Maret 23, 2019

Arisan di Rumah

Sebagai ibu komplek yang baik (bukan ibu deh, mbak komplek), ada saatnya dimana rumah saya ketempatan arisan. Sejak Agustus 2015 pindah ke komplek, ntah berapa kali saya mengelak untuk mengadakan arisan di rumah saya. Saya punya segudang alasan untuk menolak, nggak punya karpet, nggak ada pembantu, nggak punya peralatan makan, saya cuma sendiri di rumah, dan berbagai macam alasan yang selalu ada saja😆😆😆.

Sampai pada tanggal 17 Februari 2019 kemarin (setelah 3,5 tahun menjadi penduduk komplek), akhirnya saya menyetujui untuk menjadikan rumah saya tempat arisan ibu-ibu. Sebenarnya arisan terdiri dari 3 orang tuan rumah, tapi karena saya selalu mengelak, jadilah rumah saya yang di-HARUS-kan untuk dijadikan tempat arisan. Padahal, saya sudah mengelak juga seperti biasa:
"Bu, saya nggak punya karpet." 
"Tenang, kita pinjemin." kata Ibu depan rumah.
"Bu, saya nggak punya piring."
"Tenang, bisa pinjem ke RT." kata ibu ketua RT.
"Bu, saya nggak ada pembantu."
"Tenang, nanti saya bantuin. Semua anak-anak dan keponakan saya kerahkan." kata ibu tetangga sebelah.

Mau beralasan apa lagi coba?? 🙈🙈🙈

Baiklah, saya janjian sama Rezki dan Mba Ummi dari 2 minggu sebelum hari H untuk menginap di rumah dan bantuin saya arisan. Nggak enak juga kalau dari tuan rumah sama sekali nggak ada pasukan bantu-membantu. Saya juga mengajak Efan dan Nufus (sepupu saya dari Jogja) untuk menginap juga, tapi mereka masih tentatif. Paling nggak Rezki dan Mba Ummi sudah konfirmasi bisa nginep jadi saya ada teman.

Sekitar 2 minggu sebelum arisan, saya membabu-buta🧹. Dibantu oleh tukang kebun yang membersihkan halaman dan saya beberes di dalam rumah. Baru kali itu saya mencuci gorden dan mengelap kaca yang saya lakukan bertahap. Semua perabot saya lap 🧽juga (lebih tepatnya saya cuci) agar debu-debunya hilang. AC juga saya servis agar teman-teman yang menginap bisa nyaman. Sudah seperti kalau mau Lebaran di rumah dimana kita semua bebersih dan beberes. Untung pada dasarnya rumah saya nggak begitu kotor karena saya memang suka bersih-bersih rumah. Hanya saja debu di jendela yang tebalnya minta ampun. Selesai beberes, rumah jadi cling-cling ✨ tapi saya sampai encok dan flu saking banyaknya debu dan capek angkat-angkat barang.

Tiga hari sebelum arisan, Nufus datang dari Jogja. Alhamdulillah jadi juga sepupu saya itu datang, sehingga bisa lumayan membantu di dapur. Besoknya Efan datang dan bisa menemani saya beli perintilan ini itu di dekat komplek dan juga Ace Hardware. Orang-orang yang tentatif datang (Efan dan Nufus), malah tiba lebih awal daripada yang konfirmasi untuk datang (Rezki dan Mba Ummi).

Seru juga ketika rame di rumah. Sehabis magrib di malam minggu, kita nongkrong dulu sambil makan bakso bakar yang paling hits di Depok. Kalau sendirian di rumah, saya biasanya malas banget kemana-mana. Karena rame, bawaannya mau jalan-jalan aja😂😂. Sepulang makan bakso, saya dan Mba Ummi bikin jelly untuk Arisan besok, sedangkan Efan dan Rezki merakit gantungan tas di ruang tamu. Kami nggak tidur larut malam itu karena besok pagi saya harus menemani anak tetangga beli kue di pasar.

Jam 6 pagi, saya bangun, cuci muka, dan ganti baju. Saya lihat Efan udah masak air panas di dapur dan dia udah mandi. Mba Ummi, Nufus, dan Rezki masih bobo. Saya meninggalkan Efan di dapur dan pergi ke rumah tetangga untuk barengan ke Pasar Pucung. Saya baru tau kalau di Pasar ini ada toko jajanan kue yang diserbu ibu-ibu arisan. Sekalinya beli kue 🍰🧁🥐 sampai 200-300 biji. Masya Allah! Belum lagi berlomba dengan ibu-ibu yang berebutan kue tanpa mengantri agak melelahkan juga. Alhamdulillah dapat juga kue-kue 🥯🍩🥧 lebih dari 150 biji. Saya udah nggak mau berebutan lagi sama ibu-ibu, mending pulang saja😫.

Sampai di rumah, saya melihat Rezki sudah mandi dan Nufus sedang memarut timun. Mba Ummi masih tidur nyenyak, tapi tidak lama kemudian dia bangun. Saya menyuruh teman-teman untuk sarapan dulu, baru setelah itu saya mandi. Rezki dan Efan kemudian menyikat garasi setelah sarapan untuk akhirnya dialaskan karpet agar tamu-tamu yang nggak kebagian duduk di dalam rumah bisa duduk di garasi. Jam 8.30 saya sudah siap berpakaian ungu untuk arisan (dresscodenya ungu). Ibu tetangga sebelah dan depan juga sudah datang untuk membantu. Rezki dan Efan mengeluarkan sofa, sedangkan Nufus dan Mba Ummi menggelar karpet. Setelah itu saya menyusun kue yang banyaknya minta ampun diatas piring hasil pinjaman ke semua tetangga. Bakso sebagai main course juga sudah datang, tinggal dihangatkan diatas kompor.

Jam 10 tepat, ibu-ibu berdatangan. Saya duduk agak kebelakang karena saya sedikit awkward juga nggak tau mau ngapain diantara ibu-ibu. Mau basa-basi, bukan saya banget. Saya hanya senyum-senyum saja kalau ada ibu-ibu datang. Beberapa kali malah ke belakang untuk ngumpul bareng Mba ummi, Nufus, Rezki, dan Efan. Kayaknya ngumpul sama mereka lebih nyaman, hahaha 😂. 
Ibu-ibu arisan
Arisan mulai berjalan. Ibu-ibu berdiskusi dengan serius, sedangkan saya menaruh bakso dan es jelly dibelakang. Kami kemudian mengoper makanan dan minuman dari dapur. Setelah makan selesai, ada acara dimana saya disuruh untuk sedikit berbagi pengalaman sebagai Pengusaha Digital. Jadilah saya berbicara tentang apa yang selama ini saya kerjakan dan sedikit bercerita tentang Rancupid. Ibu-ibu mendengarkan dengan antusias karena mereka juga ibu-ibu keren yang pinter-pinter. Jadi pada nyambung ketika saya bahas dunia enterpreneur. Saya berbicara sekitar 30 menit, baru akhirnya acara usai tepat ketika adzan Zuhur. Cowok-cowok pada ke Musola dekat rumah, sedangkan kita cewek-cewek beberes sampah-sampah.
Makanan dan minuman di dapur
Setelah Zuhur, barulah teman-teman dan sepupu saya datang untuk makan siang. Saya sengaja memesan makanan lebih untuk menjamu mereka, sekalian bersilaturahmi karena udah lama nggak ketemu. Kita ngobrol seru, sekalian saya membungkus makanan untuk mereka bawa pulang. Saya sempat lupa untuk beli plastik bungkus makanan, jadi agak panik ketika acara usai malah nggak ada plastik. Terpaksa minta tolong Rezki untuk beli plastik di warung.

Setelah Ashar, teman-teman dan saudara-saudara satu-persatu pulang. Saya mandi 🛁 dulu karena udah keringetan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sofa sudah dibawa masuk kembali oleh sepupu-sepupu saya, piring sudah dicuci, lantai sudah di pel, dan yang terpenting saya sudah mandi keramas🚿. Fiuhhh akhirnya segar juga. Lelah sekali hari itu, tapi ntah kenapa saya senang☺️. Beberapa piring milik tetangga belum saya kembalikan karena saya sudah capek banget. Pengennya cepetan rebahan di kasur tapi masih harus membereskan perintilan ini dan itu.
Ibu-ibu komplek
Sekitar jam 11 malam, saya tertidur lelap dengan kondisi sangat lelah hayati. Rumah juga mendadak sepi karena teman-teman dan saudara sudah pada pulang. Alhamdulillah semua berjalan lancar.

Maret 21, 2019

Postingan ke 1000

Akhirnya sampai juga di postingan ke 1000. Huff, tanpa terasa sudah pernah menuliskan 1000 artikel di blog baik yang bermanfaat maupun tidak, baik berupa informasi, ataupun curhat semata. Rasanya senang banget bisa bertahan sampai ke titik ini, sungguh proses yang tidak mudah dimana sekarang kesibukan sudah semakin menyita waktu. Meluangkan waktu sedikit untuk konsisten menulis itu sangat sulit. Apalagi kesadaran untuk menuliskan hal yang bermanfaat semakin besar, sehingga harus benar-benar memilah apa yang akan dituliskan. Saya tidak mau kalau tulisan saya nanti malah diminta pertanggungjawaban di akhirat oleh Allah subhanahu wata'ala hanya karena kontennya memberikan pengaruh buruk bagi orang lain.
From http://www.mrmediatraining.com
Saya mulai menulis blog pada tahun 2009, berarti membutuhkan waktu 10 tahun untuk bisa menyelesaikan 1000 postingan. Kalau dibandingkan tulisan saya 10 tahun yang lalu dengan sekarang, sangat banyak mengalami perubahan. Pemilihan kosa kata dan cara menyampaikannya juga sudah berubah 100%. Belum lagi hampir semua isi blog berupa cerita jalan-jalan saya ke semua tempat baru. Sebenarnya saya lebih mencintai blog daripada semua sosial media yang ada. Mungkin karena saya memang suka menulis yang panjang. Kalau menulis status di sosial media yang cuma satu atau dua kalimat, sepertinya kurang. Pengennya sih menulis sampai beberapa paragraf biar terasa ceritanya dan dapat perasaannya📝.
Postingan pada saat awal menulis
Dulu, saya sempat kebingungan mencari ide untuk menulis. Maka saya memulai dari curhat di blog atau menuliskan cerita pendek yang memang menjadi hobi saya. Saya memang suka menghayal, bisa jadi ini, bisa jadi itu, dan merasa sayang kalau semua khayalan itu hilang. Kalau dituliskan di blog, tulisan tersebut akan ada selamanya. Bahkan sampai sekarang saya masih bisa membacanya dan langsung flashback dikala itu sedang membayangkan apa sehingga bisa menghayal demikian. Mungkin karena otak kita terbatas, sehingga tidak semua kejadian bisa diingat. Kalau membaca kembali cerita di kala itu, langsung bisa ingat dan kangen pada momen yang saya tuliskan.

Apa yang terjadi selama 10 tahun? 

Dulu saya hanya mahasiswi yang sedang berjuang menyelesaikan tugas akhir, lagi naksir (beberapa) cowok, uang saku terbatas dan nggak berani minta tambahan uang jajan karena nggak mau merepotkan orang tua, muka tanpa perawatan dan makeup, hobi tidur siang, berat badan sekitar 46-48kg, tinggal di asrama Aceh yang berada di Badung, dan jadi ketua asrama yang kerjanya 'ngurusin teman-teman se-asrama.

Sekarang saya punya perusahaan, tinggal di rumah sendiri, sudah berpergian ke 18 negara dan 18 provinsi di Indonesia, berat badan masih tetap, hobi tidur siang masih juga😄, suka ke klinik kecantikan untuk perawatan agar muka tetap pada usia 25 tahun💆, suka pakai makeup, dan sedang menikmati hidup. Waktu keseharian tersita untuk perusahaan yang kemarin sempat krisis, sekarang bangkit, modal yang keluar tambah besar, dan saya sering pusing tujuh keliling. Belum lagi urusan pasangan hidup yang jadi prioritas sekarang, tapi belum yakin sama si 'ini' atau si 'itu'. Baru saja kemarin merasa yakin, tapi sudah disisipi dengan berbagai macam problematika yang membuat saya super duper ragu🤔. Efek doa kali ya...

Jadi berpikir, seolah-olah kehidupan 10 tahun lalu begitu santai, yang dipikirkan hanya skripsi, jalan-jalan, nonton, dan merasa sudah bahagia sekali. Sekarang? Terlalu banyak yang saya pertimbangkan. Bagaimana nanti kalau begini, bagaimana kalau begitu. Sudah harus mengambil keputusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Belum lagi tagihan yang harus dilunasi dan perencanaan keuangan yang begitu kompleks.

Tapi saya bersyukur masih bisa hidup sampai sekarang ini, alhamdulillah. Terlepas dari proses yang begitu berat yang harus jalani, saya bersyukur. Allah memberikan begitu banyak rezeki untuk menjelajah begitu banyak tempat indah di dunia dan bisa menjadi bahan tulisan di blog. Sudah begitu jauh melangkah, kehilangan orang tersayang seperti Papa, atau dikaruniai para keponakan lucu, semua hal itu begitu membuat hidup saya berwarna.

Menurut saya, hal terindah di dunia ini adalah "kenangan". Di setiap sudut kota, setiap perjalanan, di seluruh penjuru dunia. Tinggal mencari orang yang tepat untuk terus menemani sampai postingan ke 2000 nanti atau sampai 10 tahun lagi. Tahun ini saya ingin menjelajah lebih jauh, agar bisa terus menulis blog. Saya juga ingin menuliskan berbagai solusi atas segala macam permasalahan yang ada di perusahaan yang dirintis dari awal. Agar bisa menjadi pelajaran dan menginspirasi.

Akhirnya, terima kasih untuk yang selalu membaca setiap tulisan saya dari awal sampai sekarang. Mohon maaf kalau jarang posting tapi akan diusahakan mulai minggu ini untuk menulis. Semangat!!!

Hampir Lupa Kontrol Gigi

Saking padatnya jadwal saya selama ini, jangankan mau menulis blog, saya bahkan lupa jadwal kontrol gigi. Agak sedih juga mengingat kesibukan yang menyita waktu saya untuk menyalurkan hobi menulis dan jalan-jalan mencari inspisrasi. Insya Allah dimulai bulan ini, saya mulai bisa melakukan kegemaran yang selama ini tertunda. Untung blog ini belum sampai bersarang laba-laba dan saya nggak mau hal itu terjadi. Pokoknya saya akan kembali menulis, no matter what.

Saya baru sadar ketika melihat kalender kalo saya harus ke dokter gigi keesokan harinya. Jadwal dokter gigi memang sudah dibuat sejak 2 bulan yang lalu makanya jadi lupa kapan harus datang lagi. Gigi juga nggak bermasalah sama sekali. Warna karet gigi juga nggak menguning, makanya saya lupa banget.

Ketika kontrol, dokter bilang kalau celah di gigi sudah semakin sempit dan struktur rahang sudah lebih baik lagi. Saya sempat disuruh buka mulut dan bercermin untuk membuktikan kalau lengkungan deretan gigi kian sempurna dan saya senang banget. Struktur wajah juga semakin baik karena menyesuaikan dengan senyuman. Tinggal diluruskan saja secara horizontal deretan giginya. Oh ya, kali ini gigi saya kembali dipasang karet elastis untuk menarik gigi geraham maju ke depan. Hal ini yang paling saya nggak suka sebenarnya, karena kalau tersenyum bakalan jelek banget😓.
Ada karet elastis
Alhamdulillah, tidak sia-sia pengorbanan gigi kenceng selama ini. Saya puas banget dengan hasilnya. Semoga tahun ini bisa beneran Perfect Smile 2019. Semangat!

Service Charge Rp. 25,000
Kontrol dengan Spesialis Ortho Rp. 275,000
Karet Elastis Rp. 40,000

Follow me

My Trip