September 25, 2019

Danau 3 Warna Kelimutu

Semalam, kami baru tidur pukul 12 dan harus bangun lagi 3.5 jam kemudian. Jangan tanya betapa ngantuknya, pusingnya, dan linglungnya😵. Kaget dengan suara alarm yang sangat berisik, saya bangun, sikat gigi, lalu bersiap untuk melanjutkan perjalanan menanti matahari terbit di Puncak Gunung Kelimutu yang berlokasi di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Flores, NTT. Ketika itu, suasana diluar hujan deras, dan saya berpikir sepertinya tidak akan mendapatkan matahari. Walaupun demikian, kami tetap melanjutkan perjalanan.

Jarak tempuh dari penginapan ke pintu masuk Taman Nasional Kelimutu hanya sekitar 20 menit. Setelah membayar Rp. 7,000 perorang, mobil lalu parkir. Kami turun dari mobil disambut dengan hujan lumayan deras dan kabut super duper tebal. Bayangkan suasana hutan rindang, dengan kabut tebal seperti asap, dan hujan. Ntah kenapa waktu itu tidak terpikir sama sekali untuk takut ketemu hantu. Malah perasaan senang yang meluap-luap.
Selamat Datang
Kita semua bersiap dan berdoa (harus selalu berdoa ketika melakukan perjalanan di alam) sebelum mendaki, lalu saya mengeluarkan lampu emergency untuk menerangi jalan. Saking terangnya lampu, lumayan bisa membantu menerobos kabut yang tebal. Jangan tanya ada apa di kiri dan kanan karena tidak terlihat apa pun. Kita hanya terus berjalan tanpa berhenti. Alhamdulillah kami tidak merasa lelah, hanya udara dingin saja yang sangat menusuk ditambah hujan. 
Embun
Sarang laba-laba sampai beku
Sekitar pukul 5.30, suasana mulai sedikit terang. Saya bisa sedikit bisa melihat betapa tebal dan pekatnya kabut. Kami seperti sedang berjalan membelah asap ntah kemana. Alhamdulillah kita masih berada dalam lindungan Allah subhanahu wata'ala sehingga nggak salah jalan. Sebenarnya kiri kanan jalan yang ditutupi pavling block adalah jurang menuju ke danau. Kalau sudah berkabut setebal itu, kita harus lebih berhati-hati untuk melihat keadaan, jangan sampai terperosok ke jurang.
Kabut sangat tebal
Tiba di puncak
Sekitar 20 menit pendakian, akhirnya kami tiba di Puncak Gunung Kelimutu. Anginnya berhembus sangaaaat kencang dan kita berlima hampir beku kedinginan🥶. Tidak terlihat apa pun di sekitar karena kabut. Baru sadar kalau di puncak gunung ini banyak sekali turis mancanegara. Malah sepertinya warga lokal hanya kita saja dan beberapa pedagang cemilan. Danau Kelimutu memang sangat terkenal di dunia, alhamdulillah punya kesempatan untuk bisa mengunjunginya.
Berlindung dari angin dibawah terpal
Sudah pukul 7 pagi, tidak ada tanda-tanda matahari bersinar. Kita sudah sarapan, jalan mondar-mandir untuk menghalau rasa dingin, dan bersembunyi dibalik terpal biru untuk menghindari angin, tapi belum juga terlihat sinar matahari. Saya berpikir, kalau begini bisa-bisa kita rugi waktu. Saya mengajak teman-teman untuk balik dulu ke penginapan, mandi, check out, lalu kembali lagi kesini. Insya Allah di siang hari langit sudah cerah. Daripada menunggu disini tanpa hasil. Untung teman saya pada pengertian semua, jadi kita setuju untuk pulang ke penginapan baru nanti balik lagi.
Jalan pulang
Sebelum mandi dan check out, saya dan teman-teman sarapan terlebih dahulu di Resto penginapan sambil membersihkan kamera dan kacamata yang sudah basah karena hujan. Pemilik penginapan bilang kalau sekitar jam 10 juga sudah cerah langitnya sehingga kita bisa menikmati pemandangan 360 derajat dari puncak Gunung Kelimutu tanpa awan dan langit biru terang. Berhubung penerbangan kita dari Ende menuju Labuan Bajo hari itu pukul 16:50, jadi kita harus memperhitungkan waktu yang pas agar tidak telat ke Bandara karena dari Taman Nasional Kelimutu ke Bandara Hasan Aroeboesman memakan waktu satu jam.
Menunggu sarapan
Saya dan teman-teman harus mandi bergantian. Selagi menunggu, saya bahkan sempat bekerja sejenak untuk memanfaatkan waktu daripada bengong di kamar. Tepat pukul 11 siang, kami check out dan kembali ke Taman Nasional Kelimutu. Kami tidak usah membayar tiket masuk lagi, tinggal menunjukkan tiket yang dibeli tadi pagi saja. Kita berlima kemudian bersiap mendaki gunung (lagi). Kali ini kami tidak memakai jaket terlalu tebal karena sinar matahari bersinar sangat terik, takut kepanasan ketika mendaki.
Pahatan
Perjalanan mendaki
Spot indah untuk berfoto
Nama Kelimutu sendiri berasal dari gabungan kata “Keli” yang berarti gunung dan “Mutu” yang berarti mendidih. Gunung Kelimutu memiliki ketinggian 1.639 mdpl atau 5.377 kaki. Tidak heran kalau pagi cuaca disini sangat dingin🥶. Tapi kayaknya seluruh tempat di Flores yang saya datangi dingin semua, kecuali Labuan Bajo.. Gunung Kelimutu ini mempunyai keindahan yang berbeda dari gunung-gunung yang berada di Indonesia karena memiliki Tiga Danau yang terbentuk dari letusan Gunung beberapa tahun silam, dengan warnanya yang dapat berubah. Saya yakin kalian pernah melihat lukisan Danau 3 Warna di uang kertas Rp. 5,000 beberapa tahun silam. 
Salah satu Danau
Danau atau Tiwu Kelimutu di bagi atas tiga bagian yang sesuai dengan warna-warna danau. Danau berwarna biru atau "Tiwu Nuwa Muri Koo Fai" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah atau "Tiwu Ata Polo" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan/tenung. Sedangkan danau berwarna putih atau "Tiwu Ata Mbupu" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal. Para penduduk di sekitar Danau Kelimutu percaya, bahwa pada saat danau berubah warna, mereka harus memberikan sesajen bagi arwah orang-orang yang telah meninggal.
Tempat acara adat
Ntah karena berpacu dengan waktu, ataupun karena sudah biasa mendaki gunung dari hari pertama ke Flores, kami bisa sampai ke kawah 2 dan 3 hanya dalam waktu 15 menit. Sungguh, melihat danau super besar dengan 3 warna adalah hal yang paling menakjubkan, Masya Allah! Indah sekali🤩🤩🤩. Bayangkan perpaduan langit biru cerah dengan warna danau yang terang menambah keindahan tempat ini.
Masya Allah
Diambil dari angle lain
Danau Kelimutu memiliki luas kurang lebih 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik, ketinggian dinding kawah antara 100 hingga 200 meter. Dinding Danau Gunung Kelimutu tergolong terjal dan curam karena memiliki kemiringan 60 sampai 70 derajat. Hati-hati kalau mau berfoto disini karena kalian bisa terperosok. Lebih baik menggunakan sepatu dengan alas yang menggigit biar langkahnya pakem. Sewaktu saya disana, banyak banget orang Flores yang mengambil foto dengan gaya-gaya ekstrim diluar pagar pembatas kawah. Saya tidak menyarankan kalian melakukan hal serupa demi keselamatan.
Danau satu lagi
Pada saat saya mengunjungi tempat ini, Danau Kelimutu sedang berwarna hijau tua, biru muda, dan biru langit. Perbedaan warna danau terjadi akibat perubahan molekul atau gas seperti ferum, natrium oksida dan lain-lain sehingga berwarna. Mana warna yang dominan itulah yang mencolok dari warna danau tersebut. Meski demikian, belum bisa dipastikan lagi penyebab utama perubahan warna karena penelitian masih terus berlanjut untuk mengetahui dan memastikan penyebab perubahan warna. Dikatakan juga kalau perubahan warna yang terjadi di Danau Kelimutu bisa dalam hitungan hari bahkan jam karena terkadang pada pagi hari warnanya hijau namun sore harinya sudah berubah warna lagi.
Wide Angle 
Tim Rancupid Travel
Ntah udah puluhan pose dan gaya untuk berfoto di Danau 3 Warna yang sungguh sangat indah ini. Rasanya tidak sia-sia meskipun kita harus kembali dua kali. Bayangkan kalau tadi pagi kita pulang ke penginapan dan lanjut ke bandara Ende, pasti sangat menyesal karena kapan lagi bisa kesini? 

Sekitar jam 2 siang, kami memutuskan turun gunung dan melanjutkan perjalanan ke Bandara. Sudah cukup puas menikmati keindahan ciptaan Yang Maha Kuasa. Semoga suatu hari bisa kembali kesini, aminnn🤲.

Selanjutnya saya akan memposting beberapa cerita di Labuan Bajo. Stay tuned!

Sumber:

0 comments:

Follow me

My Trip