth to try. Akhirnya banyak yang menyarankan dan me-review dengan baik Turkeyinsider. Menurut saya, jasa tur di Turki sangat profesional dan menyebar hampir di seluruh penjuru kota. Mereka juga menjamin keamanan kita dalam bertransaksi kartu kredit. Kalian tenang saja, RancupidTravel segera akan membuka trip ke Turki. Ditunggu ya.
Terlihat Mr. Erciyes di ujung sana
Tur di Cappadocia yang saya book selama 3 hari 2 malam terbagi dalam tiga rangkaian, yaitu : Green Tour (hari pertama), South Tour (hari kedua), dan North Tour (hari ketiga). Hari pertama terpotong setengah hari untuk penjemputan di bandara, dan hari terakhir juga dipotong untuk pengantaran ke bandara juga. Saya akan membahas tentang Green Tour di hari pertama. Sebelum memulai rangkaian tur, kami dikumpulkan di sebuah meeting point yang berada di tempat yang sangat tinggi sehingga kawasan Cappadocia terlihat hampir seluruhnya. Bahkan kalian bisa melihat gunung es Erciyes yang merupakan puncak tertinggi di Anatolia (Turki bagian Asia). Kami menunggu mobil tur dan beberapa peserta tur yang lain di meeting point, baru selanjutnya kami berangkat ke lokasi. Barang-barang kami katanya sudah dibawa langsung ke hotel.
Pemandangan Cappadocia dari meeting point
Belisirma Restaurant
Tujuan pertama di Cappadocia adalah makan siang. Mungkin kita disuruh mengisi perut terlebih dahulu, biar kuat mendaki gunung dan melewati lembah. Mobil tur diparkir di sebuah resto yang berada di pinggir sungai Melendiz. Kalian tau? Suasana di resto ini sungguh sangat indah dan tentram. Dengan pepohonan hijau, air sungai yang sangat jernih, suara burung berkicau, ahhhh sungguh surga dunia. Subhanallah😍😍😍. Agak mengherankan dibalik bukit-bukit tandus terdapat lembah dengan pepohonan hijau yang sangat asri.
Saung-saung di tengah sungai
Kalian bisa memilih dimana pun tempat yang kalian inginkan untuk duduk sambil menikmati makan siang. Karena membawa orang tua, agak nggak mungkin untuk duduk berlesehan di saung-saung yang berada di tengah sungai. Padahal unik banget makan di tengah sungai tapi kasihan Mama dan tante nanti malah sakit lututnya kalau kelamaan duduk bersila. Akhirnya kami duduk di pinggir sungai sambil tetap bisa menikmati suara gemercik air dan burung berkicau yang menenangkan hati.
Ikan Trout bakar
Kami memesan menu ikan trout yang merupakan salah satu ikan favorit saya. Ikan trout dibakar dengan cabe hijau besar ikutan dibakar juga. Ntah apa enaknya cabe dibakar😆, hahaha. Kalian harus mencoba ikan trout karena rasanya enak banget, dagingnya lembut, bahkan dulu di New Zealand ikan ini lebih mahal dari salmon. Saya dan keluarga mengobrol sambil menikmati makanan. Tur guide beberapa kali menghampiri kami dan mengajak ngobrol, juga meminta penilaian kita tentang resto dan makanannya. Menurut saya tempat ini hampir sempurna untuk sebuah resto di tengah hutan. I really love it💗.
Resto di tengah hutan
Ihlara Valley
Sudah kenyang? Mari menyusuri hutan. Kata guide, kalian bisa berjalan sejauh 1 km menyusuri  jalan setapak di tepi sungai Melendiz. Mama dan tante kami tinggal di resto karena agak takut trekkingnya susah. Cuaca juga mulai terik banget dengan suhu mencapai 26 derajat. Kebayang saya trekking pake sweater, jadi keringetan deh.
Aliran sungai Melendiz
Pepohonan hijau
Ihlara Valley agak mirip dengan beberapa hutan di Indonesia. Yang berbeda mungkin pohon-pohonnya yang terdiri dari pohon Poplar dan Pistachio. Bisa jadi pohon-pohon ini ada di Indonesia, tapi saya kurang tau. Kami berjalan menyusuri jalan setapak yang lumayan landai. Terkadang harus naik ke batu-batuan besar juga. Kalian juga bisa melihat Goa-goa yang pernah dihuni oleh masyarakat setempat beratus atau beribu tahun yang lalu.
Kulari ke hutan
Setengah jam berjalan, kami tidak menemukan ujung jalannya. Sudah bertanya pada orang yang berjalan pulang, tapi mereka bilang juga tidak melanjutkan perjalanan dan berhenti di tengah jalan. Ada rasa penasaran juga ingin sampai ujung, tapi takutnya nanti nggak keburu pulang. Akhirnya saya, adik, dan Willy memutuskan untuk kembali ke Belisirma Restaurant saja daripada melanjutkan perjalanan. Sesampai di resto, guide sudah menunggu kami kembali karena sudah waktunya menuju ke destinasi berikutnya. Seperti biasa, saya menggandeng tante, dan adik menggandeng Mama, lalu kami pun menuju mobil tur.
Menggandeng tante
Winery
Saya sudah coba browsing nama tempat ini tapi tak satupun ada website yang menjelaskannya. Tur guide sih bilang nama tempatnya waktu itu tapi saya lupa dan nggak ada di itinerary sewaktu saya coba baca ulang. Ini adalah destinasi bonus dan tur guide.
Pintu masuk winery
Mama dan tante
Menurut yang saya ingat, bangunan yang menyatu dengan bukit ini adalah sebuah tempat pembuatan anggur jaman purbakala. Di dalamnya kalian bisa melihat alat dari kayu yang masih dalam kondisi baik. Kami hanya 10 menit saja disini sambil menikmati keindahan lembah Ihlara yang sangat cantik dari tempat saya berpijak. Subhanallah indahnya😍. Pohon-pohon hijau seolah tersusun rapi membuat pemandangan sejauh mata memandang sangat memukau. Kalian harus kesini kalau nanti suatu hari jalan-jalan ke Cappadocia. Kalau kalian tau nama tempatnya, silahkan tinggalkan komentar di postingan ini ya. Nanti saya akan revisi
Pemandangan indah sejauh mata memandang
Derinkuyu Underground City
Selain terkenal dengan Goa, Cappadocia juga memiliki kota bawah tanah. Tur guide membawa kami ke Derinkuyu yang memiliki kedalaman hingga 54 m (177 kaki) di bawah permukaan tanah (merupakan kota bawah tanah terbesar di Cappadocia yang pernah di gali). Kota tersebut dapat menampung hingga sekitar 20.000 orang beserta hewan ternak dan bahan makanan. Sebelum masuk ke kota bawah tanah, guide bertanya dulu pada kami apakah ada diantara kami penderita Claustrophobia (rasa takut yang berlebihan terhadap ruang sempit)? Karena mulai dari masuk awalnya saja kami harus menuruni tangga sempit dengan langit-langit yang rendah sejauh 14 meter. Sebenarnya beberapa penderita asma adalah Claustrophobia, dan saya tidak termasuk kedalamnya, alhamdulillah.
Plang Derinkuyu
Pertama masuk ke dalam kota bawah tanah, seperti yang saya ceritakan sebelumnya kalau kami harus menuruni tangga dengan membungkuk karena takut kesantuk langit-langit yang rendah. Kata guide, kalau jalan menurun sih gampang. Yang susah kalau menaik. Sesampai di sebuah ruangan, saya merasa langsung kedinginan. Kata guide, tempat ini suhunya berubah sesuai musim. Di musim panas, kota akan berubah jadi dingin (banget) dan ketika musim dingin, kota akan lebih hangat. Menurut saya sih suhunya terlalu dingin di bawah tanah, untung saya pakai sweater.
Tangga masuk
Ruangan sempit
Guide mulai menjelaskan sedikit cerita tentang tempat ini. Situs kota bawah tanah Derinkuyu mulai dibuka untuk umum pada tahun 1969, dan 10%-15% dari keseluruhan situs saat ini dapat diakses oleh para wisatawan. Kota bawah tanah ini semula terbentuk sepenuhnya pada masa Bizantium, yang ketika itu kerap digunakan sebagai perlindungan terhadap Muslim Arab selama peperangan Bizantium-Arab (780-1180). Derinkuyu terhubung dengan kota-kota bawah tanah lainnya melalui terowongan yang panjangnya bermil-mil. Beberapa artefak yang ditemukan di pemukiman bawah tanah tersebut berasal dari Periode Bizantium Tengah, yaitu pada abad ke-5 hingga ke-10. Kota-kota ini tetap dipakai oleh para penduduk asli Kristen sebagai tempat perlindungan terhadap serangan suku-suku Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk pada abad ke-14.
Banyak ruangan
Setelah wilayah ini jatuh di bawah kekuasaan Utsmaniyah, kota-kota digunakan sebagai lubang perlindungan terhadap penguasa Muslim Turki. Hingga akhir abad ke-20, penduduk Cappadocia Yunani dari waktu ke waktu masih menggunakan kota bawah tanah untuk melarikan diri dari pengejaran kesultanan Utsmaniyah. Kalian bisa melihat lubang udara sebagai ventilasi, pintu roda yang akan ditutup kalau para penduduk merasa terancam, tangga-tangga yang menghubungkan ruang demi ruang, sangat lengkap untuk sebuah perkotaan yang dibangun di dalam tanah. Nggak kebayang berapa banyak orang yang dikerahkan untuk membangun kota dan alat apa saja yang digunakan untuk memecahkan dinding Goa dibawah tanah.
Tangga dan jalan kota
Ruang demi ruang
Derinkuyu sempat menghilang setelah peperangan usai dan ditemukan kembali pada tahun 1963. Katanya, warga menemukan sebuah ruangan misterius di balik dinding di rumahnya dan melaporkan pada pemerintah setempat. Penggalian pun dilakukan dan selanjutnya telah membuka penemuan terhadap jaringan terowongan di kota bawah tanah tersebut.
Merenungi betapa hebatnya orang terdahulu dalam membangun kota ini
Saya sempat bertanya pada guide bagaimana caranya orang ke toilet 💩pada saat itu😅. Kan nggak mungkin digali lubang dan dikubur kembali. Ternyata mereka poop 💩 di guci😱, lalu membawa keluar gucinya dan dibersihkan di luar. Orang-orang tidak terus-terusan berhari-hari didalam kota karena mereka akan tetap keluar dari tempat ini untuk membeli persediaan makanan dan menghirup udara luar. Oh ya, mereka juga memiliki ruang penyimpanan makanan yang bisa tahan berbulan-bulan. Bahkan sayuran bisa masih segar walaupun sudah disimpan sangat lama. Saya juga bertanya apakah pernah ada pengunjung yang kesasar disini tapi nyatanya nggak ada. Kalau kita nyasar, tinggal teriak aja dan gema suara kita akan terdengar oleh penjaga yang bertugas diatas tanah.

Setelah puas berkeliling kota, kami naik kembali ke atas. Seperti yang diperingatkan guide sebelumnya kalau menaiki tangga sambil membungkuk akan lebih melelahkan daripada menuruninya. Sampai ada orang Singapura yang ikut rombongan kami harus duduk dulu di tangga karena ngos-ngosan banget, baru melanjutkan menaiki tangga lagi setelah napasnya lebih tenang. Untung saja saya lumayan sering trekking dan 14 meter adalah jarak mendaki yang masih bisa saya tempuh dalam satu napas saja.

Perjalanan hari ini seru sekali dan kami kemudian diantar ke hotel yang sangat WOW. Penasaran? Nanti saya cerita lagi ya. Sampai jumpa!

Beberapa foto dari kamera Iphone 8 plus milik saya dan kamera Fujifilm Willy Sebastian (Instagram : willyarrows)

Sumber:

Juni 27, 2018

Sepeda Motor dan Orang-Orang Baik

Hari ini disaat euforia Pilkada tengah berlangsung seru, saya malah jalan-jalan keliling komplek mengendarai motor. Saya mampir ke pasar, pom bensin, dan terakhir ke indomaret. Kemarin motor baru di service sehingga terasa sangat ringan untuk jalan-jalan. Mumpung hari ini Depok nggak hujan,  udah lama nggak mengendarai motor, lagi malas ngeblog tentang Turki (walaupun nggak boleh lama-lama ditunda), seolah-olah semua keadaan mendukung saya untuk jalan-jalan.

Sampai di Indomaret, saya mampir sebentar untuk beli tisu dan lem alteco. Saya parkir motor seperti biasa, masuk indomaret, dan keluar lagi setelah membayar. Saya buka kunci stang dan mengarahkan kunci untuk menyalakan motor. Agak bingung juga kok saya nggak bisa saya belokkan kunci ke ON. Memang tadi di pom bensin agak kesulitan membuka kunci tapi kemudian bisa lagi. Nah di Indomaret, malah nggak bisa sama sekali. Saya jadi panik, tapi berusaha santai. 

Saya celingak-celinguk ke kiri dan ke kanan, berharap ada yang bisa dimintain tolong. Ada abang gorengan lagi membersihkan gerobak lalu melihat ke arah saya. Saya tersenyum dulu dan bilang, "Mas, boleh minta tolong nggak? Motor saya nggak bisa nyala." Si abang gorengan (sebut saja orang pertama) menaruh lap, lalu langsung mencoba menolong saya. Saya hanya melihatnya memainkan kunci motor tapi gagal. Si abang gorengan lalu memanggil temannya (orang kedua) untuk minta tolong. Orang kedua berusaha sekitar 5 menit, mengunci stang motor, membukanya lagi, tapi tetap nggak mau nyala. Orang kedua lalu meminta tolong sama Mas Indomaret yang belum pakai seragam (orang ketiga). Dia juga melakukan hal yang sama seperti orang-orang sebelumnya. Orang ketiga kemudian memanggil Mas Indomaret yang sudah pakai seragam (orang keempat). Masih juga berusaha dan tidak berhasil, lalu orang keempat memanggil bapak-bapak yang baru saja keluar belanja dari Indomaret (orang kelima). Dan hasilnya masih nihil. Kebayang nggak, begitu banyak orang yang datang membantu di saat itu dan membuat saya jadi terharu😢. Kok banyak banget orang baik di sekitar saya?

Baiklah, berhubung sudah lima orang yang mencoba menolong dan belum berhasil, akhirnya saya memutuskan untuk mendorong motor ke bengkel saja. Ini pertama kalinya saya mendorong motor besar yang lumayan berat. Baru aja otot di lengan hilang, eh kayaknya saya bakalan berotot lagi nih😝. Semoga bengkel tidak jauh dan alhamdulillah cuaca siang itu tidak terlalu panas. Bismillah...

Baru 10 langkah, tiba-tiba ada seorang kakek dan seorang bapak bertanya pada saya dari seberang jalan, "Kenapa mbak motornya?" Saya jawab nggak bisa nyala. Kakek itu menyuruh saya mampir. Saya lihat ada spanduk "Setrum Aki", tapi emangnya bengkel aki bisa nyalain motor? Ah, mungkin saja bisa. Tidak ada salahnya mencoba dan saya juga nggak curiga pada kakek dan bapak itu. Agak ribet menyebrang jalan karena sambil mendorong motor sejenis Supra X (motor lama pemberian Papa). Si kakek membantu saya menyetop kendaraan agar saya bisa gampang menyebrang.

Saya ceritakan problematika motor ini dan bapak itu langsung paham. Si Bapak meminta ijin membongkar motor saya dibagian depan dan saya (walaupun agak khawatir) setuju saja. Saya melihat kap motor di buka, kabel-kabel di gunting, dan sebenarnya saya malah jadi panik. Mungkin kakek itu membaca kepanikan dari raut wajah saya jadi beliau mengajak ngobrol, sementara si bapak terus melanjutkan bongkar pasang motor saya. Kakek bercerita kalau motor jenis Supra itu kuat banget. Catnya masih original, jari-jari roda masih bagus, berbeda dengan motor matic jaman sekarang yang canggih tapi nggak tahan banting. Jujur saja saya masih agak kesulitan menyetir motor matic, jadi saya nggak bisa membandingkan mana motor yang lebih batik.

Tidak sampai 15 menit, motor saya nyala lagi tapi tanpa kunci. Hah? Gimana nih saya mau matikan motornya? Kata Bapak, mesin motor menyala karena beliau menyambungkan kabel-kabelnya. Nanti saya disuruh cabut lagi aja kabelnya biar mesin mati. Saya mana berani cabut kabel. Biarlah saya bawa saja ke bengkel dan orang bengkel saja yang mengurusi semuanya. Bapak bilang, "Nggak apa-apa bawa aja ke bengkel. Yang penting mbak nggak usah jalan kaki dorong motor gede begini." Beberapa body motor nggak dipasang lagi karena biar saya suruh orang bengkel aja yang pasang. Saya mengeluarkan dompet dan si Bapak sama sekali nggak mau menerima bayaran. Saya jadi nggak enak, ditambah si Kakek juga bilang, "Udahlah, kami hanya mau menolong." Saya jadi terharu lagi. Kok baik banget sih😩😩? Saya bilang, "Makasih ya Pak, Kakek, semoga Allah membalas kebaikan kalian. Aminnn!!" Kata siapa dunia jaman sekarang banyak orang jahat?

Saya kemudian menyetir motor ke bengkel. Kalian tau, mungkin saya hanya menyetir 10 meter saja dan sampailah di bengkel. Wah, seandainya saya masih mendorong motor pun, saya nggak akan capek hahaha. Tapi tadi perasaan bengkel masih jauh deh. Apa karena panik ya, jadi semua terlihat jauh. Saya parkir motor di bengkel dan saya turun dari motor. Orang-orang bengkel pada liatin saya, kok nggak matikan motor? Tadi saya nggak bisa nyalain motor, sekarang malah nggak bisa matiin😅😅😅. Saya bilang ke abang bengkel, "Bang, tolong matiin motor saya dulu dong. Baru saya bisa ceritain permasalahan motor ini?" Si abang sambil keheranan menatap saya dan melihat motor yang bodynya hilang sebagian. Saya lalu menceritakan permasalahan motor, lalu meninggalkan nomor hp, dan saya pesan Grab Bike untuk pulang ke rumah. Mengingat antrian di bengkel rame banget, mending saya pulang saja dan menyuruh abang bengkel telepon saja aja kalau sudah selesai.

Ntah kenapa, saya mendapat banyak pelajaran berharga hari ini dan memutuskannya untuk menuliskan di blog. Semoga bisa menginspirasi kalian ya. Tetaplah jadi orang baik agar kebaikan terus datang pada kalian. 

Do good, then good things will come to you~~

Juni 24, 2018

Penerbangan ke Kayseri, Anatolia

Saya akan melanjutkan cerita tentang Turki. Kalau nggak dikebut, bisa-bisa semakin panjang antrian postingan yang belum ditulis dan takut keburu lupa. Blog saya terakhir tentang Turki bercerita tentang air panas yang sarat unsur belerang di Pamukkale (mungkin kalian bisa buka lagi postingan sebelumnya). Setelah puas berendam kaki di kolam-kolam travertin, makan siang, dan ke toko souvenir, saatnya kami melanjutkan perjalanan panjang menuju Izmir. Besok harus naik pesawat menuju Kayseri jam 6 pagi, jadi mau nggak mau malamnya harus menginap di dekat bandara Izmir. 

Para peserta tour Pamukkale dipulangkan ke sebuah meeting point terlebih dahulu baru berpisah disana. Saya dan keluarga pindah ke mobil tur yang lain karena kami akan menuju Izmir. Semua koper dan barang bawaan kita juga ikut dipindahkan. Tur guide selama di Pamukkale ikut kami menuju Izmir, tetapi dia akan turun di kota Kusadasi. Saya tidak memiliki bayangan dimana Kusadasi, tapi katanya 45 menit sebelum Izmir adalah Kusadasi.
Menikmati coklat hangat
Bunga pink
Bunga ungu
Perjalanan menuju Izmir dari Pamukkale memakan waktu 5 jam. Lama banget ya? Saya sampai tertidur di mobil, bangun, tidur lagi, update social media, tidur lagi, belum sampai juga. Setelah 3 jam perjalanan, supir akhirnya mampir di sebuah Cafe yang ada toko souvenirnya juga. Kami bisa ke toilet disini dan melihat pernak-pernik souvenir. Saya lebih tertarik minum coklat hangat, membeli cemilan, dan meluruskan kaki daripada belanja. Tokonya menjual Lays dengan rasa yang berbeda dengan di Indonesia dan juga Indomie. Bedanya Indomie di Turki disajikan dalam bentuk cup. Kami diberikan waktu 30 menit untuk beristirahat dan berfoto. Cafe ini cantik sekali dengan bunga-bunga berbagai warna. Sungguh indah. Saya jadi minta difoto disetiap sudut karena Cafenya fotogenik banget. Ibu-ibu Cafe sampai membantu saya memilih tempat dan gaya berfoto dengan bahasa Turki yang kami nggak ngerti, tapi kami mencoba memahami maksud si ibu baik hati itu.
Lays
Indomie cup
Kami kemudian melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan hanya bisa melihat padang rumput dan tanah kosong tandus. Mungkin karena baru musim dingin dan beberapa tanaman masih dalam masa dormant (tidur di musim dingin). Selang sejam kemudian, saya akhirnya melihat suasana kota dengan Mall, Hotel, dan pertokoan. Ternyata kami sudah tiba di Kusadasi. Tur guide turun disuatu tempat, lalu melambaikan tangan sambil mengucap salam perpisahan. Kayaknya kota Kusadasi ini enak untuk belanja dan nongkrong deh. Mungkin lain kali ke Turki lagi, bisa main ke Kusadasi.

Kami tiba di Kisikpet Hotel seharusnya, tapi agak bingung juga karena tempat ini nggak seperti Hotel pada umumnya karena kami diturunkan di mini market dan pom bensin. Mana hotelnya? Sudah jelas-jelas ada plang bertuliskan Kisikpet Hotel tapi kami nggak menemukan Hotel. Resepsionis Hotel lalu datang menyambut dan mengantarkan kami ke hotel yang ternyata terletak di belakang mini market. Kami check in terlebih dahulu, menaruh koper, dan berencana mau makan malam. Yang agak menyulitkan adalah resepsionis hotel tidak bisa bahasa Inggris sama sekali😐.

Kami berjalan ke Cafe disebelah mini market, lalu memilih meja untuk duduk. Tiba-tiba seseorang datang dan bilang kalau Cafe sudah tutup. Wah, jadi bingung mau makan dimana. Akhirnya saya, adik, dan Willy masuk ke mini market untuk membeli sesuatu. Mungkin ada sandwich yang bisa kami beli untuk makan. Saya tiba-tiba teringat kalau kami bawa banyak Pop mie dan belum dimakan satu pun. Kayaknya ini saatnya untuk makan Pop Mie. 

Saya bertanya pada kasir dimana bisa minta air panas, dan kasir bingung karena nggak bisa bahasa Inggris. Adik saya mengeluarkan hp untuk pakai Google translate, lalu menunjuk hasil terjemahannya ke kasir. Kasir kemudian memanggil resepsionis hotel yang tiba-tiba sudah ada di mini market. Dia bilang mau mengambilkan air panas untuk kita. Kami sekalian bertanya apa ada taksi yang bisa mengantarkan kami ke bandara jam 4 pagi dengan masih menggunakan Google Translate. Agak lucu juga karena setiap ngobrol, baca hp, trus pakai body language, baca hp lagi, dan berusaha memahami maksud kita. Saya salut juga pada mereka yang tetap berusaha memahami maksud kami walaupun nggak bisa bahasa Inggris. Kata resepsionis, disini nggak ada taksi, tapi dia bisa bantuin kita ke bandara pakai mobilnya. Kalau mau pinjam mobil kasir mini market, bisa juga. Tapi adik saya disuruh nyetir sendiri. Lho, gimana mau nyetir? Kami tidak terbiasa nyetir di sebelah kanan dan sungguh sulit menjelaskan pada mereka dengan body language dan baca terjemahan Google. Saya curiga si Google salah terjemahin nih😝. Belum lagi nanti kalau sudah sampai bandara, yang bawa pulang mobil ke mini market siapa? Duh, ada-ada saja😅.

Kesepakatan untuk berangkat ke bandara besok akhirnya tercapai. Adik saya membayar hotel dan taksi di kasir mini market (agak aneh bayarnya bukan di hotelnya😅), saya kembali ke hotel untuk mengambil Pop Mie, dan resepsionis mengambil air panas satu teko besar untuk kami sekeluarga. Kami bertemu di meja makan Cafe sambil memilih Pop Mie yang berbeda rasa dan menyeduhnya dengan air panas. Sambil menunggu mie-nya matang, kami makan sandwich dulu pakai sambal ABC. Alhamdulillah malam itu kita makan banyak dan kenyang banget. Kami membereskan sampah-sampah makanan, lalu kembali ke hotel. Seandainya kami tiba di hotel masih sore, mungkin bisa menikmati keindahan di halaman hotel yang ditanami banyak pohon Maple. Suasana malam itu sangat dingin, tapi saya suka.

Sambil mengantri mandi, saya internetan dulu di koridor hotel karena WIFI nggak masuk ke kamar. Agak seram dengan suasana gelap dimana interior hotel bergaya Eropa modern dengan dinding dan lantai kayu. Tapi hotelnya cantik bernuansa warna pastel. Setelah shalat Isya (adzan jam 21.45), saya langsung tidur. Sekitar pukul 3 pagi, kami bangun, bersiap-siap, lalu check out. Resepsionis hotel sudah siap dengan kasir mini market untuk mengantarkan kami ke bandara. Adik saya duduk bersama kasir mini market dan koper-koper, sedangkan saya, Willy, Mama, dan tante dalam satu mobil yang hanya bisa memuat satu koper. Sengaja dipisah supaya orang dan barang keangkut semua. Agak khawatir juga melihat adik saya sendiri di mobil bersama supir mini market, takut dibawa lari😖. Tapi tawakkal pada Allah saja. Perjalanan ke bandara hanya 15 menit, alhamdulillah tiba dengan selamat. Kami check in pesawat Anadolu Jet, lalu masuk ruang tunggu sambil menunggu adzan Shubuh dan sarapan sandwich semalam yang masih bersisa. Setelah adzan, kami shalat, lalu pesawat pun boarding. Sampai jumpa lagi Izmir!

Sebelum ke Kayseri, kami transit dulu di Istanbul yang sangat dingin di pagi itu. Sampai nggak bisa melepas jaket thermal sama sekali. Karena penumpang transit, kami tinggal naik satu lantai ke boarding Gate menuju Kayseri. Hanya menunggu beberapa menit, akhirnya kami boarding lagi. Selama di pesawat, saya tidur. Hanya bangun ketika sarapan dibagikan, makan sebentar, lalu tidur lagi sehingga penerbangan ke Kayseri meski transit di Istanbul jadi tidak terlalu terasa. Alhamdulillah sampai juga di Kayseri pada jam 10 pagi. Ada hal yang mengagetkan, yaitu koper tante saya hancur. Sempat panik, tapi saya langsung memanggil petugas untuk meminta ganti. Petugas memeriksa kondisi koper yang hancur, lalu masuk ke sebuah ruangan dan mengambil koper baru untuk tante. Saya kemudian disuruh menandatangani surat tanda bukti koper sudah diganti. Proses penggantian koper nggak sampai 5 menit saja. Alhamdulillah.

Ada apa di Kayseri? Sebenarnya bandara Kayseri adalah pintu masuk untuk para pengunjung yang ingin berwisata ke Cappadocia, salah satu kawasan wisata utama di Turki. Tur guide sudah menjemput kami di pintu kedatangan bandara. Setelah barang-barang sudah masuk semua ke mobil, supir bilang kalau perjalanan ke hotel di Cappadocia akan memakan waktu 1 jam. Jadi masih ada waktu kalau mau tidur lagi. Mungkin saya tidur hanya 15 menit. Selebihnya saya menikmati pemandangan sepanjang jalan dimana bukit-bukit pasir yang padat yang ada pintu dan jendela. 
Welcome to Cappadocia
Kalian tau, masyarakat lokal di Cappadocia masih tinggal di dalam Goa (cave), bahkan hotel saya pun di dalam Goa. Penasaran kan? Ditunggu ya postingan selanjutnya. Sampai jumpa!

Juni 23, 2018

Idul Fitri 1439 H

Setelah 12 hari nggak nge-blog, akhirnya bisa menyempatkan diri juga untuk menulis. Saya mengira pulang ke Aceh bisa menyelesaikan postingan tentang Turki. Kenyataannya hanya bisa menuliskan 4 postingan saja. Mau dikebut juga nggak mungkin karena saya nggak mau nanti tulisannya jadi asal-asalan. Apalagi menulis tentang Turki saya lakukan sambil riset agar informasi yang dituliskan semuanya benar dan bisa menjadi acuan kalian kalau mau jalan-jalan ke Turki.
Dari dalam Masjid Raya Baiturrahman
3 minggu di Aceh sepertinya kurang lama buat saya. Saya menghabiskan beberapa hari di Banda Aceh untuk menemani adik-adik dan keponakan yang mau jalan-jalan. Setelah itu saya pulang ke kota Matang dan tinggal berdua saja dengan Mama sampai seminggu lebih. Kerjaan di rumah nggak terlalu banyak. Palingan nyapu, ngepel, nyuci piring, nyuci baju, yang biasa saya sering lakukan. Sisanya hanya melanjutkan pekerjaan kantor yang dibawa pulang dan ngeblog. Menjelang buka puasa, saya tinggal jalan kaki saja untuk membeli makanan dan minuman yang harganya sangat murah. Kue-kue hanya Rp. 500, air tebu Rp. 2500, air kelapa 1 buah Rp. 6000, atau rujak Aceh Rp. 5000. Saya merasa kaya-raya dengan harga makanan semurah ini. Uang Rp. 100,000 yang saya taruh di meja, cukup untuk beli makanan berbuka puasa selama seminggu lebih, bahkan masih ada sisanya😝.
Tampak depan
Beberapa hari menjelang Lebaran, abang, kakak, adik-adik, beserta para keponakan pada pulang. Rumah mulai rame dan acara beberes rumah jadi lebih sering. Nyapu lantai bisa tiap saat dan ngepel tiap hari. Maklumlah, keponakan masih pada kecil, jadi kalau makan sering berserakan kemana-mana. Ditambah acara bikin kue lebaran yang terkadang sampai tengah malam. Besoknya pagi buta harus bangun sahur dan pernah saya nggak tidur lagi hanya untuk menunggu daging sapi yang mau diantar ke rumah.


Masjid raya
Kegiatan masak-memasak untuk Lebaran dan juga untuk acara silaturahmi keluarga besar sangat menguras tenaga. Keluarga saya secara bergantian jatuh sakit. Dimulai dari Mama yang demam tinggi, Achmad yang flu ringan, Yuni batuk-batuk, Irsyad demam, dan saya terakhir flu. Udah lama saya nggak flu dimana bersin-bersinnya menghabiskanya setengah kotak tissue😵. Cuaca di Aceh yang super duper panas😖 dan selama saya disana hanya sekali hujan (ditambah badai), memang mempengaruhi imunitas tubuh. Belum lagi tamu yang sangat ramai, keponakan yang loncat sana-sini, silaturahmi ke rumah tetangga di siang bolong yang mengakibatkan baju lebaran basah karena keringat, cukup membuat kondisi tubuh drop.
Dari dalam mesjid
Tapi saya bahagia😊😊😊. Bahagia karena bisa bantuin Mama masak untuk lebaran dimana tugas saya adalah cincang-mencingcang segala macam sayuran dan buah, lalu kupas-mengupas kentang yang berkilo-kilo banyaknya. Ditambah selesai acara harus mencuci piring segunung. Mana banyak panci dan wajan berukuran raksasa. Berbeda banget selama saya di Jakarta yang kalau mau bikin acara tinggal catering, nggak ribet, dan nggak usah cuci piring. Tamu yang datang ke rumah juga nggak sebayak di Aceh. Makanya saya senang suasana Lebaran yang kental di Aceh dan saya selalu berusaha untuk pulang dan berlama-lama disana.
Silaturahmi keluarga besar Ismail
Walaupun bulan puasa kemaren menurunkan berat badan saya sebanyak 3 kg dan belum naik lagi nih padahal udah melahap banyak makanan selama Lebaran, saya senang banget Ramadhan dan Idul Fitri kali ini. Memang belum berhasil mengkhatamkan Al-Qur'an karena hanya mampu 'ngebut sampai juz 26 saja, utang puasa yang banyak sekali (karena menstruasi yang dapat dua kali), bisa pindah ke kantor baru, dan saya merasa Ramadhan tahun ini Alhamdulillah bisa lebih fokus beribadah. 

"Semoga Allah menerima (amal) dari kami dan (amal) dari kalian, puasa kami dan puasa kalian. Dan Semoga Allah menjadikan kita bagian dari orang-orang yang kembali (kepada ketaqwaan/kesucian) dan orang-orang yang menang (dari melawan hawa nafsu dan memperoleh ridha Allah)."

Taqabalallahu minna wa minkum shiyamana wa shiyamakum wa ja’alna minal ‘aidin wal faizin
تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ صِيَمَنَا وَ صِيَمَكُمْ وَجْعَلْنَا مِنَ الْعَائِدِين وَالْفَائِزِين

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Selamat Lebaran
Foto Masjid Raya Baiturrahman saya ambil menggunakan GoPro 6 Black Edition. Masjid yang satu ini adalah landmark paling fotogenik seantero Aceh, makanya saya ingin mengambil gambarnya menggunakan GoPro.

Baju lebaran : lenkamoslemwear
Hijab : Kivitz
Shoes : Pedro

Juni 11, 2018

Pamukkale Travertine Terraces & Hierapolis

Pagi hari di Pamukkale. Willy pamit duluan mau hiking ke bukit travertine sejak pagi. Katanya mau hunting sunrise, bahkan dia nggak sarapan dulu. Sarapan di hotel baru tersedia jam 7 pagi dengan menu sederhana yaitu telur, biskuit, buah zaitun, keju, tomat, timun, dan sebagainya, dengan minuman teh susu. Sarapan bergaya Barat seperti ini sebenarnya saya nggak begitu suka, tapi lama-lama jadi terbiasa.
Sarapan
Setelah sarapan, mobil tur sudah siap menjemput kami di lobi hotel. Hari itu mobil lumayan penuh dengan peserta tur lainnya dengan tur guide berperawakan tinggi besar khas orang Barat. Tur guide menghitung jumlah peserta dan ternyata kurang 1 orang. Saya bilang kalau 1 orang itu adalah Willy teman saya dan dia akan menunggu di pintu masuk Hierapolis nanti. 

Destinasi pertama, kami dibawa ke sebuah kolam (renang) air panas yang tampaknya biasa saja. Saya bahkan tidak memotret plang namanya dan tidak terlalu mendengar pengarahan tur guide ini tempat apa. Terlihat juga para peserta tur tidak terlalu antusias dengan tempat ini. Saya hanya berfoto di setiap pohon bunga mawar yang mekar sangat besar dan indah berwarna-warni. Kata tur guide, provinsi Denizli yang dilambangkan dengan ayam jago ini terkenal dengan bunga mawar yang tumbuh dimana-mana. Beberapa pohon masih menguncup. Mungkin kalau kami datang sekitar 2 minggu lagi, pasti semuanya sudah mekar dengan indah😍😍😍.
Di pohon mawar
Mawar besar
Pintu gerbang dari pohon mawar
Hierapolis
Jangan bosen belajar sejarah selama saya menuliskan postingan perjalanan ke Turki ya. Terlalu banyak reruntuhan di negara ini, sehingga saya mau nggak mau harus menuliskan sejarahnya paling nggak sedikit saja. Dari pintu masuk ke Hierapolis (kota suci) agak jauh sehingga kami harus berjalan kaki. Udah janjian juga dengan Willy untuk bertemu di pintu masuk. Oh ya, tadinya Willy jadi harus bayar tiket masuk sendiri karena pergi tanpa tur. Padahal dia sudah membayar penuh untuk tur. Tur guide kemudian mengembalikan uang tiket masuk pada Willy. Jadi fair ya.
Pemandangan bunga Poppy
Walaupun kami harus berjalan kaki menuju reruntuhan kota Hierapolis, pemandangan sepanjang jalan Masya Allah indahnya dimana bunga Poppy berwarna merah bermekaran dimana-mana. Sungguh indah dan cantik😍😍😍. Sekedar informasi, bunga Poppy ini mengandung penenang, jadi jangan dicium ya. Ntar kalian malah teler, hahaha. Tur guide juga bilang kalau bunga ini termasuk bunga suci di Pamukkale dan nggak boleh dipetik dan dirusak.
Bunga dimana-mana
Hierapolis adalah kota yang dibangun untuk spa di zaman Helenistik (masa yang berlangsung setelah penaklukan Alexander Agung dimana pengaruh budaya dan kekuasaan Yunani mencapai pada puncaknya di Eropa dan Asia), yang didirikan oleh raja-raja Attalid dari Pergamom pada akhir abad ke-2 SM. Mata air panasnya juga digunakan untuk menggosok/membersihkan dan mengeringkan wol. Bayangkan sebuah kota dimana para penduduknya menghabiskan waktu berendam di air panas yang muncul secara alami. Enak banget pasti.
Reruntuhan kota
Setelah ditaklukan bangsa Romawi pada tahun 133 SM, Hierapolis berkembang dan mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-2 dan ke-3. Kota ini pernah hancur oleh gempa bumi pada tahun 60 sebelum masehi dan dibangun kembali. Sisa-sisa reruntuhan periode Yunani-Romawi meliputi pemandian, reruntuhan kuil, lengkungan monumental, nymphaeum, nekropolis, dan teater. Saya tidak bisa bereksplorasi lebih banyak karena ada pagar yang melarang kita masuk. Untuk naik ke puncak bangunan pun dibutuhkan tenaga ekstra karena harus memanjat dan menaiki batu-batu besar yang sangat banyak. Belum lagi banyak kadal dan bunga Poppy dimana-mana.
Berfoto diantara reruntuhan dan bunga Poppy
Pamukkale (Cotton Castle)
Dulu saya pernah nonton di Trans TV tentang 7 fenomena alam yang unik tentang Pamukkale. Sebelum berangkat ke Turki, saya bahkan lupa kalau Situs Warisan Dunia UNESCO yang satu ini yang berupa travertine pemandian air panas malah berada di Turki. Saya kira berada di suatu negara mana yang belum akan saya kunjungi dan saya dibuat takjub dengan pemandangan bukit putih dari travertine dengan kolam air panas berundak-undak yang Subhanallah indahnya😍😍😍.
Kolam air panas
Perjalanan melewati Hierapolis membawa kami ke titik tertinggi travertine. Kalian bisa melihat kota Pamukkale sejauh mata memandang. Bahkan saya bisa mengetahui letak Sahin Hotel yang terlihat sangat kecil dari sini. Malah jadi agak serem sehingga saya sangat berhati-hati berjalan disini. Kalau kesini dipagi hari, balon udara bisa sejajar tingginya dengan 'istana kapas' ini.
Ada balon udara
Kolam air panas
Air panas di Pamukkale terjadi karena kesalahan pergeseran lembah sungai Manderes dan bukit-bukit di Pamukkale. Mata air yang sangat panas kemudian muncul dengan kandungan mineral yang sangat tinggi (terutama kapur). Selain dari mineral yang sedikit radioaktif, kalsium dan hidrogen karbonat bereaksi yang kemudian terciptalah kalsium karbonat (juga dikenal sebagai travertine) dan batu kapur. Inilah yang membuat Pamukkale berwarna putih dan tercipta juga kolam berundak-undak.
Sangat tinggi
Hati-hati jatuh
Kita tidak boleh menggunakan alas kaki jika mau berendam di air panas atau sekedar berjalan-jalan di travertine. Kolam pertama disisi jalan sangat ramai pengunjung, jadi saya bersama adik dan Willy jalan sampai ke kolam paling ujung. Semakin ke ujung, pemandangan semakin cantik dan semakin sepi juga. Kalian harus hati-hati kalau berjalan disisi travertine karena ada bagian yang licin. Kan serem kalau terpeleset jatuh ke jurang😣.
Duduk sambil menikmati aliran air panas di kaki
Yeay, sampai paling ujung!
Saya nggak ikutan berendam seperti yang dilakukan para turis disini. Palingan hanya membasahi kaki saja, lalu tangan. Airnya memang hangat tapi menurut saya tidak terlalu panas. Lagian, matahari bersinar begitu teriknya di tempat ini dan pantulan cahaya ke travertine berwarna putih sangat menyilaukan mata. Saya malah berpikir, air hangat disini malah karena pemanasan matahari yang sangat terik, bukan dari sumbernya😅.

Sekitar dua jam bermain air hangat, berjalan sampai ke ujung, dan berfoto sepuasnya, saya kembali ke tempat Mama dan tante menunggu. Saya kehausan dan berkeringat. Untung Mama sudah membeli jus jeruk dan saya minum sampai habis saking hausnya. Padahal ini masih musim semi. Kebayang betapa panasnya kalau kesini di musim panas. Bisa sekalian untuk berjemur kali ya.
Bukit tempat paragliding
Oh iya, kalian bisa bermain paralayang (paragliding) disini dengan harga sekitar $70. Saya sih pengen banget, hanya saja takut kesorean karena kami masih harus mengejar mobil tur ke Izmir. Perjalanan dari Hierapolis ke tempat paralayang mungkin sekitar 30 menit, ditambah sejam terbang, dan 30 menit untuk kembali lagi. Bisa-bisa tur berakhir jam 4 sore, sedangkan mobil ke Izmir kami book pukul 2 siang. Waktu itu saya salah membeli tiket pesawat ke Kayseri dari Izmir, padahal di Denizli juga ada bandara dan bisa juga terbang ke Kayseri. Jadi terbuang waktu yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk paragliding.

Okelah, nanti saya lanjutkan lagi ceritanya. Semoga bermanfaat. Sampai jumpa!

Beberapa foto dari kamera Iphone 8 plus milik saya dan kamera Fujifilm Willy Sebastian (Instagram : willyarrows)

Sumber:
https://en.wikipedia.org/wiki/Hierapolis
https://whc.unesco.org/en/list/485
https://wikitravel.org/en/Pamukkale

Juni 09, 2018

What's on Pamukkale?

Selesai sarapan di Nicea Hotel Selçuk, sekitar pukul 11 siang, kami harus meninggalkan kota adem ini untuk melanjutkan destinasi berikutnya ke Pamukkale. Mobil jemputan sudah siap di depan hotel yang sudah kita book melalui tur guide ke Ephesus kemarin. Sebenarnya mau mencoba naik kereta antar kota. Tapi mengingat membawa orang tua dan takutnya agak ribet mengejar kereta, jadi kami memutuskan untuk naik mobil saja. Harganya nggak beda jauh (110 Lira perorang), langsung di jemput di hotel, dan nggak usah sambung-menyambung kendaraan.

Perjalanan ditempuh selama 2.5 jam sampai 3 jam (agak lupa berapa lama persisnya). Sempat mampir di rest area sekedar untuk ke toilet atau membeli souvenir. Kami tiba di Sahin Hotel, Pamukkale sekitar pukul 2, pas jam makan siang. Di seberang hotel sudah terlihat gunung batu kapur berwarna putih yang sangat populer. Sebenarnya kalau kalian mau ke kolam air panas bisa mendaki  gunung dari depan hotel, tapi itu agenda kami besok dan karena bawa orang tua nggak mungkin disuruh hiking ke atas😅.

Kami check in hotel Sahin, menaruh koper di kamar, dan makan siang di Hotel. Kami memesan 3 menu yaitu ayam, sapi, dan ikan trout. Menurut saya rasa makanannya biasa aja dan terlalu mahal untuk porsi yang agak kecil. Bahkan nasi hanya 2 sendok makan saja tapi disediakan roti yang boleh kita makan sepuasnya. Selagi makan siang, petugas hotel bertanya kita mau kemana aja hari ini dan besok? Saya bilang kalau hari ini belum ada rencana dan petugas hotel menawarkan paket tur milik temannya. Dia meminjamkan hp dan menyuruh kita untuk ngobrol sendiri dengan orang tur. Karena suara orang tur kurang jelas ditelepon, ditambah dengan logat English-Turkish, saya jadi kurang paham mereka ngomong apa. Alhasil, orang tur akhirnya datang ke hotel Sahin dan mengobrol langsung dengan kita. Dia menawarkan harga 270 Lira untuk tur keliling Pamukkale hari ini, besok, dan diantarkan ke hotel di Izmir. Berhubung saya dan keluarga tipe jalan-jalan santai dan mau nggak ribet, kita setuju aja membayar 270 Lira. Udah ditawar tapi nggak bisa😅.

Sebelum melanjutkan postingan tentang Pamukkale, saya akan menjelaskan sedikit tentang Travertine (travertin) yang mungkin akan sering saya sebut selama di kota ini . Travertin adalah bentuk batu kapur yang didepositkan oleh mata air mineral, terutama air panas dan paling terkenal di Pamukkale. Travertin sering memiliki penampilan berserat atau konsentris dan ada yang berwarna putih, cokelat dan biasanya berwarna krem​​.

Baiklah, saya akan menceritakan agenda saya hari ini di Pamukkale. Mari disimak:

Laodikeia
Mobil tur mengantarkan kami ke sebuah kota reruntuhan yang sangat luas membentang. Setelah kami turun, mobil tur malah pergi dan kita jadi seperti ditinggalin sendiri disana. Jadi teringat supir mobil tur kita setiap saya bertanya selalu menjawab dengan, "you know.... you know... bla bla bla... you know..." Dan ntah berapa kali saya menjawab, "Ye, I know.😩" Saya dan keluarga berjalan menyusuri jalanan setapak berbatu dan sampailah ketempat pilar-pilar yang sedang ada orang berfoto untuk acara pernikahan. Nggak enak juga kesini tanpa ditemani tur guide karena kami jadi nggak ngerti kota apa ini, kecuali baca sendiri di internet.
Jalan setapak
Reruntuhan pilar-pilar
Mari kita belajar sejarah Romawi (lagi). Saya dan keluarga kembali dibawa ke reruntuhan yang dulunya adalah kota metropolitan kuno di Phrygia Pacatiana yang dibangun di tepi sungai Lycus (Çürüksu), di Anatolia dekat desa modern Eskihisar Denizli, Turki. Kota ini semula disebut Diospolis, "Kota Zeus", dan kemudian Rhodas, lalu akhirnya menjadi Laodikea. Menurut sejarah, Laodikeia didirikan oleh Antiokhos II Theos, pada tahun 261-253 SM, untuk menghormati istrinya Laodice.
Pemandangan indah dan sunyi senyap
Pada zaman dahulu sering sekali terjadi gempa di tempat ini, makanya Laodikeia hancur berantakan. Sempat direstorasi berkali-kali tapi hancur kembali dan pada akhirnya ditemukan setelah menjadi ladang pertanian. Mungkin sewaktu para petani sedang menggali ladang, malah ditemukan banyak artefak pada jaman kuno. Penggalian Laodikeia telah mengungkapkan artefak yang berasal dari 3500 SM (Late Chalcolithic) hingga 3000 SM (Zaman Perunggu Awal). 
Indah
Pilar-pilar teater
Pada tahun 1970-an, Laodikea hanya merupakan area yang luas (5 kilometer persegi / 2 mil persegi) terdiri dari bukit-bukit yang tertutup rumput liar, dengan potongan-potongan reruntuhan di sana-sini, dan sama sekali tidak ada pengunjung. Beberapa teater cukup terlihat, tetapi sedikit yang bisa dibedakan satu dengan yang lainnya. Sampai sekarang pun ketika saya kunjungi, tempat ini masih sangat sepi. Bahkan saya mungkin tidak akan berani mengunjungi tempat ini di malam hari.
Teater lainnya
Pulang aja deh
Ada juga reruntuhan dibawah tanah yang agak sulit untuk difoto. Terdapat beberapa pilar-pilar dan patung yang tergeletak di tanah dan jalan yang (mungkin) bisa dilalui. Suasananya terlalu sepi dan saya kurang suka tempat ini. Sekitar 30 menit berkeliling, kami kembali ke pintu masuk. Kebetulan mobil turnya juga sudah datang kembali.
Cafe yang udah tutup di pintu masuk
Kaklik Magarasi
Pamukkale sangat terkenal karena travertin-nya. Begitu menakjubkannya gunung batu putih ini sehingga menarik lebih dari 2 juta pengunjung setiap tahun, menjadikannya sebagai tujuan wisata paling populer di Turki. Nah, ada tempat wisata unik lainnya yaitu "Underground Pamukkale", Gua Kaklik (Kaklik Magarasi). Terletak sekitar 45 km dari Pamukkale, gua itu ditemukan setelah runtuhnya struktur tanah diatasnya akibat gempa dan baru dibuka untuk umum sejak 2002.
Plang di depan gua
Tangga ke bawah
Pose dulu
Ketika kalian berjalan turun kebawah, mulai tercium bau sulfur yang sangat pekat. Hal ini dikarenakan air yang mengalir di dalam gua mengandung belerang dan sodium bikarbonat. Saya sempat mengambil airnya dan mengoleskan ke kulit yang gatal-gatal atau ada bekas gigitan nyamuk. Sewaktu pertama dioleskan sih nggak keliatan hasilnya. Tapi setelah pulang ke Indonesia baru kelihatan kulit jadi mulus dan bersih, hihihi😍. Lumayan perawatan kulit secara alami.
Air belerang
Air belerang dan travertin
Sudah ada tangga yang bisa ditapaki untuk turun ke dalam gua. Kira-kira 190 meter panjangnya, dan titik terdalam dari gua adalah sekitar 14 meter dari pintu masuk. Menurut saya pemandangan di dalam gua sangat cantik dengan lampu yang membuat travertinnya agak berwarna hijau cerah. Sayang banget Mama dan tante saya nggak ikutan turun padahal tangganya enak banget nggak terjal sama sekali.
Kolam air belerang
Mama dan tante duduk cantik dibawah pohon Maple menunggu saya bereksplorasi
Santai sore
Mobil tur membawa kami pulang ke hotel sekitar pukul 7 malam (masih sore bahkan masih lama waktu magrib). Saya dan keluarga memutuskan untuk jalan-jalan sekalian menikmati waktu senja. Saya sempat membeli es krim Turki yang terkenal dengan penjual es krim suka banget isengin pembeli. Benar saja, ntah berapa kali dikerjai, baru akhirnya bisa menikmati es krim 2 tangkup, hihihi. Mama juga sempat dikerjain dan mereka tega juga isengin orang tua. Nanti kualat loh😂.
Es krim Turki
Sore itu kami duduk-duduk di taman dekat gunung travertine sambil santai sore. Asik juga melihat warga lokal menghabiskan waktu bercengkrama dengan keluarga dan kami bisa merasakan hal yang sama. Memang kalau berkungjung ke suatu tempat adakalanya kita harus berbaur dengan masyarakat lokal, bukan sebagai turis. Saya sangat menikmati udara dingin sejuk sambil menikmati es krim. Sekaligus pemandangan anak-anak mengejer bebek yang menurut saya si bebek juga senang di kejar anak itu😅.
Duduk diantara bunga Pansy
Mengejar bebek
Kolam tempat bebek berenang dan bukit Travertin
Setelah adzan magrib berkumandang (jam 8 malam), kami memutuskan untuk menyudahi santai sore karena matahari sudah terbenam. Kami mampir di sebuah Chinese Resto karena kangen masakan Asia. Saya tidak memfoto makanannya tapi yang saya ingat saya sempat makan sebuah menu yang ada rempah pahit banget. Sewaktu kami tergigit rempah itu, rasanya mulut pahit dan pedas 😣sampai harus minum berkali-kali dan makan makanan manis baru rasanya bisa hilang. Nggak enak bangetttttt😭.

Baiklah, besok kita akan mengeksplorasi kolam air panas dan reruntahan kembali. Stay tuned!

Beberapa foto dari kamera Iphone 8 plus milik saya dan kamera Fujifilm Willy Sebastian (Instagram : willyarrows)

Sumber:

Follow me

My Trip