Juli 16, 2018

Jalan-jalan di Cappadocia

Banyak tempat-tempat yang saya kunjungi ketika berada di Cappadocia baik dalam rangkaian tur maupun jalan sendiri. Supaya dalam satu postingan nggak kepanjangan, biasanya saya satukan cerita yang relevan terlebih dahulu baru nanti saya ceritakan yang random. Seperti di postingan kali ini akan saya bahas tentang tempat-tempat bukan pemandangan alam yang telah saya kunjungi selama di Cappadocia. Saya akan bercerita tentang pertokoan dan Resto yang saya kunjungi. Semoga nggak bosan membaca cerita saya ya.

Ceramic Shop
Sewaktu di Selcuk, saya juga sempat berkunjung ke toko keramik. Turki memang terkenal dengan pengrajin keramik yang sangat lihai dalam melekuk keramik dalam bentuk yang unik dan meliuk-liuk. Kalau di Indonesia, saya hanya tau keramik yang berbentuk vas dengan pembuatannya diputar-putar. Nah, kalau di Turki, ada keramik yang bisa bolong ditengahnya dan biasa digunakan untuk mengisi minuman ketika perjamuan di istana.
Pengrajin keramik
Cara membuatnya lebih rumit dari sekedar vas bunga karena kalian harus menyatukan tiga bentuk tanah liat. Sewaktu diperagakan oleh pengrajinnya sih terlihat gampang banget, cuma 10-15 menit jadi deh. Tapi kata mereka, keramik ini harus diuji dulu kualitasnya agar memenuhi standar mereka, baru setelah itu dapat diperjualbelikan.
Pelukis keramik
Ada pembuat keramik, ada juga pelukisnya. Nah, hal yang satu ini sama ribetnya karena motif Turki itu kebanyakan detail banget dan simetris. Kalau kita biasanya melukis pola dengan menggunakan komputer baru bisa simetris kiri dan kanan, para pelukis keramik ini bisa melukis simetris dengan tangan. Kebayang berapa lama mereka mengasah kemampuan seperti itu. Salut deh! Wajar aja harga kemariknya mahal-mahal. Yang kecil seukuran gelas sake (arak Jepang) saja bisa 100rban. Katanya sih kalau beli keramik yang harganya besar, bisa dikirimkan langsung ke alamat rumah kita di Indonesia dan garansi uang kembali kalau pecah ditengah jalan atau lecet.

Eranos Sarikaya Cave Restaurant
Pokoknya selama di Cappadocia, saya menjadi manusia gua seperti Flinstone. Tidur di gua, makan di gua, tempat wisata pun ke gua-gua. Kali ini kami dibawa oleh tur guide untuk merasakan pengalaman makan daging sapi yang dimasak di dalam keramik di sebuah Resto berbentuk gua. Tempatnya megah sekali, ada live music juga, tapi ya kalian akan merasakan masuk ke kota bawah tanah lainnya.
Pintu masuk gua resto
Lorong di dalam resto
Kami duduk di meja yang sudah di booking oleh tur. Karena kita ramai, jadi harus pisah meja dengan rombongan lainnya. Resto ini sangat luas di dalamnya, kebayang 'gimana caranya mereka menghancurkan bebatuan gunung dan mengorek tanah untuk membangun semua ini. Kalian bisa lihat struktur langit-langit resto yang keras membatu. Insya Allah resto ini nggak akan pernah roboh supaya nggak ada yang terjebak di dalamnya.
Meja resto
Resto ini sangat unik. Ketika koki membawa guci yang berisi daging sapi, beliau bernyanyi dulu baru membagikan dagingnya kepada kami. Di resto ini ada menu nasi, jadi lumayan mengenyangkan. Tidak lupa saya bawa sambal teri agar lebih sedap. Teman travelling yang pernah saya ceritakan di postingan sebelumnya yang heran saya bawa sambal, malah datang ke meja saya dan minta sambalnya. Dia ambil beberapa sendok dan mencicipinya. Saya lihat ekspresinya ketika pertama kali mencicipi sambal dan dia langsung terseyum bahagia. Kata dia, "I miss this spicy flavor and ikan bilis." Orang Malaysia menyebut teri adalah ikan bilis😆. Sempat ngobrol dengan dia agak lama di mobil tur karena duduk bersebelahan dan ternyata dia adalah dokter gigi (dia menyebutkan 'dokter gigi' dengan fasih). Saya suruh cek kawat gigi saya dan dia bilang, "Closing the gap and fixing the bite will takes time, so you have to be more patient - Menutup celah gigi dan memperbaiki gigitan akan memakan waktu, jadi harus sabar." Baiklah.....😔😔😔

Saya sempat shalat di Mushalla resto gua ini. Uniknya tempat shalat untuk shaf cowok kecil banget, sedangkan untuk cewek 4 kali lipat besarnya. Apa cowok-cowok terbiasa sempit-sempitan kali ya? 😆

Ziggy Cafe
Tur guide sempat menyarankan kami mencari makan di resto yang dekat dengan hotel. Kota Ürgüp sebenarnya memiliki sangat banyak resto dan cafe yang nyaman untuk bersantai dan makanannya juga enak. Hanya saja jalanan yang mendaki dan menurun membuat agak nggak mungkin untuk mengajak orang tua. Apalagi jalanannya bukan aspal bakalan sangat menyulitkan.

Akhirnya kami mampir di Ziggy Cafe. Tempat ini pun sebenarnya agak menyulitkan orang tua karena kalau mau makan harus naik tangga terlebih dahulu. Untuk kita orang muda sih enak ya. Disuruh naik tangga sebanyak apa pun santai aja. Berbeda dengan Mama dan tante yang sangat kesulitan. Untung aja setelah menaiki tangga perlahan-lahan, sampai juga ke meja makan. Saya membuka buku menu dan agak bingung juga mau pesan apa. Jadilah memesan makanan agak random.
Menu makanan kita
Kami memesan sate (penasaran sate di Turki seperti apa), daging sapi, telur, pokoknya semuanya yang terlihat menarik di buku menu dipesan. Air mineral (botolnya dipakaikan baju😅) dapat gratis dan ada seorang pelayan bertugas menjaga kita. Kalau air minum habis, langsung dituangin lagi. Salut juga dengan pelayanannya. Makanannya lumayan enak sampai kita jadi pesan lagi sate ayam, hihihi. Kalau untuk harga agak mahal yaitu 40 Lira perorang. Ketika mau pulang, kita diberikan souvenir berupa pembatas buku oleh pelayan Cafe. Lumayan...

Yusuf Yiğitoğlu Konağı 
Malam kedua di Ürgüp. Kami kembali berkeliaran di belakang hotel untuk mencari tempat makan. Kebanyakan masih pada tutup dan saya jadi bingung mau makan kemana. Akhirnya kami memutuskan untuk masuk ke sebuah hotel Yusuf Yiğitoğlu Konağı karena biasanya hotel pasti ada resto. Sempat bertanya pada pegawai resto terlebih dahulu apa kita boleh makan disini dan mereka jawab silahkan saja.
Makanan pembuka
Menu makanan pembuka sudah tersedia diatas meja. Pengalaman saya di Khasmir, kalau kita nggak makan makanan pembuka, maka makanan utama nggak akan disajikan. Jujur aja saya dan keluarga kurang suka makan salad dan sup diawal. Kita orang Indonesia lebih suka mencampurkannya ke nasi. Tapi mau bagaimana lagi, daripada makanan utama nggak keluar. Akhirnya kita paksain juga makan. Setelah makan sedikit, baru pelayan resto mengangkat makanan dan menyediakan makanan utama. Alhamdulillah bisa makan kenyang dan enak juga makanannya. Menu makanan hotel memang biasanya super duper banyak tapi kadang nggak begitu sesuai dengan selera perut nasi padang seperti saya😅.
Suasana resto
Kita membayar 25 Lira perorang untuk makan malam. Lumayan murah juga dibandingkan dengan Ziggy Cafe.

Jalan-jalan sore di Ürgüp
Setelah tur di hari ketiga selesai dan masih sore, saya dan Willy mau nyobain jalan-jalan sore di kota. Mama dan tante udah sakit kaki, jadinya adik harus menemani mereka. Saya dan Willy jalan dari belakang hotel, menyusuri lorong-lorong jalanan (sempat mampir di kios souvenir), dan akhirnya menemukan pusat kota yang ramai. Memang sih jalanannya menanjak dan menurun yang membuat ngos-ngosan juga, tetapi berhubung saya masih muda ya santai aja😁😁😁.
Bunga-bunga gantung
Cafe dan Resto
Saya suka tatanan kota yang dihiasi bunga dimana-mana. Mungkin karena musim semi dimana bunga bermekaran. Bahkan mereka menggantung pot bunga dengan seni sehingga terlihat indah. Udara sejuk dan penduduk super ramah membuat saya jadi senang menikmati sore itu. Saya juga mampir di beberapa pertokoan untuk belanja oleh-oleh dengan harga murah banget. Kebanyakan oleh-oleh yang dibeli di toko souvenir dalam rangkaian perjalanan tur pasti harganya udah dinaikin oleh penjual😓. Tapi memang dimana-mana begitu.
Kota
Di pusat kota banyak banget cafe keren dimana terlihat orang-orang tengah bersantai menikmati segelas kopi atau sekedar mengobrol dengan teman-temannya. Ah, seandainya Mama dan tante nggak sakit kaki, pasti mereka senang melihat suasana seperti ini. Kita jadi bisa melihat potret kehidupan sehari-hari para penduduk kota ini. Ada mesjid juga di tengah kota (di Turki bisa ditemukan mesjid dimana-mana seperti di negara kita).
Mesjid
Selesai jalan-jalan berkeliling kota, saya kembali ke hotel. Sekitar pukul 5 sore, kami diantar ke bandara Kayseri untuk melanjutkan perjalanan ke Istanbul. Sewaktu check-in pesawat Anadolu Jet, kami kelebihan bagasi. Ya tapi bayarannya lumayan murah sekitar 120 Lira saja untuk kelebihan 15 kg. Mau diakalin supaya nggak usah bayar kelebihan bagasi dengan cara ngeluarin barang dari koper bikin ribet, seperti yang teman-teman saya lakukan di bandara Jaipur, India. Mending bayar aja deh, selesai urusannya. Oh ya, saya sempat ketemu orang Indonesia di Mushalla bandara. Kalau mau mengenali orang Indonesia, tinggal lihat aja pasti mereka pakai mukenah kalau shalat, hihihi. 

Baiklah, di postingan selanjutnya, kita akan membuka lembaran baru yaitu kota Istanbul. Sampai jumpa!

Beberapa foto dari kamera Iphone 8 plus dan kamera Fujifilm Willy Sebastian (Instagram : willyarrows).

1 comments:

FirstLombokTour mengatakan...

Yang sarikaya itu unik banget restorannya...

Follow me

My Trip