Juni 30, 2018

Cappadocia Green Tour

Khusus di Cappadocia, saya full menggunakan tour turkeyinsider.com karena agak sulit mencapai tempat-tempat wisata disini. Selain antar satu tempat ke tempat lain jaraknya jauh, jalannya menanjak dan menurun, belum lagi masih ada sisa capek perjalanan dari kota-kota sebelumnya. Sempat mencari-cari di tripadvisor, tur mana yang nggak begitu mahal tapi worth to try. Akhirnya banyak yang menyarankan dan me-review dengan baik Turkeyinsider. Menurut saya, jasa tur di Turki sangat profesional dan menyebar hampir di seluruh penjuru kota. Mereka juga menjamin keamanan kita dalam bertransaksi kartu kredit. Kalian tenang saja, RancupidTravel segera akan membuka trip ke Turki. Ditunggu ya.
Terlihat Mr. Erciyes di ujung sana
Tur di Cappadocia yang saya book selama 3 hari 2 malam terbagi dalam tiga rangkaian, yaitu : Green Tour (hari pertama), South Tour (hari kedua), dan North Tour (hari ketiga). Hari pertama terpotong setengah hari untuk penjemputan di bandara, dan hari terakhir juga dipotong untuk pengantaran ke bandara juga. Saya akan membahas tentang Green Tour di hari pertama. Sebelum memulai rangkaian tur, kami dikumpulkan di sebuah meeting point yang berada di tempat yang sangat tinggi sehingga kawasan Cappadocia terlihat hampir seluruhnya. Bahkan kalian bisa melihat gunung es Erciyes yang merupakan puncak tertinggi di Anatolia (Turki bagian Asia). Kami menunggu mobil tur dan beberapa peserta tur yang lain di meeting point, baru selanjutnya kami berangkat ke lokasi. Barang-barang kami katanya sudah dibawa langsung ke hotel.
Pemandangan Cappadocia dari meeting point
Belisirma Restaurant
Tujuan pertama di Cappadocia adalah makan siang. Mungkin kita disuruh mengisi perut terlebih dahulu, biar kuat mendaki gunung dan melewati lembah. Mobil tur diparkir di sebuah resto yang berada di pinggir sungai Melendiz. Kalian tau? Suasana di resto ini sungguh sangat indah dan tentram. Dengan pepohonan hijau, air sungai yang sangat jernih, suara burung berkicau, ahhhh sungguh surga dunia. Subhanallah😍😍😍. Agak mengherankan dibalik bukit-bukit tandus terdapat lembah dengan pepohonan hijau yang sangat asri.
Saung-saung di tengah sungai
Kalian bisa memilih dimana pun tempat yang kalian inginkan untuk duduk sambil menikmati makan siang. Karena membawa orang tua, agak nggak mungkin untuk duduk berlesehan di saung-saung yang berada di tengah sungai. Padahal unik banget makan di tengah sungai tapi kasihan Mama dan tante nanti malah sakit lututnya kalau kelamaan duduk bersila. Akhirnya kami duduk di pinggir sungai sambil tetap bisa menikmati suara gemercik air dan burung berkicau yang menenangkan hati.
Ikan Trout bakar
Kami memesan menu ikan trout yang merupakan salah satu ikan favorit saya. Ikan trout dibakar dengan cabe hijau besar ikutan dibakar juga. Ntah apa enaknya cabe dibakar😆, hahaha. Kalian harus mencoba ikan trout karena rasanya enak banget, dagingnya lembut, bahkan dulu di New Zealand ikan ini lebih mahal dari salmon. Saya dan keluarga mengobrol sambil menikmati makanan. Tur guide beberapa kali menghampiri kami dan mengajak ngobrol, juga meminta penilaian kita tentang resto dan makanannya. Menurut saya tempat ini hampir sempurna untuk sebuah resto di tengah hutan. I really love it💗.
Resto di tengah hutan
Ihlara Valley
Sudah kenyang? Mari menyusuri hutan. Kata guide, kalian bisa berjalan sejauh 1 km menyusuri  jalan setapak di tepi sungai Melendiz. Mama dan tante kami tinggal di resto karena agak takut trekkingnya susah. Cuaca juga mulai terik banget dengan suhu mencapai 26 derajat. Kebayang saya trekking pake sweater, jadi keringetan deh.
Aliran sungai Melendiz
Pepohonan hijau
Ihlara Valley agak mirip dengan beberapa hutan di Indonesia. Yang berbeda mungkin pohon-pohonnya yang terdiri dari pohon Poplar dan Pistachio. Bisa jadi pohon-pohon ini ada di Indonesia, tapi saya kurang tau. Kami berjalan menyusuri jalan setapak yang lumayan landai. Terkadang harus naik ke batu-batuan besar juga. Kalian juga bisa melihat Goa-goa yang pernah dihuni oleh masyarakat setempat beratus atau beribu tahun yang lalu.
Kulari ke hutan
Setengah jam berjalan, kami tidak menemukan ujung jalannya. Sudah bertanya pada orang yang berjalan pulang, tapi mereka bilang juga tidak melanjutkan perjalanan dan berhenti di tengah jalan. Ada rasa penasaran juga ingin sampai ujung, tapi takutnya nanti nggak keburu pulang. Akhirnya saya, adik, dan Willy memutuskan untuk kembali ke Belisirma Restaurant saja daripada melanjutkan perjalanan. Sesampai di resto, guide sudah menunggu kami kembali karena sudah waktunya menuju ke destinasi berikutnya. Seperti biasa, saya menggandeng tante, dan adik menggandeng Mama, lalu kami pun menuju mobil tur.
Menggandeng tante
Winery
Saya sudah coba browsing nama tempat ini tapi tak satupun ada website yang menjelaskannya. Tur guide sih bilang nama tempatnya waktu itu tapi saya lupa dan nggak ada di itinerary sewaktu saya coba baca ulang. Ini adalah destinasi bonus dan tur guide.
Pintu masuk winery
Mama dan tante
Menurut yang saya ingat, bangunan yang menyatu dengan bukit ini adalah sebuah tempat pembuatan anggur jaman purbakala. Di dalamnya kalian bisa melihat alat dari kayu yang masih dalam kondisi baik. Kami hanya 10 menit saja disini sambil menikmati keindahan lembah Ihlara yang sangat cantik dari tempat saya berpijak. Subhanallah indahnya😍. Pohon-pohon hijau seolah tersusun rapi membuat pemandangan sejauh mata memandang sangat memukau. Kalian harus kesini kalau nanti suatu hari jalan-jalan ke Cappadocia. Kalau kalian tau nama tempatnya, silahkan tinggalkan komentar di postingan ini ya. Nanti saya akan revisi
Pemandangan indah sejauh mata memandang
Derinkuyu Underground City
Selain terkenal dengan Goa, Cappadocia juga memiliki kota bawah tanah. Tur guide membawa kami ke Derinkuyu yang memiliki kedalaman hingga 54 m (177 kaki) di bawah permukaan tanah (merupakan kota bawah tanah terbesar di Cappadocia yang pernah di gali). Kota tersebut dapat menampung hingga sekitar 20.000 orang beserta hewan ternak dan bahan makanan. Sebelum masuk ke kota bawah tanah, guide bertanya dulu pada kami apakah ada diantara kami penderita Claustrophobia (rasa takut yang berlebihan terhadap ruang sempit)? Karena mulai dari masuk awalnya saja kami harus menuruni tangga sempit dengan langit-langit yang rendah sejauh 14 meter. Sebenarnya beberapa penderita asma adalah Claustrophobia, dan saya tidak termasuk kedalamnya, alhamdulillah.
Plang Derinkuyu
Pertama masuk ke dalam kota bawah tanah, seperti yang saya ceritakan sebelumnya kalau kami harus menuruni tangga dengan membungkuk karena takut kesantuk langit-langit yang rendah. Kata guide, kalau jalan menurun sih gampang. Yang susah kalau menaik. Sesampai di sebuah ruangan, saya merasa langsung kedinginan. Kata guide, tempat ini suhunya berubah sesuai musim. Di musim panas, kota akan berubah jadi dingin (banget) dan ketika musim dingin, kota akan lebih hangat. Menurut saya sih suhunya terlalu dingin di bawah tanah, untung saya pakai sweater.
Tangga masuk
Ruangan sempit
Guide mulai menjelaskan sedikit cerita tentang tempat ini. Situs kota bawah tanah Derinkuyu mulai dibuka untuk umum pada tahun 1969, dan 10%-15% dari keseluruhan situs saat ini dapat diakses oleh para wisatawan. Kota bawah tanah ini semula terbentuk sepenuhnya pada masa Bizantium, yang ketika itu kerap digunakan sebagai perlindungan terhadap Muslim Arab selama peperangan Bizantium-Arab (780-1180). Derinkuyu terhubung dengan kota-kota bawah tanah lainnya melalui terowongan yang panjangnya bermil-mil. Beberapa artefak yang ditemukan di pemukiman bawah tanah tersebut berasal dari Periode Bizantium Tengah, yaitu pada abad ke-5 hingga ke-10. Kota-kota ini tetap dipakai oleh para penduduk asli Kristen sebagai tempat perlindungan terhadap serangan suku-suku Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk pada abad ke-14.
Banyak ruangan
Setelah wilayah ini jatuh di bawah kekuasaan Utsmaniyah, kota-kota digunakan sebagai lubang perlindungan terhadap penguasa Muslim Turki. Hingga akhir abad ke-20, penduduk Cappadocia Yunani dari waktu ke waktu masih menggunakan kota bawah tanah untuk melarikan diri dari pengejaran kesultanan Utsmaniyah. Kalian bisa melihat lubang udara sebagai ventilasi, pintu roda yang akan ditutup kalau para penduduk merasa terancam, tangga-tangga yang menghubungkan ruang demi ruang, sangat lengkap untuk sebuah perkotaan yang dibangun di dalam tanah. Nggak kebayang berapa banyak orang yang dikerahkan untuk membangun kota dan alat apa saja yang digunakan untuk memecahkan dinding Goa dibawah tanah.
Tangga dan jalan kota
Ruang demi ruang
Derinkuyu sempat menghilang setelah peperangan usai dan ditemukan kembali pada tahun 1963. Katanya, warga menemukan sebuah ruangan misterius di balik dinding di rumahnya dan melaporkan pada pemerintah setempat. Penggalian pun dilakukan dan selanjutnya telah membuka penemuan terhadap jaringan terowongan di kota bawah tanah tersebut.
Merenungi betapa hebatnya orang terdahulu dalam membangun kota ini
Saya sempat bertanya pada guide bagaimana caranya orang ke toilet 💩pada saat itu😅. Kan nggak mungkin digali lubang dan dikubur kembali. Ternyata mereka poop 💩 di guci😱, lalu membawa keluar gucinya dan dibersihkan di luar. Orang-orang tidak terus-terusan berhari-hari didalam kota karena mereka akan tetap keluar dari tempat ini untuk membeli persediaan makanan dan menghirup udara luar. Oh ya, mereka juga memiliki ruang penyimpanan makanan yang bisa tahan berbulan-bulan. Bahkan sayuran bisa masih segar walaupun sudah disimpan sangat lama. Saya juga bertanya apakah pernah ada pengunjung yang kesasar disini tapi nyatanya nggak ada. Kalau kita nyasar, tinggal teriak aja dan gema suara kita akan terdengar oleh penjaga yang bertugas diatas tanah.

Setelah puas berkeliling kota, kami naik kembali ke atas. Seperti yang diperingatkan guide sebelumnya kalau menaiki tangga sambil membungkuk akan lebih melelahkan daripada menuruninya. Sampai ada orang Singapura yang ikut rombongan kami harus duduk dulu di tangga karena ngos-ngosan banget, baru melanjutkan menaiki tangga lagi setelah napasnya lebih tenang. Untung saja saya lumayan sering trekking dan 14 meter adalah jarak mendaki yang masih bisa saya tempuh dalam satu napas saja.

Perjalanan hari ini seru sekali dan kami kemudian diantar ke hotel yang sangat WOW. Penasaran? Nanti saya cerita lagi ya. Sampai jumpa!

Beberapa foto dari kamera Iphone 8 plus milik saya dan kamera Fujifilm Willy Sebastian (Instagram : willyarrows)

Sumber:

0 comments:

Follow me

My Trip