Saya baru sadar sudah 3 tahun berturut-turut saya ke Bali melulu. Memang Bali nggak ada matinya, selalu ada tujuan eksplorasi baru yang sangat menarik. Dalam beberapa postingan ke depan nanti, mungkin ada tempat-tempat yang sudah pernah saya tuliskan di postingan sebelum ini dengan Label Bali, tentunya dengan pengalaman yang berbeda.
Saya ke Bali pada bulan Mei 2018, seminggu sebelum bulan Ramadhan. Selain karena ada tanggal merah di bulan Mei, kebetulan Rancupid Travel juga buka Open Trip ke Nusa Penida. Berhubung saya belum pernah ke pulau indah itu dan tiket pesawat murah, tanpa berpikir panjang lagi saya langsung memutuskan untuk berangkat. Saat itu saya berangkat dari rumah menggunakan Damri dari D'Mall Depok ke Bandara Halim Perdana Kusumah. Dulu sih masih beroperasi, tapi sekarang nggak ada lagi. Mungkin karena banyak orang belum tau, jadi penumpang pada sepi. Waktu itu saja saya sendiri di Damri sebagai penumpang dan yang satu lagi hanya supir. Padahal penduduk Depok lumayan tertolong dengan adanya Damri ke Halim. Dibuka lagi dong rutenya😇.
Penerbangan ke Bali sekitar jam 2 siang dan sampai kesana sudah pukul 5 sore karena adanya perbedaan waktu. Rezki dan Abby sudah menunggu saya di bandara Ngurah Rai. Kami menyewa mobil seperti biasa, lalu memutuskan untuk jalan-jalan dan belanja dulu di hari pertama. Kita mampir ke toko Eiger untuk membeli dry bag, dilanjutkan ke Krisna untuk beli oleh-oleh, lalu jalan-jalan dan makan-makan di Pasar Ubud. Rasanya Bali memang bikin kangen. Setiap kali kesini pasti ingin kembali.
Untuk pertama kalinya saya menginap di Ubud dengan menyewa sebuah hotel Gita Maha Ubud yang super nyaman. Karena saya tidur sendiri, rasanya kamar terlalu besar dan bergaya vintage malah agak menyeramkan. Belum lagi ada lolongan anjing di tengah malam dan bunyi ketukan di jendela kaca. Ntah ketukan disebelah, atau pun suara cicak, tapi lumayan menyeramkan sih😰. Walaupun sebenarnya saya nggak takut sama hantu (hantu tidak menyebabkan kerugian materil), tapi suasana seperti itu bikin deg-degan juga. Untuk mengusir rasa takut, saya kerja dulu sejenak malam itu (biar konsentrasi), baru tidur.
Besok paginya, saya mandi, sarapan, lalu bersiap check out. Memang cuma menginap satu malam saja di hotel Gita Maha Ubud karena nanti kami akan menginap di daerah Legian. Tujuan hari ini adalah eksplorasi Air Terjun Tukad Cepung yang ada di Bali untuk pertama kalinya. Saya baru tau tentang air terjun ini dari Instagram Bang Rio, lalu menyuruh teman saya untuk memasukkan destinasi ini ke itinerary kita selama di Bali. Lokasi air terjun ini dari hotel kita lumayan jauh, sekitar satu jam perjalanan dengan menggunakan mobil. Lumayan bikin ngantuk di jalan karena suasana yang enak melewati jalan dengan banyak pohon rindang.
Air terjun Tukad Cepung berada di kawasan Bali Tengah, Kabupaten Bangli, yang merupakan kawasan dimana wilayahnya tidak berbatasan dengan laut. Bangli dikenal sebagai kawasan berhawa sejuk dengan pepohonan rindang. Selain air terjun Tukad Cepung ada beberapa wisata alam terjun di kabupaten ini yang cukup dikenal seperti air terjun Tibumana dan Dusun Kuning. Saya baru tau kalau ada banyak air terjun di Bali karena selama ini saya lebih sering jalan-jalan ke daerah pantainya saja.
![]() |
Trekking ke Tukad Cepung |
Sesampai di lokasi, kami memarkir mobil lalu membeli tiket masuk seharga Rp. 10,000. Seperti air terjun dimana pun, kita harus trekking terlebih dahulu menyusuri jalan setapak dan menaiki banyak anak tangga menuju air terjun. Lumayan jauh jalannya dan juga harus menuruni tebing terjal dan melewati bebatuan. Kalau jalan turun sih enak, yang susah pas naik nanti😅. Barulah kemudian kami menemukan sebuah sungai yang sangat jernih yang berasal dari air terjun Cepung, dimana ada cahaya matahari yang mengintip dari celah-celah tebing. Subhanallah indahnya😍. Disini aja kita udah kegirangan dan berfoto, padahal belum sampai ke tujuan.
![]() |
Menuruni anak tangga |
![]() |
Melewati sungai |
![]() |
Berfoto diantara cahaya matahari yang menyisip dari tebing |
Beberapa orang yang lewat bilang, "Foto di dalam aja, lebih bagus." Mungkin karena kita sibuk berfoto terus di tempat yang menurut mereka biasa aja. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan, melawati celah sempit diantara bebatuan, sampai akhirnya di ujung perjalanan kita disambut oleh pemandangan air terjun spektakuler. Masyaa Allah😍. Udah lama nggak ke air terjun, jadi semangat banget melihat aliran air deras dengan tebing-tebing batu tinggi mengapit pada sisi kiri dan kanan. Saya langsung berfoto dengan kamera hp (Iphone 8+ tahan air tawar asal jangan dibawa berenang aja) dan agak menyesal nggak ngecas GoPro biar dapat gambar lebih luas (wide). Percikan-percikan air membasahi wajah sampai harus membasuh muka beberapa kali ketika mengambil foto. Belum lagi lensa kamera hp harus di bersihin juga agar gambar nggak ngeblur. Saran saya kalau berwisata ke air terjun sebaiknya bawa kaca mata renang supaya bisa melihat lebih jelas.
![]() |
Air terjun Tukad Cepung |
Setelah puas bermain dan berfoto, kami berjalan pulang. Nah, baru deh terasa ngos-ngosan ketika harus mendaki tebing dan menaiki anak tangga yang banyak😰. Alhamdulillah masih kuat. Palingan harus istirahat sebentar, baru lanjut mendaki lagi. Tebing ke Tukad Cepung ini nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan tebing Pantai Klingking yang saya panjat di Nusa Penida. Wahh, itu udah 100 kali lipatnya.
Setelah basah-basahan, paling enak kalau makan pisang goreng. Saya nongkrong dulu di warung sambil makan gorengan selagi teman-teman ke toilet. Setelah mereka selesai, baru kami kembali ke parkiran untuk naik mobil dan melanjutkan ke destinasi selanjutnya. Nanti saya cerita lagi ya. Sampai jumpa!
Sumber:
2 comments:
Bagus min lokasinya,,tp kalo musim penghujan ngeri juga kalo ada air bandang.
Cocok Buat hunting foto min.mantaap.
Posting Komentar