September 07, 2018

Tiu Kelep and Sendang Gile Waterfalls

Tiba di dermaga Bangsal, Pulau Lombok, saya dan teman-teman turun dari kapal fery, kemudian berjalan ke parkiran untuk menunggu jemputan. Destinasi hari ini adalah eksplorasi kawasan sekitar kaki Gunung Rinjani dimana pemandangannya sangat indah. Maka dari itu sejak tadi pagi selesai mandi, saya memang sudah memakai pakaian yang enak untuk eksplorasi, sehingga ketika jemputan datang kami nggak perlu ganti baju lagi karena hari ini kami bakalan basah-basahan mandi air terjun. Udah lama nggak main di air terjun, sehingga rasanya antusias banget😆. Sempat bertanya pada tur guide air terjun paling bagus di Lombok apa, dan mereka menjawab Tiu Kelep. Jadi nggak sabaran nih!

Perjalanan dari pelabuhan Bangsal ke Tiu Kelep memakan waktu 1 jam 30 menit dan saya memilih tidur di jalan untuk menghemat tenaga. Sesampai di parkiran, saya bangun. Saya melihat sekeliling di penuhi oleh warung-warung makanan. Kami jadinya makan siang dulu untuk mengisi tenaga. Kebetulan udah jam 12 juga dan masuk waktu shalat Zuhur. Makan kali ini lumayan murah karena cuma di warung nasi dan saya hanya membayar 9000 rupiah untuk menu ikan tongkol balado dan sayur bayam. Setelah makan dan shalat, kami mengambil barang-barang yang diperlukan seperti dry bag dan kamera GoPro untuk dibawa ke air terjun. Saran saya, kalian lebih baik bawa kacamata renang kalau ke air terjun karena air yang begitu deras membuat mata kita susah melihat.

Kami berjalan dari parkiran ke gapura masuk menuju Air Terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep. Kedua air terjun ini  terletak di sisi sebelah Utara di kaki Gunung Rinjani yang juga merupakan bagian dari jalur pendakian ke Rinjani. Secara administratif, Air Terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep berada di Desa Senaru, sekitar 2,5 jam perjalanan dari Kota Mataram. Mengingat jaraknya yang cukup jauh, disarankan untuk menggunakan kendaran pribadi untuk mengunjungi wisata air terjun yang menakjubkan ini atau bisa ikut trip di Rancupid Travel. Kali ini memang ada dua air terjun disini yang akan kita eksplorasi. Seperti tempat wisata air terjun kebanyakan, kalian harus trekking di jalan setapak atau melewati tangga terlebih dahulu dengan pemandangan hijau pepohonan rindang, udara segar, dan suara gemericik air dari aliran sungai yang mengalir sangat menenangkan pikiran. Jalan yang harus dilewati pun kadang menaik, kadang menurun, dan lumayan membuat napas ngos-ngosan. 

Setelah setengah jam ngos-ngosan (keliatan banget saya jarang olah raga) untuk melewati 200 anak tangga, kami tiba di air terjun pertama yaitu Sendang Gile. Nama Sendang Gile diambil dari legenda setempat yang menceritakan seorang pangeran yang sedang dikejar oleh seekor singa gila. Kemudian pangeran tersebut bersembunyi di balik air terjun untuk menghindari kejaran singa. Akhirnya air terjun tersebut diberi nama Sendang Gile (Singa Gila). Ada juga legenda yang mengatakan kalau air terjun ini tempat para bidadari mandi. Saya takjub melihat air terjun mengalir dari tebing setinggi 30 meter yang bertingkat-tingkat dengan sangat deras. Bahkan tempiasnya mencapai 10 meter. Saya langsung turun untuk mengambil gambar. Alhasil, jadilah saya basah kuyup. Belum lagi hempasan air yang menerbangkan kerudung sampai harus saya ikat kebelakang. Takut lepas😱!
Sendang Gile
Selesai main air, merekam video, dan mengambil foto, saya mampir di warung untuk minum teh hangat dan makan pisang goreng. Duh, rasanya nikmati sekali😋. Setelah kenyang, baru melanjutkan perjalanan ke air terjun yang satu lagi bernama Tiu Kelep yang berada diatas Air Terjun Sendang Gile. Kedua air terjun ini memang mengalir membentuk satu aliran. Nah, buat kalian yang menyukai trek pendakian menantang, di perjalanan ke Tiu Kelep adalah saat paling pas. Untuk mencapainya, kita harus berjalan kaki sejauh 45 Menit. Seolah-olah perjalanan ke Sendang Gile itu nggak ada apa-apanya.
Melewati sungai bebatuan
Di perjalanan ke Tiu Kelep (bahasa suku Sasak berarti 'Kolam Terbang'), saya dan teman-teman melewati sebuah tangga yang cukup curam. Udara semakin lembab, jalanan lebih sepi karena trek yang susah hanya beberapa orang saja yang mau melanjutkan perjalanan ke air terjun ini. Kami melewati jembatan dimana terlihat kiri dan kanan jurang. Kita juga menyeberangi sungai berbatu besar yang cukup dangkal tapi berarus agak kencang. Saya bahkan terpeleset dan kaki masuk ke sela-sela bebatuan tapi alhamdulillah nggak terluka. Padahal udah pakai sendal gunung, masih terpeleset juga. Setelah terus berjalan, akhirnya terdengar suara aliran super deras dari air terjun Tiu Kelep. Saya langsung antusias dan mempercepat langkah. Saya disambut pemandangan air terjun super deras dengan ketinggian lebih 40 meter dimana disekitarnya juga mengalir air terjun yang kecil-kecil. Masya Allah indahnya😍😍😍.
Tiu Kelep
Horeeee!
Teman-teman langsung berlari ke kaki air terjun untuk nyebur. Kalau saya sudah pasti mengambil gambar dulu, dan merekan video. Suara air sederas itu sebenarnya agak seram. Tapi karena sungai yang mengalir di bawahnya dangkal dan nggak banyak bebatuan, malah jadi senang mandi disana. Angin yang dihasilkan tempias air terjun lebih dahsyat lagi daripada di Sendang Gile. Jadilah saya memasukkan kerudung ke dalam baju supaya nggak terbang terus. Saya mengeset kamera GoPro di mode merekam, menaruh hp di dry bag supaya nggak kebasahan, dan menaruh tas di pojokan. Setelah itu saya ikutan nyeburrrrr💦💦💦!!! Ah senangnya😆😆😆.
Berfoto diantara pelangi
Mungkin ini yang dinamakan Play Super Hard. Saya nyebur timbul tenggelam, lompat sana sini, siram-siraman, teriak-teriak bareng teman-teman itu luar biasa serunya. Sampai ntah berapa kali air masuk ke mata. Seandainya saya bawa kacamata renang pasti bakalan lebih seru lagi. Di bawah aliran air yang jatuh dari tebing juga membuat susah bernapas karena air terus-menerus menghempas wajah kami. Tapi tetep tidak mengurangi keseruan bermain kemarin. Duh, nulis begini jadi pengen balik lagi.
Siram-siraman
Setelah sejam bermain, kami memutuskan untuk kembali. Berhubung Rezki dan Abby harus terbang malam ini, jadi kami nggak boleh lupa waktu. Dengan badan basah kuyup, fisik capek, tapi bahagianya minta ampun, kami berjalan pulang. Terkadang kami melihat anak-anak bermain di sungai. Ada yang sedang bermain raja dan prajurit, dimana rajanya pakai hiasan kepala hasil dari daun-daun dikait-kaitkan. Ah lucu sekali, jangan berharap akan menemukan pemandangan seperti ini di Jakarta. Oh ya, seperti biasa kami akan mampir ke warung untuk sekedar ngemil. Saya makan pisang goreng (lagi) dan minum sereal untuk menghangatkan badan. Sekaligus mengobrol dengan teman-teman.
Ngemil
Setelah mengisi perut, kami melanjutkan perjalanan. Kali ini tur guide menyarankan saya dan teman-teman untuk pulang melewati selokan? OMG😱! Tur guide meyakinkan kita kalau selokannya bening banget dan bisa tembus langsung ke dekat pintu masuk. Tinggal meluncur aja mengikuti arus air, sampai deh! Hmm menarik sih, awalnya deg-degan mau apa nggak. Tapi Rezki dan Abby mencoba duluan dan mereka bilang seru banget. Jadilah saya dan Diana setuju mau 'ngikut. Rezki sudah siap dengan kamera GoPro, kami semua turun ke selokan, dan meluncurrrr!
Turun ke selokan
Meluncurrrrr
Jangan tanya bagaimana perasaan seru ditambah takut bercampur jadi satu. Seru karena meluncurnya jauh banget dan takut karena belum pernah aja sih. Nah pas di akhir jalan, kami harus berdiri. Karena terlalu ramai orang, saat berdiri jadi kesulitan karena diterpa dengan arus selokan dan membuat saya dan Diana harus ditarik supaya nggak masuk ke trowongan. Disitu saya mulai ngeri😨😩, takut jatuh ke dalam trowongan yang berarus deras. Padahal, trowongan nggak serem sama sekali. Maklumlah belum pernah jadi pikirannya udah kemana-mana. Kami pun berjalan menyusuri trowongan pelan-pelan diantara arus selokan yang deras ditemani adik-adik yang kata tur guide udah khatam menelusuri tempat ini. Trowongan gelap banget tapi ada senter dan adik-adik jadi penunjuk jalan. Mereka juga memberitahu kalau ada jalan berlubang supaya kita nggak masuk ke dalam.
Menyusuri selokan
Akhirnya sampai
Setelah 15 menit berjalan masuk trowongan, kami sampai ke pintu keluar. Alhamdulillah sehat walafiat dan saya rasa ini pengalaman paling seru dan menegangkan. Seumur-umur baru kali ini meluncur di selokan untuk memperpendek jarak tempuh ke pintu keluar. Kami naik ke atas jalan setapak, memberikan tip ke adik-adik, lalu berjalan ke pintu keluar dengan perasaan campur aduk. Memang tinggal jalan beberapa meter lagi langsung ketemu pintu keluar. Ahh, betapa serunya hari itu dan menulis hal postingan ini 4 bulan kemudia itu jadi pengen balik lagi. Masya Allah!

Baiklah, nanti saya lanjutkan lagi ya ceritanya karena sudah kepanjangan. Sampai jumpa!

Sumber:

0 comments:

Follow me

My Trip