Desember 16, 2018

Chin Swee Temple

Melanjutkan postingan jalan-jalan saya di Genting Highland yang belum selesai. Setelah makan Burger & Lobster, kami kembali menaiki gondola untuk turun menuju destinasi berikutnya yaitu sebuah kuil diatas awan (menurut saya) karena kuil ini dikelilingi kabut tebal hari itu dan terletak menyendiri ditengah gunung dengan suhu udara dingin dan lembab. Sering sekali kuil-kuil seperti ini dibangun diatas gunung seperti Ngong Ping di Hong Kong. Kalau kita menonton film Kung-fu Shaolin, pasti kalian akan melihat kuil diatas gunung, menyendiri, untuk menenangkan pikiran dan berdoa. Tapi saya suka suasana seperti ini, tenang sekali rasanya~~
Kuil di atas awan
Kali ini kita nggak naik Cabin Glass Gondola lagi karena hanya beli tiket untuk pergi saja yang berlantai kaca. Udara dingin menyeruak ketika saya, Willy, dan Yudhi, turun dari gondola. Saya sempat shalat dulu di tempat pemberhentian Gondola dan merasakan air gunung yang super duper dingin ketika berwudhu. Awalnya wajah saya nggak dipakai moisturizer tadi pagi dan sempat terasa kering banget. Tapi karena kelembaban udara yang tinggi di sekitar Genting Highland, jadi normal sendiri kulitnya. Kalau saja saya berada di negara subtropis yang bersalju, mungkin wajah ini sudah breakout.

Selesai shalat, saya dan teman-teman menuruni eskalator menuju kuil. Kami hanya punya waktu sekitar satu jam setengah untuk jalan-jalan disini. Saya takjub melihat sebuah pagoda bertingkat 9 yang berdiri kokoh yang menjadi ikon utama kuil ini. Di dalam pagoda terdapat patung biksu bernama Qingshui yang dapat memanggil hujan dan mengusir roh jahat. Menurut beberapa sumber yang saya baca, di malam hari pagoda ini akan memancarkan lampu berwarna-warni yang sangat cantik. Tapi kebayang kalau ke tempat ini malam-malam, apalagi kiri dan kanan hutan, berkabut pulak. Kok mendadak merinding?😨😨😨 Saya tidak masuk ke dalam pagoda karena keterbatasan waktu.
Pagoda tingkat 9
Dewa-dewi kayangan
Sempat berfoto sebentar di depan pagoda, kemudian saya dan teman-teman mengikuti jalan setapak untuk menjelajah tingkat neraka. Lho, kok neraka? Tenang dulu... Di kuil ini, kalian bisa melihat segala macam hukuman di neraka untuk yang berbuat kejahatan di dunia. Kalian akan melewati patung-patung dewa-dewi khayangan, baru deh mulai tahapan penghakiman dan kalau dosanya banyak, maka akan masuk neraka sesuai tingkatan kesalahan.
Diuleg
Dirantai
Perjalanan untuk pencerahan
Saya, Willy, dan Yudhi hampir membaca seluruh tahap penghakiman di neraka. Yang saya ingat, kalau kita suka menyisakan makanan, di akhirat nanti bakalan di uleg (seperti meng-uleg sambal) oleh para penjaga neraka. Hayooo siapa yang suka menyisakan makanan? Kalau saya sih bukan menyisakan, malah minta tambah (kalau ada)😋😋😋. Kadang pun karena takut teman saya masuk neraka, saya yang menghabiskan makanan mereka. Ups!
Para hakim neraka lagi membaca buku amal
Kebanyakan para pengunjung beragama Buddha datang ke kuil ini untuk berdoa kepada Dewa Chin Swee (God of Fortune), Dewi Kwan Im, dan Buddha yang patungnya berdiri kokoh setinggi 15 meter😱. Tapi masih kalah besar dari Ngong Ping di Hong Kong yang bisa terlihat dari Macau kalau cuaca sedang cerah. Seolah Buddha sedang duduk di puncak gunung. Setelah mengunjungi beberapa negara yang mayoritas beragama Buddha, mereka memang membangun patung Buddha dengan ukuran super duper besar.
Patung Kwan Im
Tong sam chong
Patung Buddha
Saya dan teman-teman kemudian berkeliling-keliling kuil sejenak untuk menghabiskan waktu. Saya jadi kangen berpergian ke negara China ketika melihat bangunan kuil berwarna merah dengan tulisan berbahasa mandarin dan atap yang khas. Semoga tahun depan diberikan kesempatan oleh Allah subhanahu wata'ala untuk mengunjungi Shanghai dan Beijing. Aminn.
Serasa di China
Turis
Karena takut nggak cukup waktu untuk belanja, kami pun akhirnya kembali ke tempat pemberhentian gondola. Antrian gondola cuma satu jalur dan saya melihat kesempatan untuk naik Glass Floor Gondola karena sebenarnya kita nggak usah melakukan scan barcode di tiket lagi. Kami menunjukkan tiket berlogo E (untuk Gondola lantai kaca), lalu petugas langsung mempersilahkan masuk Gondola. Asyik banget! Kalau kita naik Gondola biasa bakalan digabung dengan orang lain karena ramainya pengunjung hari itu. Alhamdulillah kita tetap merasa Gondola hanya milik bertiga.

Baiklah, nanti saya akan menceritakan tempat belanja dan nongkrong sebelum pulang. Sampai jumpa!

0 comments:

Follow me

My Trip