Agustus 06, 2018

The History of Sultan Mehmed II in Istanbul

Saya pernah menuliskan tentang sebuah buku yang saya baca yaitu Muhammad Al-Fatih di bulan Ramadhan 2014. Beberapa tahun belakangan ini rasa penasaran saya tentang sejarah islam di seluruh dunia lumayan tinggi, sehingga saya sampai membaca banyak buku-buku sejarah. Sekalian berdoa kepada Allah supaya suatu hari nanti bisa pergi ke negara-negara dimana para pemimpin islam yang dulu pernah berkuasa dan tersohor di seluruh dunia. Doa terindah yang dikabulkan Allah Subhanahu wa ta'ala adalah bisa berumroh, sehingga dapat melihat langsung peninggalan Nabi Muhammad .

Sejarah juga tidak melulu indah, terkadang juga pahit. Seperti sejarah islam di Al-Hambra Spanyol yang menjadi saksi bisu kejayaan Islam di masa itu. Saya ingin sekali mengunjungi Al-Hambra, paling tidak sebelum saya mati. Semoga Allah mengabulkan doa saya dan sebelum kesana, saya akan membaca buku-buku yang menuliskan tentang Al-Hambra.

Baiklah, karena saya masih melanjutkan cerita tentang negara Turki dimana Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sungguh, Konstantinopel akan ditaklukkan oleh kalian. Maka sebaik-baiknya pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baiknya pasukan adalah pasukannya. (HR. Ahmad)."

Mendengar sabda seperti itu, hampir seluruh khalifah (pemimpin islam) di dunia mencoba untuk menaklukkannya. Tapi jangan salah. Kala itu, Konstantinopel adalah kota benteng yang amat sangat tangguh dan susah di tembus, belum lagi ada parit yang mengelilinginya sampai kota ini pernah mendapat julukan "The City of Perfect Defense".

Sedikit cerita mengenai sejarah biar tulisan ini mudah dipahami. Nama Muhammad Al-Fatih (Mehmed II) tercatat dalam sejarah dunia dan terus dikenang hingga kini. Bagaimana tidak, pada tahun 1453, saat masih berusia 21 tahun, ia telah berhasil memimpin pasukan Turki Utsmani merebut kota Konstantinopel dari Kekaisaran Byzantium. Padahal pada masa itu kota Konstantinopel dikenal sebagai kota dengan benteng legendaris yang sangat sulit ditembus. 

Beberapa hal yang mencengangkan dari Sultan ini adalah ide-ide Sultan yang "He Can See Beyond Eyes Can See". Sultan Mehmed II ini luar biasa cerdas. Beliau memerintahkan para prajurit memindahkan kapal-kapal perang ke Selat Marmara melalui jalur darat, karena kalau dipindahkan dari jalur laut ada rantai yang membendungnya. Juga meriam yang dibuat untuk menghancurkan benteng dengan panjang 8 meter. Agar mereka selalu diingatkan untuk bergantung pada Allah, di moncong meriam diukir kalimat doa bertuliskan, "Tolonglah Ya Allah! Sang Sultan Muhammad Khan bin Murad". 

Sang Sultan juga merupakan orang yang luar bisa shaleh. Beliau tidak pernah masbuq (terlambat dalam shalat berjamaah), tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah, shalat rawatib, dan shalat tahajjud. Bahkan untuk memastikan para tentara beliau adalah tentara yang paling bertaqwa pada Allah, beliau sengaja berjalan-jalan ke tenda-tenda prajurit untuk memastikan tidak ada prajurit yang melanggar syariat. Beliau juga menaruh 1000 orang ulama di pasukannya agar menyemangati dan mengingatkan untuk tetap berpegang teguh pada Allah. Alhasil, tentara Sultah Mehmed adalah tentara yang selalu berzikir bahkan ketika berlatih dan menempa pedang, selalu shalat berjamaah, tidak pernah berpesta pora, tidak pernah minum khamar, dan hal tercela lainnya. Sultan Al Fatih juga selalu memimpin shalat berjamaah bahkan ketika mengepung benteng. Bayangkan saja, beliau memimpin shalat 250,000 pasukan yang mengelilingin benteng.

Baiklah, untuk yang mau baca sejarah lengkapnya, silahkan beli saja buku Ustadz Felix Siaw seperti link yang saya lampirkan diatas. Saya akan menuliskan tentang tempat-tempat yang tidak lepas dari sejarah Sultan Mehmed II. Mari disimak!

1. Istana Topkapi
Topkapı (bahasa Turki: Topkapı Sarayı) adalah sebuah istana di Istanbul, Turki, yang merupakan kediaman resmi Sultan pada dinasti Utsmaniyah (Ottoman Turki dikenal sebagai penguasa Islam yang paling berjaya di dunia) selama lebih dari 600 tahun (1465-1856). Pembangunan istana ini dimulai pada tahun 1459 atas perintah Sultan Mehmed II. Berbeda dengan istana di negara Eropa lainnya yang terdiri dari kastil yang tinggi dan dikelilingi halaman atau taman, istana Topkapi terdiri dari banyak bangunan yang tersebar di bukit dan menghadap langsung ke teluk Golden Horn dan selat Bosphorus. Tempatnya luar biasa megah dan luas. Kompleks istana saja terdiri dari empat lapangan utama dan banyak bangunan-bangunan kecil. Pada jamannya, istana ini dihuni oleh 4.000 orang. 
Menuju Istana Topkapi
Selain sebagai tempat tinggal kerajaan, istana digunakan untuk acara-acara kenegaraan dan hiburan kerajaan. Sekarang menjadi daya tarik wisata dan berisi peninggalan suci penting dari dunia Islam, termasuk pedang dan jubah Nabi Muhammad . Harga tiket masuk istana ini adalah 25 Lira dan antrian pembelian tiket luarrr biasa panjang😱. Lebih baik datang kesini di pagi hari supaya bisa dapat antrian agak depan.
Pintu masuk istana
Di dalam istana
Kepentingan Topkapi sebagai istana mulai memudar pada akhir abad ke-17 karena sultan lebih suka menghabiskan waktu di istana baru mereka di tepi selat Bosphorus (saya sempat mengunjunginya juga, nanti dituliskan). Pada tahun 1856, Sultan Abdul Mejid I memindahkan kediamannya ke Istana Dolmabahçe. Setelah jatuhnya Utsmaniyah pada tahun 1921, Istana ini dijadikan museum berdasarkan dekret pemerintah tanggal 3 April 1924. Istana ini merupakan bagian dari "Wilayah Bersejarah Istanbul", yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO. Saya sangat menikmati benda-benda yang dipamerkan. Selain karena pernah membaca sejarahnya, kalian juga akan dibuat terpukau bagaimana jubah, pedang, penutup kepala, para Sultan terdahulu yang sekarang sudah tidak mungkin dipakai lagi. Semuanya sangat luar biasa dengan detail yang mengagumkan.
Setiap ruangan museum akan berbeda benda-benda yang dipamerkan
Salah satu menara
Oh ya ada yang menarik. Setelah puas berjalan-jalan mengelilingi istana, saya dan keluarga bertemu dengan rombongan Bapak Anies Baswedan yang sedang melakukan lawatan ke Turki. Mama dan tante saya semangat banget minta foto bareng dan jadilah kami anak-anaknya yang mengambil gambar. Kalau di tv Pak Anies terlihat berisi, tapi aslinya malah agak kurus menurut saya. Ini kali kedua saya ketemu Bapak Anies tanpa disengaja.
Berfoto dengan Bapak Anies Baswedan
2. Hagia Sophia
Setelah puas mengelilingi istana Topkapi, kami kemudian berjalan ke Hagia Sophia yang terletak berdekatan dengan Topkapi. Hagia Sophia adalah gereja pertama yang diresmikan pada 15 Februari 360 M di masa pemerintahan kaisar Konstantius II oleh uskup Eudoxius dari Antioka. Gereja dibangun tepat di sebelah istana kekaisaran Byzantium. Pada 7 Mei 558 M, di masa kaisar Justinianus, kubah sebelah timur runtuh terkena gempa. Kemudian, pada 26 Oktober 986 M pada masa pemerintahan Kaisar Basil II (958-1025) juga kembali terkena gempa.
Hagia Sophia
Pintu masuk

Bangunan ini tetap menjadi katedral terbesar di dunia selama hampir seribu tahun sampai Katedral Sevilla diselesaikan pada tahun 1520. Interiornya pun dihiasi mosaik dan fresko, tiang-tiangnya terbuat dari pualam warna-warni dan dindingnya dihiasi ukiran. Saat Konstantinopel ditaklukkan Sultan Mehmed II pada 29 Mei 1453. Sultan turun dari kudanya dan bersujud syukur pada Allah SWT, lalu pergi ke Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan agar gereja tersebut diubah menjadi Masjid Aya Sofia yang dikemudian hari digunakan untuk melakukan shalat berjamaah, shalat Jumat, dan kegiatan keagamaan umat Islam lainnya. Berbagai lambang Kristen seperti lonceng, gambar, dan mosaik yang menggambarkan Yesus, Maria, orang-orang suci umat Kristen, dan para malaikat dihilangkan atau ditutup. Berbagai atribut Keislaman seperti mihrab, minbar, dan empat menara, ditambahkan. Kalian juga akan melihat kaligrafi tulisan Allah SWT, Nabi Muhammad ﷺ, dan nama-nama sahabat Nabi Muhammad ﷺ.
Interior Hagia Sophia
Hingga pada 1 Februari 1935, Mustafa Kemal Ataturk mengubah status Hagia Sophia menjadi museum. Sehingga mulailah proyek pembongkaran Hagia Sophia, dimulai dari dinding dan langit-langit dikerok dari cat-cat kaligrafi hingga ditemukan kembali lukisan-lukisan sakral umat Kristen Orthodoks. Pada tahun 2014, Aya Sofya menjadi museum kedua di Turki yang paling banyak dikunjungi, menarik hampir 3,3 juta wisatawan per tahun dan meningkat setiap tahunnya.
Kaligrafi Allah dan Rasullullah ﷺ dan ditengahnya ada Bunda Maria
Merenung
Sama seperti di istana Topkapi, antrian masuk ke Hagia Sophia mengular panjang sekali😰. Awalnya sempat mengurungkan niat untuk masuk karena melihat antrian sepanjang itu pasti sangat menyita waktu. Akhirnya ada calo tiket yang berada di luar Museum menawarkan untuk memotong antrian hanya dengan harga 70 Lira perorang. Harga asli museum 40 Lira dan hanya menambah 30 Lira kita bisa langsung masuk tanpa mengantri. Lebih baik begitu, daripada harus menghabiskan waktu mengantri di terik matahari walaupun anginnya dingin. Calo tiket juga sempat menceritakan sedikit sejarah tentang Hagia Sophia sebelum akhirnya dia buru-buru keluar untuk menjadi calo lagi. 
Pemandangan dari lantai 2
Hagia Sophia sunset
Hagia Sophia bagi saya begitu menakjubkan dari sisi bangunan yang sangat megah dan sejarahnya di masa lampau. Walaupun sudah berubah menjadi museum, menara-menara di Hagia Sophia masih berfungsi untuk memperdengarkan adzan. Saya tiba di museum tepat ketika waktu shalat Zuhur dan adzan dari Masjid Biru terdengar juga dari menara Hagia Sophia. 

3. Blue Mosque (Masjid Biru)
Hal yang paling ingin saya lakukan ketika berada di Istanbul adalah shalat di Blue Mosque. Pergi ke negara mayoritas Muslim alangkah bahagianya ketika bisa menunaikan shalat di Masjid terindah di negara mereka, seperti yang saya lakukan ketika di United Arab Emirates dimana mesjid terindah adalah Syekh Zayed Mosque. Alhamdulillah bisa kesampaian, walaupun saat itu interior mesjid sedang dalam tahap renovasi, jadi cuma bisa shalat diluarnya saja. Nggak apa-apa deh, pahalanya sama saja. Awalnya agak kesulitan mencari tempat wudhu khusus wanita karena pengunjung yang ramai sekali. Padahal, kita bisa berwudhu juga di tempat pria asal dijaga aja auratnya jangan sampai terlihat para pria. Kebanyakan tempat wudhu pria pada sepi, jadi lumayan nyaman berwudhu.
Berjalan menuju Blue Mosque
Masjid Biru atau Blue Mosque (dalam bahasa Turki disebut Sultanahmet Camii) adalah sebuah masjid bersejarah di Istanbul. Masjid ini dikenal sebagai Masjid Biru karena keramik biru yang mengelilingi dinding interior di dalam mesjid yang di cat dan diukir menggunakan tangan. Agak sedih karena tidak bisa melihat langsung keindahan keramiknya tapi bisa shalat disini saja sudah bersyukur. Mungkin suatu hari, ketika diberikan kesempatan lagi oleh Allah SWT mengunjungi Turki dan bisa shalat di dalam mesjid. Ada baiknya saya browsing dulu mungkin supaya dapat informasi yang jelas kalau di dalam Masjid bisa digunakan untuk shalat.
Halaman masjid
Masjid Biru dibangun antara 1609 dan 1616 tahun, selama pemerintahan Ahmed I. Setelah Perdamaian Zsitvatorok tahun 1603-1618 dengan Persia, Sultan Ahmet I memutuskan untuk membangun sebuah masjid besar di Istanbul untuk menegaskan kembali kekuasaan Ottoman. Masjid Biru menjadi masjid kekaisaran pertama selama lebih dari empat puluh tahun. Seperti kebanyakan masjid lainnya, tempat juga terdiri dari makam pendiri Masjid, sebuah madrasah, dan rumah perawatan.  Karena Masjid ini adalah tempat beribadah umat Muslim yang aktif sehingga akan tutup untuk non-Muslim selama 30 menit atau lebih ketika shalat 5 waktu tengah berlangsung. Selain masih digunakan sebagai masjid, Masjid Sultan Ahmed juga telah menjadi objek wisata yang paling populer di Istanbul. 
Masjid Biru
Angle terbaik versi saya😎
Cara terbaik untuk melihat arsitektur megah Masjid Biru adalah mendekatinya dari Hippodrome (sisi barat masjid). Saking ramainya orang berfoto disini, kalian harus berani menyuruh (mengusir) orang pergi ("Awas sana saya mau berfoto"😂😂😂) agar bisa mendapat angle foto yang keren. Di malam hari masjid dimandikan dengan warna biru seperti lampu yang membingkai lima kubah utama masjid, enam menara, dan delapan kubah sekunder.
Sunset di Masjid Biru
Rencana Allah SWT memang yang terbaik dimana dulu Sultan membangun Masjid Biru tepat dihadapan Hagia Sophia, sehingga ketika Hagia Sophia menjadi museum, umat Muslim tetap bisa melaksanakan shalat di lingkungan yang sama. Kalau kalian ingin menikmati sunset di Hagia Sophia atau Blue Mosque, ada beberapa Cafe yang bisa kalian datangi untuk mengambil foto. Saya waktu itu nggak nongkrong di Cafe berhubung harus menemani Mama belanja tapi Willy kesana kok. Foto matahari terbenam yang indah ini semua dari kamera Willy.
Malam di Masjid Biru
Bagaimana? Menarik bukan sejarah Istanbul? Nanti saya tuliskan lagi tentang tempat-tempat bersejarah disana. Postingan kali ini sudah terlalu panjang. Sampai jumpa!

Beberapa foto dari kamera Iphone 8 plus, Gopro 6 Black Edition, dan kamera Fujifilm Willy Sebastian (Instagram : willyarrows).

Sumber:

0 comments:

Follow me

My Trip