Hari kedua di Cappadocia, kami akan memulai untuk mengikuti South Tour. Jangan tanya arah selatan mana yang akan kami kunjungi karena saya dan keluarga hanya mengikuti kemana guide membawa pergi. Guide menjemput kami di hotel sekitar pukul 10 pagi, pas banget setelah sarapan dan ke toilet dulu sebelum melakukan perjalanan. Kami meninggalkan kamar hotel dengan berantakan dan yang menyenangkannya adalah pas pulang nanti kamar sudah rapi kembali.
Göreme Open-Air Museum
Destinasi pertama yang akan kami kunjungi adalah Göreme Open-Air Museum yang merupakan tempat yang paling populer di Goreme dan juga termasuk ke dalam situs warisan dunia UNESCO pada tahun 1984. Sebenarnya tempat ini adalah kompleks gereja dan biara yang berasal abad ke 11. Gereja-gereja yang ada disini dibangun dari bukit bebatuan khas Cappadocia dalam jumlah yang lumayan banyak.
Bukit di depan kompleks Museum |
Peta |
Sekarang gereja-gereja ini tidak lagi berfungsi sebagai tempat ibadah, sehingga dijadikan museum. Guide bilang kalau dulu disini umat Muslim juga membuat sebuah Madrasah (tempat menimba ilmu islam). Sejak dulu Muslim dan Katolik hidup damai sampai Perang Dunia pecah yang mengakibatkan semua orang harus mengungsi untuk menyelamatkan diri. Awalnya saya merasa agak aneh sewaktu mendengar nama Open-Air, ternyata karena museum ini tidak seperti kebanyakan Museum yang berada di dalam ruangan (indoor). Kalian bisa mengelilingi museum yang berada di tempat terbuka.
Salah satu asrama biarawan/wati |
Gereja |
Di awal pintu masuk, kita akan melalui jalanan menanjak dan menurun ketika menelusuri komplek ini. Mama dan tante tidak ikutan bereksplorasi museum karena medannya agak sulit. Kalau mau memasuki salah satu gereja, kita harus menaiki tangga bahkan kadang harus mendaki bukit dulu baru sampai ke tujuan. Saya memasuki hampir seluruh gereja di dalam Goa. Beberapa ruangan terlalu gelap dan tidak diperkenankan untuk mengambil foto. Blitz kamera katanya akan merusak mosaik-mosaik yang ada di dalam gereja.
St. Barbara Church |
Jalan-jalan di museum |
Tidak hanya gereja saja di dalam museum tetapi ada juga peti mati yang masih ada kerangka manusia. Saya sempat merekam IG Story tapi malah lupa mengambil foto. Foto yang saya tampilkan hanya berupa screenshot dari hp. Saya kira Willy ada memotret peti-peti mati tersebut, tapi ternyata tidak. Apa karena takut 'ada' yang muncul tiba-tiba ya💀. Walaupun saya tidak takut per-hantu-an, tapi suasana gelap di dalam ruangan yang ada di dalam bukit agak menyeramkan juga. Untung pengunjungnya ramai dan agak berisik, jadi rasa takut langsung sirna seketika.
![]() |
Kerangka manusia |
Gaya dulu |
Bukit-bukit gereja dilihat dari atas |
Salah satu hal yang menarik lainnya adalah Dark Church atau Karanlik Church. Masuk ke gereja yang satu ini harus membayar 10 Lira. Kata guide, pemerintah sengaja memungut dana untuk masuk ke gereja agar tidak terlalu ramai pengunjungnya. Padahal harganya murah, cuma peraturan yang memungut biaya itu lumayan membentengi pengunjung sih.
Dark Church |
Gereja Kegelapan ini memiliki mosaik bunga-bunga indah yang masih utuh berkat sedikitnya jendela yang ada disini sehingga cahaya matahari tidak memudarkan warna pada mosaik. Burung-burung juga bersarang di gereja ini dan kotorannya menutupi mosaik yang malah melindunginya dari tangan jahil dan gangguan cuaca. Tak heran, jika kita harus membayar lebih untuk masuk ke gereja ini.
Pintu masuk Dark Church |
Open Air Museum dilihat dari atas |
Walaupun saya memasuki semua gereja, tapi mungkin di dalam museum hanya beberapa menit, lalu berpindah lagi ke museum berikutnya. Kebanyakan yang kita lihat hanya mozaik dan kerangka manusia di peti-peti yang banyak. Memang tidak membosankan karena setiap gereja memiliki mosaik yang berbeda. Tetapi pada dasarnya saya tidak terlalu suka museum. Hampir semua negara yang saya kunjungi, museum agak jarang masuk ke dalam itinerary saya.
Duduk di pinggir bukit |
Uchisar Castle
Setelah puas menelusuri Göreme Open-Air Museum, selanjutnya kami dibawa ke Uchisar Castle. Karena sudah siang dan waktunya makan, jadi kita tidak berlama-lama di istana yang satu ini. Ketika sampai disini, hal pertama yang saya pikirkan adalah, "Istananya mirip sarang tawon"😆 karena bentuknya berbukit ke atas dan banyak lubang jendela yang merupakan kamar-kamar. Jangan berharap akan melihat sebuah istana seperti benteng Eropa umumnya disini.
Istana sarang tawon |
Uchisar Castle merupakan benteng pertahanan yang dibangun oleh penduduk Cappadocia dari zaman Kekaisaran Byzantium. Tentara Byzantium menggunakan benteng ini untuk mengawasi pergerakan musuhnya dari atas. Benteng yang tingginya 1350 meter dari atas permukaan laut ini memang memiliki posisi strategis sebagai menara pengintai. Konon, tentara Byzantium menggunakan kaca untuk memberikan sinyal bahaya jika pergerakan musuh mulai terlihat. Sinyal bahaya ini kemudian diteruskan sampai mencapai Konstantinopel.
Sedang memandang komplek benteng |
Dibawah Uchisar Castle juga terdapat terowongan yang dapat menghubungkan Uchisar dengan tempat-tempat lain di Cappadocia. Namun keberadaan terowongan ini masih belum ditemukan karena banyaknya bangunan atau terowongan yang sudah runtuh dimakan waktu.
Oke, nanti saya tuliskan lagi ya. Sampai jumpa!
Beberapa foto dari kamera Iphone 8 plus milik saya dan kamera Fujifilm Willy Sebastian (Instagram : willyarrows)
Sumber:
0 comments:
Posting Komentar