Mungkin sudah 7 tahun tidak menginjakkan kaki di kota Yogyakarta. Kali ini saya kembali dengan kondisi keuangan yang lebih baik, hahahaha😆😆😆. Kenapa harus disebutkan lebih baik? Karena dulu ke kota ini dengan sangat irit. Nebeng di rumah teman di Salatiga untuk nyuci baju karena bawa ransel doang dan baju sendikit. Trus sewaktu teman saya dinas ke luar kota, saya harus menyewa kos-kosan yang jauh dari pusat kota Jogja agar lebih murah. Belum lagi kemana-mana naik angkutan umum atau sharing taksi bersama teman-teman. Kalau dipikir-pikir, saat itu sebenarnya begitu melelahkan dan menyita waktu. Belum lagi kulit gosong dan berfoto dengan wajah tanpa riasan apa pun menggunakan kamera saku sederhana. Tapi saya tetap bahagia bisa menjelajah Jawa Tengah dan Yogyakarta sampai kepelosok dengan budget super duper minimalis.
7 tahun kemudian...
Ntah udah berapa kali berencana ke kota ini dari tahun-tahun sebelumnya. Mungkin karena hampir seluruh pelosok Yogyakarta pernah saya kunjungi sehingga ada saja alasan saya untuk mending pergi ke kota lain yang belum pernah saya datangi. Hanya saja, seperti yang kita ketahui kalau tiket pesawat domestik sekarang sangat mahal. Rasanya lebih baik kalau kita ke luar negeri saja dengan tiket seharga segitu daripada jalan-jalan di dalam negeri. Berhubung saya sudah agak lama tidak jalan-jalan karena Rancupid sempat krisis (alhamdulillah sudah berakhir krisisnya) dan kebetulan
tiket.com ada promo harga gledek, jadilah saya memantapkan hati untuk pergi ke Yogyakarta.
Karena memiliki banyak poin AirAsia hasil dari poin belanja dengan menggunakan kartu kredit, Alhamdulillah saya bisa naik pesawat dengan harga murah ke Yogyakarta. Penerbangan dari Jakarta ke Yogyakarta hanya satu jam. Setiba di bandara Adisutjipto, seperti biasa langsung diserbu dengan orang-orang yang menawarkan taksi. Saya sempat cek taksi online terlebih dahulu yang harganya kurang dari 30rban, sedangkan taksi bandara menawarkan harga 100rb😱😱😱. Yang benar saja? Saya sampai menawar taksi bandara dari 100rb ke 50rb pun mereka nggak mau. Akhirnya saya berjalan keluar bandara (mumpung bawa koper kecil jadi nggak berat), baru memesan taksi online (di dalam bandara nggak boleh memesan taksi online).
Saya menginap di
Hotel Jambuluwuk yang dekat dengan Malioboro (bisa jalan kaki). Setelah sampai di hotel, awalnya mau mandi dulu. Tapi keran showernya rusak. Bukan kamar saya saja yang rusak, kamar Efan juga rusak. Padahal Jambuluwuk adalah hotel bintang lima dan saya menyewa kamar Premiere, tapi keran malah rusak dan sofa ada bercak tumpahan air😑😑😑. Memang sih teknisi hotel langsung datang ketika saya laporkan kalau keran rusak, tapi memperbaiki keran saja sudah menghabiskan waktu. Nggak jadi mandi deh.
Baiklah, saya akan menceritakan beberapa tempat yang saya kunjungi selama di Yogyakarta. Mari di simak:
1. Malioboro dan Keraton Yogyakarta
Sepertinya kalau ke Jogja nggak sah kalau nggak ke Malioboro. Saya tinggal jalan kaki dari hotel kesini. Masih banyak pertokoan, ada pentas seni jalanan, dan juga angkringan. Karena sudah waktunya makan malam, kita memilih angkringan yang terlihat ramai untuk makan. Ada yang bilang kalau angkringan di Jogja harus kita cari yang ada daftar menunya kalau nggak mau diketok harga. Tadinya pengen makan bakmi Jogja yang pernah saya makan 7 tahun yang lalu. Udah jalan kesana-sini malah nggak ketemu angkringannya. Ya sudahlah, akhirnya saya dan Efan memilih angkringan yang menjual ayam penyet.
 |
Jajanan |
 |
Mau makan apa? |
Setelah makan, kita jalan menuju Keraton Jogja. Kata Nufus, kalau Keraton Jogja di malam hari nggak buka. Palingan kita cuma bisa jalan-jalan saja dan menikmati keramaian kota. Saya tidak masalah kalau hanya bisa menikmati Keraton Jogja dari luarnya saja. Malah lebih senang melihat keramaian di sekitar Malioboro sampai ke Keraton. Kangen juga dengan suasana Jogja di malam hari.
 |
KM 0 |
Kami berjalan menuju Keraton melewati Kilometer 0 Yogyakarta yang pada malam itu sedang mati lampu. Jangan tanya betapa ramainya suasana Malioboro, Keraton, dan Kilometer 0. Mungkin karena sedang malam minggu, jadi penduduk lokal pun keluar semua. Cuaca pun cerah dan tidak hujan (teringat dulu pas ke Jogja sedang hujan deras dan nggak seru kalau mau jalan kaki mengelilingi kota).
 |
Yuk naik! |
Karena sudah berjalan terlalu jauh dan udah keringetan, akhirnya saya memutuskan untuk pulang dengan naik becak. Kalau di Aceh, saya masih sering naik becak sama Mama kemana-mana. Berbeda dengan di Jakarta atau Depok, nggak pernah sama sekali naik becak. Karena jaraknya dekat dari Malioboro ke hotel, ongkos becak hanya Rp. 15,000 saja.
2. Candi Borobudur
Siapa yang tidak tau Candi yang pernah menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia ini? Ini kali kedua saya kesini. Dari Jambuluwuk hotel, saya menyewa mobil via
tiket.com (lagi promo juga) supaya bisa santai dan tidur di mobil karena jarak kota Magelang lumayan jauh dari hotel. Sewaktu bangun tidur, kita sudah tiba di parkiran candi. Tiket masuk seharga Rp. 40,000 dan parkir Rp. 10,000.
 |
Selamat datang |
 |
Salah satu stupa paling ikonik |
Saya sarankan untuk bawa air minum dan topi sebelum masuk candi karena cuaca panasnya minta ampunnnn......😖😖😖!!! Nggak ada tempat untuk berteduh juga kecuali di sela-sela batu-batu candi. Kalau mau ke Borobudur juga mending nggak usah di weekend karena pengunjungnya terlalu rame. Jadi susah kalau mau berfoto karena dimana-mana ada orang. Belum lagi waktu itu saya udah lama nggak pegang kamera jadi untuk mensetting kamera agar pencahayaannya benar itu lumayan memakan waktu juga. Keburu kebakar matahari😩.
 |
Buru-buru mengambil foto mumpung sepi |
Oh ya, seingat saya dulu ngos-ngosan banget ketika menaiki tangga candi. Sekarang kok kayaknya gampang banget. Apa karena sudah sering yoga jadi stamina bertambah? Padahal dulu masih muda tapi stamina lebih bagus sekarang. Bagus lah😆. Rutin olah raga itu ternyata penting banget lho!
3. Gereja Ayam
Mungkin saya salah satu korban film Ada Apa Dengan Cinta 2 yang ingin banget mengunjungi tempat ini. Berhubung 7 tahun yang lalu tempat ini belum terkenal. Jaraknya memang cuma 10 menit doang dari Candi Borobudur dan berada di puncak bukit Rhema yang katanya pemandangannya menakjubkan. Jadi sayang banget kalau sampai tidak mengunjungi tempat ini.
 |
Ayam apa burung? |
Tiket masuk ke gereja ayam Rp. 15,000 perorang. Karena gerejanya berada di bukit, jadi kami harus naik jeep untuk menelusuri tanjakan setinggi 500 meter. Ongkos naik jeep sekali jalan Rp. 5000 peorang. Kalau naik bukit mungkin ngos-ngosan, tapi turunnya malah enak jadi nggak usah sewa jeep lagi deh.
 |
Di dalam gereja |
Sebenarnya gereja ayam ini dibangun untuk tempat beribadah segala agama. Bisa dilihat disini banyak tempat-tempat beribadah misalnya untuk muslim ada sajadah, tempat wudhu, dan mukenah. Kalau untuk agama lainnya juga ada. Gereja ini juga sangat terawat, catnya tampak baru, dan bersih banget. Kata tukang bersih-bersih, sejak film AADC memang dilakukan renovasi besar-besaran agar pengunjung nyaman. Mungkin kalau kita lihat di film AADC, gereja ini masih gelap dan berdebu kan? Sekarang udah rapi dan berwarna-warni.
 |
Kepala ayam |
Kalian bisa menukarkan tiket masuk dengan makanan ringan di kantin. Lumayan bisa ngemil sambil menikmati pemandangan Bukit Rhema yang Masya Allah indahnya. Sekaligus bisa berfoto di setiap sudut kantin. Setelah puas berfoto, saya menuruni jalan menuju parkiran dengan curam. Harus hati-hati jalan disini kalau nggak mau terpeleset. Apalagi sudah mulai becek karena gerimis.
 |
Pemandangan di kantin |
Awalnya ingin langsung ke candi Prambanan. Tapi karena hujan derasss banget dan pengalihan jalan, jadilah sampai ke Candi Prambanan sudah lebih dari jam 5 sore dan tutup. Agak kecewa sih, tapi supir kita yang gaul banget mengalihkan tujuan ke Tebing Breksi. Untuk mengobati kekecewaan dan kebetulan saya belum pernah ke Tebing Breksi, mari kita kunjungi!
4. Tebing Breksi
Sebelum menjadi tempat wisata, Taman Tebing Breksi adalah tempat penambangan batuan alam. Kegiatan penambangan ini dilakukan oleh masyarakat sekitar dan bisa dilihat terdapat tempat-tempat pemotongan batuan hasil penambangan untuk dijadikan bahan dekorasi bangunan. Sejak tahun 2014, kegiatan penambangan di tempat ini ditutup oleh pemerintah. Penutupan ini berdasarkan hasil kajian yang menyatakan bahwa batuan yang ada di lokasi penambangan ini merupakan batuan yang berasal dari aktivitas vulkanis Gunung Api Purba Nglanggeran. Kemudian lokasi penambangan ditetapkan sebagai tempat yang dilindungi dan tidak diperkenankan untuk kegiatan penambangan.
Setelah penutupan aktivitas tambang tersebut, masyarakat mendekorasi lokasi bekas pertambangan ini menjadi tempat wisata yang layak untuk dikunjungi. Tepatnya pada bulan Mei 2015, Tebing Breksi ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai tempat wisata baru di Jogja. Wajar saja kalau 7 tahun yang lalu tempat ini belum ada, sehingga saya belum pernah kesini.
 |
Lampu-lampu dari tebing |
Sebenarnya kalau untuk berfoto yang instagramable sih, Tebing Breksi bisa menjadi salah satu pilihan. Berhubung saya nggak begitu suka foto-foto cute untuk dimasukkan ke Instagram, jadi saya nggak mengambil banyak foto. Agak bingung juga mau berfoto seperti apa🤔. Tiba-tiba ada beberapa pemandu wisata datang menghampiri saya dan menawarkan jasa foto. Berbeda dengan cetak foto langsung jadi yang biasa ada di tempat wisata, mereka adalah anak-anak muda yang udah mengerti angle bagus di Tebing Breksi yang keren untuk diunggah ke Instagram. Mereka membawa tripod juga dan saya menyuruh mereka pakai kamera saya aja. Foto malam hari memang lebih baik pakai tripod sedangkan saya nggak punya.
 |
Angle-nya keren ya |
Sesi foto dimulai lebih dari sejam. Berhubung saya juga sebenarnya sudah capek, muka juga kayaknya udah amburadul, saya nggak yakin kalau foto-foto disini bakalan bagus. Belum lagi beberapa gaya foto membuat saya dan Efan ketawa dulu baru bisa difoto. Ternyata oh ternyata, hampir semua fotonya baguuuus😍. Seru juga memakai jasa fotografer seperti ini karena mereka tau banget spot foto di setiap sudut tebing breksi. Selesai sesi foto, saya masih tetap bertanya biasanya mereka dibayar berapa? Mereka tetap menjawab seikhlasnya. Kata-kata ikhlas ini ambigu. Kalau dikasih Rp. 5000 nanti ngambek😄. Akhirnya saya kasih deh Rp. 50,000.
5. Candi Prambanan
Tempat ini kurang lebih masih sama dengan yang saya kunjungi 7 tahun yang lalu. Tiket masuk seharga Rp. 40,000. Untung saja dulu saya mengunjungi candi-candi ini dulu baru ke Siem Reap di Kamboja yang memiliki candi agak mirip dengan penuh cerita kebudayaan Hindu-Buddha. Negara-negara Asia Tenggara memang terkenal sekali dengan candi dan saya sarankan kalian untuk mengunjungi semua candi di negara-negara Indo-China agar bisa menelusuri sejarahnya.
 |
Foto begini tuh capek banget loh! Ntah berapa kali retake😪. |
 |
Gaya dulu |
Disini saya hanya berfoto saja dan menceritakan sedikit sejarah kepada Nufus, sepupu saya. Oh ya, kalau kalian sudah puas mengambil foto di candi, mungkin bisa main ke Taman Rusa atau tempat bermain lainnya (7 tahun yang lalu belum ada) yang berada di komplek candi.
6. Candi Ratu Boko
Dulu saya sudah khatam berkeliling candi yang super duper luas ini. Sekarang jadi malas karena harus menaiki banyak tangga dan saya sudah capek mengambil foto lompat di candi Prambanan tadi. Saya sudah menyuruh Efan dan Nufus untuk berkeliling candi, sedangkan saya mau menunggu matahari terbenam. Eh mereka jadi malas juga. Mungkin karena saya nggak ikut.
Awalnya saya mau menemani mereka berkeliling, tapi memang kita sudah terlalu sore berada di candi ini. Maklumlah, keluar dari hotel juga udah jam 12 siang, sampai ke kosan Nufus sejam kemudian, baru jalan ke candi Prambanan. Waktu saat itu terasa begitu cepat berlalu, eh udah mau tenggelam aja mataharinya.
 |
Sunset |
Sebenarnya candi Ratu Boko adalah tempat terindah untuk mengambil foto sunset. Tapi jangan terlalu berharap, apalagi ribuan manusia juga berebutan untuk mengabadikan foto matahari tenggelam. Alhasil, susah banget mendapat foto dimana sedang sepi. Teringat sewaktu di Jepang dulu, khusus untuk spot foto bagus orang-orang akan langsung berbaris mengantri. Tapi agak tidak mungkin mengingat waktu matahari tenggelam sangat singkat.
 |
Siluet |
Baiklah, setelah ini saya akan memposting tempat wisata yang saya kunjungi di Bantul. Sampai jumpa!