Sepulang dari Air Terjun Tukad Cepung, kami makan siang dulu (nanti saya posting seluruh kuliner di Bali di artikel terpisah) lalu melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya yaitu Pura Luhur Uluwatu. Udah berusaha semaksimal mungkin untuk ngebut dari Ubud ke Uluwatu tapi mau gimana lagi jalanan macet banget karena tanggal merah. Jadilah kami sampai kesana sekitar pukul 6 sore dan pertunjukan Tari Kecak sudah dimulai. Duh, padahal kesini mau nonton Tari Kecak tapi nggak keburu lagi...lagi... dan lagi...😭
Sebagai informasi, pertunjukan tari kecak di Uluwatu mengambil lokasi pementasan di pura Luhur Uluwatu Bali yang sangat kental akan sejarah. Pura ini hampir setiap hari ramai dengan kunjungan wisatawan domestik ataupun mancanegara karena selain bisa menonton Tari Kecak, kita juga bisa berfoto di tebing dengan pemandangan matahari tenggelam. Para wisatawan sudah mengantri membeli tiket menonton Tari Kecak sejak pukul 4 sore. Jadi wajar ketika kami sampai kesana, tiket menonton Tari Kecak sudah habis😢.
![]() |
Berfoto di pinggir tebing |
Untuk mengobati rasa kecewa, saya dan teman-teman hanya berfoto di pinggir tebing dan melihat kera-kera yang sedang bermain. Hati-hati dengan para kera karena suka mengambil barang bawaan kita. Biasanya mereka suka ambil kacamata, bros, makanan, dan benda-benda berkilau. Pernah dulu seekor kera mengambil hp wisatawan dan hampir melemparnya ke tebing😨. Untung pawangnya datang. Saya aja yang melihatnya syok, apalagi yang mengalami kejadian tersebut.
Suara gemuruh orang-orang menonton Tari Kecak terdengar sampai ke tempat kami berfoto. Iseng-iseng kami mendekati pintu masuk karena dulu sih kalau masih ada tempat yang kosong bisa masuk belakangan. Ternyata penjaga pintu bilang jam 7 nanti bakal ada lagi pertunjukan Tari Kecak sesi kedua karena sekitar 500 orang rombongan pelajar nggak kebagian tiket, sedangkan mereka udah datang jauh-jauh dari Yogyakarta. Memang rejeki nggak kemana, kami jadi bisa menonton Tari Kecak lagi. Harga tiket tetap sama Rp. 100,000 hanya saja pertunjukan kali ini penonton tidak bisa sekalian menikmati pemandangan matahari tenggelam.
![]() |
Duduk manis menunggu pertunjukan |
Kami memilih untuk duduk di deretan kursi ampiteater tengah agar bisa menonton lebih puas. Sebelumnya saya sempat baca lagi selebaran tentang Rama dan Sinta yang menjadi alur cerita Tari Kecak. Mungkin kalian pernah membaca tentang legenda Rama dan Sinta dimana Sinta diculik oleh Rahwana, kemudian diselamatkan oleh Hanoman (kera putih). Untuk lebih lengkapnya bisa baca di Kisah Rama dan Sinta. Tarian indah ini dimainkan oleh lebih dari 50 orang penari yang terus-menerus mengucapkan, "cak cak cak cak." Sebenarnya saya agak ngeri melihat penari yang memerankan Sinta terus-menerus melotot ke penonton. Memang sih mata melotot adalah bagian dari tarian Bali tapi pada kenyataannya seram juga. Oh ya, pemeran Rama disini malah seorang cewek. Jadi agak kecewa karena saya suka banget menonton teater Jawa dimana Rama bertubuh kekar dan ganteng😍.
![]() |
Rama (malah cewek 😥) dan Sinta |
![]() |
Hanoman |
![]() |
Para penjahat |
Pertunjukan Tari Kecak berlangsung selama kurang lebih satu jam. Karena tariannya sangat mempesona, jadi nggak bosan. Belum lagi ada atraksi api yang keren dan terkadang monyet Hanoman menyapa para penonton bikin ngakak. Seru banget deh pokoknya. Berhubung saya nggak bawa GoPro dan semua foto diatas hanya dari kamera hp, jadi agak sedikit blur. Biasanya Iphone 8+ lumayan bagus mengambil gambar bergerak tapi tidak untuk malam hari. Saran saya kalau mau dapat tiket, mending beli online. Beberapa website sudah menyediakan fitur untuk membeli tiket Tari Kecak secara online walaupun saya belum pernah mencobanya.
Selesai menonton Tari Kecak, kami kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan ke Legian. Sampai jumpa!
Sumber:
0 comments:
Posting Komentar