September 28, 2019

Sailing Komodo Part 1 : Pulau Kelor

Hari ini saya dan tim Rancupid Travel akan memulai pengalaman seru yaitu berlayar ke pulau-pulau di sekitar Labuan Bajo, Flores. Sebenarnya hal ini adalah impian saya sejak masih bekerja di Metrodata dulu, tapi baru kesampaian sekarang. Nggak apa-apa, semua akan indah pada waktunya.

Karena kita sewa 1 kapal khusus untuk berlima saja, jadi kita nggak pakai kapal yang sejenis Phinisi karena kalau terlalu sedikit orang nanti jadi terlalu mahal. Awak kapal juga bilang kalau sewa kapal besar, mereka maunya kalau ramai minimal 20 orang. Walaupun kita sewa kapal ukuran sedang, tapi fasilitas di dalam kamarnya enak banget, ada AC juga. Belum lagi ranjang double bed kita pakai untuk satu orang biar luas. Cewek-cewek memilih kamar dibawah, sedangkan cowok-cowok di atas.
Kapal Phinisi dari jauh
Dari dekat
Kapal pun berlayar dan kami semua sangat antusias🤩🤩🤩. Bayangkan, udah 5 hari jalan darat berkelok-kelok, sekarang waktunya menjadi seorang pelaut🚢. Kita jadi bisa melihat kapal-kapal Phinisi yang diparkir agak jauh dari pelabuhan karena kapal sejenis itu dibuat dengan biaya mahal dan kayu berkualitas. Kalau parkir dempet-dempet di pelabuhan, nanti bisa lecet terkena kapal lain ketika digoyang ombak. Ini baru permulaan saja kita sangat antusias dan masih bersemangat. Tunggu sampai kita semua terserang mabok laut, hahaha😂.
Mas guide
Labuan Bajo ke Pulau Kelor
Sebagai kata sambutan, guide kami memberikan sedikit briefing kemana saja kita akan pergi, bakalan melihat apa saja, dan berenang dimana saja. Mas guide bisa menerangkan dengan jelas tempat-tempatnya sehingga untuk orang yang belum pernah Sailing Komodo sama sekali seperti kita jadi paham. Jadwal hari ini lumayan padat, dimulai hiking ke Pulau Kelor, berenang dan snorkeling di Manjarite, ke Pulau Rinca untuk mencari Komodo, menikmati pemandangan matahari terbenam di Pulau Kalong, dan bermalam di Pulau Padar. Jarak tempuh dari Labuan Bajo ke Pulau Kelor kira-kira 45 menit menggunakan kapal. Untuk mencegah mabok laut, saya dan teman-teman kompak untuk minum Antimo. 
Gaya dulu
Menghabiskan waktu foto seribu gaya
Untuk orang Jakarta yang sudah terbiasa dengan macet, waktu tempuh 45 menit sudah dianggap cepat. Kita menghabiskan waktu dengan naik ke deck untuk berfoto dengan seribu gaya. Pemandangan pulau-pulau dengan gunung-gunung berwarna coklat, langit cerah, laut biru, benar-benar perpaduan ciptaan Allah subhanahu wata'la yang sempura. Sungguh indah, sungguh menakjubkan🤩🤩🤩. Rasanya penat dan stres yang dibawa dari Jakarta hilang seketika.

Karena terlalu asyik berfoto, tanpa terasa kami sudah tiba di destinasi pertama yaitu Pulau Kelor. Berhubung sudah banyak kapal yang terlebih dahulu berlabuh di tepi pantai, mau tidak mau kami harus turun dengan jarak sekitar 10 meter dari bibir pantai. Agar tidak basah, Mas guide memesankan kapal kecil untuk mengantarkan kami ke pantai. Duh, jadi terasa anak manja yang nggak mau kena air laut😅. Walaupun demikian, kita tetap menikmati perjalanan singkat sampai ke pantai.
Naik speed boat
Berlabuh
Pulau Kelor terkenal dengan spot foto diatas bukit yang bisa menjangkau pemandangan sampai ke pulau-pulau sekitarnya. Untuk melihat pemandangan indah itu, kita harus mendaki bukit sangat terjal dan berbatu yang lumayan seram😖. Saya memperhatikan medan dengan seksama, berdoa, dan pendakian pun dimulai. Syarat utama kalau mau mendaki dengan medan berbatu dan terjal adalah sepatu yang mengigit agar kalian tidak terperosok. Awal-awal sih jalan setapaknya masih agak landai. Semakin ke atas semakin curam dan saya sempat gemetaran juga melihat ke bawah yang sudah sangat tinggi😖. Mas Guide dengan sigap menjaga kita untuk mendaki walaupun dia hanya pakai sendal jepit😅. Udah biasa kali ya. Untuk yang takut ketinggian, mending nggak usah menoleh ketika mendaki. Terus aja mendaki sampai ke tempat agak landai baru menoleh.
Pemandangan Masya Allah indahnya
Tim Rancupid Travel
Sampai ke atas dan di tempat yang agak landai, saya baru berani menoleh ke belakang dan melihat pemandangan yang Masya Allah indahnya😍😍😍. Kalian bisa melihat laut dengan gradasi warna dari bibir pantai sampai ke tengah, ditambah dengan kapal-kapal yang sedang berlayar. Belum lagi hamparan gunung berbaris panjang membentang di pulau-pulau sekitar. Indah sekaliiiii. Saya bahkan tidak tau lagi harus mendeskripsikan bagaimana, mendingan langsung datang sendiri kesini untuk membuktikannya.
Medan terjal dan berbatu
Setelah puas berfoto, masalah selanjutnya adalah berjalan menuruni bukit yang curam sekali. Saya nggak berani jauh-jauh dari Mas guide karena dia bisa memegangi saya ketika sedikit terperosok. Sebaiknya jalan sambil berjongkok agar mengurangi resiko terperosok pasir di jalan. Perjalanan menurun jauh lebih sulit daripada mendaki, apalagi harus melihat pemandangan dari ketinggian yang bikin gemetaran.
Bahagia
Alhamdulillah kita tiba di bawah dengan selamat. Rasanya capek banget dan keringat bercucuran. Selama perjalanan di Flores, baru kali ini kami keringetan. Biasanya kedinginan terus. Kita sampai meminum aqua langsung habis seraya duduk beristirahat di bawah pohon. Tanpa sengaja malah ketemu guide di Wae Rebo dan kita sempat mengobrol sebentar. Kebetulan sekali, beliau juga sedang membawa tamu. Oh ya, untuk yang mau membeli souvenir bisa juga di Pulau ini karena banyak sekali pedagang yang menjajakan barang dagangannya.
Pedagang souvenir
Setelah beristirahat, Mas guide memanggil kapal untuk menepi ke bibir pantai. Kali ini kita nggak naik kapal kecil lagi (speed boat) karena kapal yang berlabuh sudah agak sepi. Walaupun demikian, kapal kita nggak bisa terlalu mepet ke tepi pantai. Mau nggak mau harus buka sepatu dan masuk ke laut untuk naik ke kapal. Teman-teman sih bisa naikin celana, saya mana mungkin😅.

Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Manjarite untuk snorkeling. Nanti saya posting lagi ya. Sampai jumpa!

0 comments:

Follow me

My Trip