Agustus 08, 2018

Dolmabahce Palace and Galata Tower

Masih ada lagi peninggalan sejarah Kesultanan Ottoman di Turki yang saya dan keluarga kunjungi selama berada di Istanbul. Kota ini memang dipenuhi oleh sejarah sehingga saya dapat menceritakannya dengan singkat, padat, dan jelas kepada kalian. Anggap saja blog ini seperti artikel sejarah yang ditulis dengan santai oleh saya yang sebenarnya baru beberapa tahun ini mulai menyukai sejarah😅. 

Kali ini cerita sejarahnya nggak sepanjang postingan sebelumnya kok, tapi foto-foto yang diambil oleh Willy bagus-bagus banget dan sayang kalau tidak di posting disini. Mari kita simak!

Dolmabahce Palace
Dalam rangkaian tur selat Bosphorus, kami sempat mengunjungi salah satu istana yang berada di pinggir selat Bosphorus bernama Dolmabahce Palace yang kini sudah beralih fungsi menjadi museum. Arti Dolmabahçe berasal dari bahasa Turki, 'dolma' berarti "dipenuhi" dan dari bahasa Persia 'bahçe' berarti "taman." Benar sekali, istana ini memiliki taman yang sangat luas dan menyejukkan mata karena berada di pinggir selat, dibawah salah satu jembatan Bosphorus, dan dihiasi bunga tulip 🌷🌷🌷yang bermekaran berwarna-warni. Subhanallah indahnya😍. Ketika masuk ke taman istana, kalian akan diberikan alat bantu berupa microphone untuk menceritakan sejarah setiap tempat dan ruangan yang ada di istana dalam berbagai bahasa yang bisa kita pilih.
Jembatan Bosphorus
Istana Dolmabahçe adalah tempat kediaman Sultan ke-31 Kesultanan Ottoman yaitu Sultan Abdul Majid I yang dibangun antara tahun 1843 dan 1856. Sebelumnya, Sultan dan keluarganya tinggal di Istana Topkapi seperti sultan-sultan Ottoman terdahulu. Tetapi karena istana Topkapi pada abad pertengahan dianggap terlalu kontemporer, kurang mewah dan kurang nyaman dibandingkan dengan istana raja-raja Eropa, maka Sultan Abdul Majid memutuskan untuk membangun istana modern baru di dekat lokasi bekas Istana Beşiktaş Sahil, yang telah dihancurkan. 
Bangunan istana bergaya Eropa
Kemewahan memang sangat terasa ketika kalian masuk ke dalam istana dimana semua perabotannya sangat mewah, berukiran dengan detail, karpet mewah, dinding-dinding berukiran yang dikerjakan dengan tangan, candilier, lemari, ranjang, kursi, yang masih utuh dan terjaga tanpa lapuk dimakan waktu. Sayang, kami tidak bisa mengambil gambar di dalam istana karena pengamanannya sangat ketat. Bahkan untuk merekam instagram story pun tidak bisa. Yang menarik perhatian saya adalah ruang meeting Sultan yang menghadap langsung ke Selat Bosphorus. Kebayang betapa nyaman dan indahnya tempat itu. Kalau saya sih nggak bisa meeting disitu, keburu ngantuk karena terlalu nyaman😴.
Ada dua patung singa
Oh ya, di pintu masuk istana kalian bisa melihat ada dua patung singa. Menurut cerita sejarah, Sultan Abdul Majid suka memelihara singa dan dibiarkan berkeliaran di halaman rumahnya, makanya sampai dibuat patungnya. Agak heran, kenapa orang kaya Muslim seperti contoh di negara-negara Arab suka memelihara kucing besar? Mungkin karena dalam islam tidak boleh pelihara anjing. Jadi untuk menjaga rumah, sekalian aja pelihara singa, harimau, atau jaguar. Kalau saya jadi maling, jujur aja, mending nggak usah malingin rumah yang ada jaguar deh🙈🙈🙈. Daripada mati terkoyak-koyak🙊🙊🙊.

Galata Tower
Hari terakhir di Istanbul, Willy mengajak kami ke Galata Tower. Sebenarnya tempat ini tidak ada dalam itinerary kami ketika mengunjungi Istanbul tapi saya ikut aja kemana Willy pergi. Kami keluar pagi-pagi dari Hotel, belanja jaket sebentar, baru naik tram ke Galata Tower. Agak sulit mencapai tempat ini karena harus sambung-menyambung Tram, menyebrang jalan dengan mobil melaju kencang😨, dan harus jalan menanjak dimana Mama dan tante saya pasti kesulitan setengah mati. Alhasil, sebelum terus berjalan menanjak menuju Galata, saya menitip Mama dan tante di Cafe untuk menikmati teh Turki😎.
Galata Tower
Galata Tower adalah menara batu abad pertengahan di kawasan Galata / Karaköy di Istanbul dan menjadi salah satu landmark kota yang paling mencolok. Menara ini berbentuk silinder tinggi dengan tutup berbentuk corong, memiliki sembilan lantai dengan ketinggian 66.9 m. Menara ini memiliki diameter eksternal 16,45 m di dasar, diameter dalam 8,95 m, dan tebal dinding 3,75 m. Perjalanan menuju menara yang satu ini sangat melelahkan karena menanjaknya lumayan curam. Saya sampai harus berhenti dulu, mengatur napas, baru jalan lagi.

Sesampai di kaki menara, saya kaget melihat antrian yang Masya Allah panjangnya seperti ular naga. Haduh, kapan kelarnya ini?? Mana nggak ada calo seperti di Hagia Sophia. Pada awalnya saya, adik, dan Willy masih bersabar mengantri. Setelah 15 menit, adik saya mulai males menunggu dan membujuk saya untuk ke tempat lain saja. Awalnya kasihan Willy, tapi saya jadi terbujuk rayuan adik dan akhirnya saya pergi meninggalkan Willy. Maafkan aku teman. Jadilah Willy mengantri selama satu jam sampai akhirnya dia berhasil masuk ke Galata dengan membayar tiket seharga 25 Lira.
Pemandangan dari Galata Tower
Terlihat 2 jembatan
Pada tahun 1717, menara Galata digunakan oleh Kesultanan Ottoman untuk memantau kota apabila terjadi kebakaran atau apabila terjadi hal yang tidak beres karena dari puncak menara bisa terlihat pemandangan 360 derajat Istanbul. Foto-foto dari atas menara Galata ini diambil semua oleh Willy dan saya takjub melihat keindahannya. Subhanallah😍. Jadi agak menyesal nggak ikut sabar mengantri, hihihi.

Baiklah, cerita postingan ini singkat saja karena sejarahnya sudah selesai diceritakan semua. Postingan selanjutnya tentang belanja-belanja dan makan-makan. Pasti kalian suka😆😆😆. Sampai jumpa!

Beberapa foto dari kamera Iphone 8 plus, Gopro 6 Black Edition, dan kamera Fujifilm Willy Sebastian (Instagram : willyarrows).

Sumber:

0 comments:

Follow me

My Trip