September 04, 2019

Tempat Wisata di Bajawa

Di postingan kali ini saya akan bercerita tentang beberapa tempat wisata di kota dingin, Bajawa, Flores, Nusa Tenggara Timur. Kenapa saya bilang dingin? Karena emang dinginnnnn banget🥶, udah seperti di luar negeri. Suhu udara bisa berkisar antara 10-15 derajat dan bakalan sangat dingin kalau di malam hari.

1. Bukit Wolobobo
Wolobobo merupakan sebuah bukit yang berada di kawasan hutan lindung Wolobobo dengan ketinggian 1,500 m diatas permukaan laut. Tempat yang berlokasi di Desa Turekisa, Kabupaten Ngada, merupakan rekomendasi bapak supir karena katanya kita bisa melihat pemandangan gunung Inerie dan kota Bajawa dari atas bukit.
Selamat Datang
Menurut yang saya baca, dulunya bukit Wolobobo ini aksesnya agak susah. Untungnya sekarang pemerintah setempat sudah membangun jalan bagus yang memudahkan kita untuk berwisata ke tempat ini. Oh ya, ada kantor Telkom juga di bukit ini dan ada tiang BTS yang membuat kita gampang mengakses internet (penting banget ini). Yang agak sedikit menyeramkan adalah suasana super dingin dan kabut sangat tebal membuat tiang BTS terlihat samar-samar. Bayangkan betapa tebalnya kabut hari itu dan kita datang pada saat yang salah.
Tiket masuk
Tiket masuk ke Wolobobo adalah Rp. 5,000. Kami kemudian menyusuri jalan untuk menuju puncak yang memiliki pemandangan yang (seharusnya) spektakuler. Sayangnya, seperti yang saya katakan tadi, kita datang di saat yang salah. Kabut membuat kita sama sekali tidak bisa melihat apa pun. Ya sudah deh, kesini cuma bermain ala-ala Silent Hill dan berfoto saja. Kita tidak lama disini karena nggak tau mau ngapain lagi.
Silent Hill
Foto dulu
2. Desa Adat Bena (Kampung Bena)
Perjalanan dari bukit Wolobobo ke Desa Adat Bena memakan waktu kurang dari satu jam. Sebelum masuk kampung, kalian akan melihat banyak pohon bambu yang batangnya super besar. Setelah membayar tiket masuk Rp. 20,000 perorang, kami disambut warga dengan kata sambutan, "Selamat datang di kampung Bena!" seraya mengalungkan kain tenun khas Bena. Ntah kenapa saya selalu 'ngakak 😆 mengingat-ingat logat mereka ketika mengatakan, "Selamat Datang di Kampung Bena." Logat khas orang Timur.
Pohon Bambu
Kampung Bena
Memakai kain tenun
Kampung Bena adalah salah satu perkampungan megalitikum yang terletak di kaki Gunung Inerie, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Lokasi tepatnya di Desa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere, sekitar 19 km selatan Bajawa. Keberadaan kampung ini yang berada di kaki gunung merupakan ciri khas masyarakat lama yang masih menyembah gunung sebagai tempat para dewa. Menurut penduduk kampung ini, mereka meyakini keberadaan Yeta, dewa yang bersinggasana di gunung Inerie yang melindungi kampung mereka.
Suasana kampung
Saya masih merasa kedinginan ketika memasuki kampung. Maklum, kampung ini berada di ketinggian 2.245 meter di atas permukaan laut. Orang desa menemani kami keliling kampung seraya bercerita tentang asal-muasal kampung ini. Mereka juga bisa berbahasa Inggris lho. Tampaknya pemerintah setempat serius menggarap pariwisata di Bajawa ini, sehingga penduduk lokal pun diajari berbahasa Inggris.
Dari ujung kampung
Saat ini berdiri kurang lebih 40 buah rumah yang saling mengelilingi yang memanjang, dari utara ke selatan. Pintu masuk kampung hanya dari utara. Sementara ujung lainnya di bagian selatan sudah merupakan puncak sekaligus tepi tebing terjal. Ditengah-tengah kampung atau lapangan terdapat beberapa bangunan yang mereka menyebutnya bhaga dan ngadhu. Bangunan bhaga bentuknya mirip pondok kecil (tanpa penghuni). Sementara ngadhu berupa bangunan bertiang tunggal dan beratap serat ijuk hingga bentuknya mirip pondok peneduh. Tiang ngadhu biasa dari jenis kayu khusus dan keras karena sekaligus berfungsi sebagai tiang gantungan hewan yang akan di korbankan ketika pesta adat.
Duduk di depan rumah
Bersama anak-anak kampung adat
Oh ya, karena efek vertigo semalem, saya jadi diare dan momennya sangat tidak pas ketika perut mules di desa. Saya sempat menebeng toilet tapi kondisinya errr🤢🤢. Ya karena darurat dan perut saya sakit banget, jadi mau nggak mau ke toilet juga. Untung setelah ini kami makan di salah satu resto mewah di Bajawa, sehingga saya bisa bersih-bersih kembali.

3. Air Panas Malanage
Tidak banyak orang Indonesia mengetahui sungai air hangat bernama Malanage, yang berlokasi di Desa Dariwali, Kecamatan Jerebu’u, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Pamor wisata air di sini memang belum terlalu naik daun di lingkup pariwisata Kota Bajawa itu. Tentu juga belum sepopuler Kampung Adat Bena. Bapak supir yang menyarankan untuk singgah di tempat ini karena beliau orang lokal sehingga lebih tau.
Air sungai hangat dan dingin
Teman-teman udah mulai main
Tiket masuk Air Panas Malanage adalah Rp. 12,000 perorang. Keunggulan dari obyek wisata ini adalah terdapat pertemuan dua sumber air dengan suhu yang berbeda. Air panas Malanage bercampur dengan air dingin yang bersumber dari mata air Waeroa menjadikan suhu air ini tidak terlalu panas sehingga kita dapat menikmati 3 pilihan suhu air. Kalau mau berendam air panas, tinggal ke daerah air yang panas, dan sebaliknya. Sumber mata air ini juga baik untuk mengobati penyakit kulit karena kaya akan belerang. Semua teman saya masuk ke sungai kecuali saya. Mereka kan enak bisa pakai celana pendek sehingga bagian kaki yang basah tinggal di lap saja dengan handuk atau tisu. Kalau saya mana mungkin😅. Seandainya saya harus nyebur berarti dalam kondisi baju lengkap. Males banget!
Mulai berendam
Main air
Lingkungan di sekitar air panas Malanage masih sangat terjaga. Suasana alam yang mempesona serta potensi agrowisata membuat kita ingin lebih lama menikmati obyek wisata ini. Kami sekalian membeli buah coklat seharga Rp. 5000 perbuah dan baru kali itu saya memakan coklat langsung dari buahnya.
Buah coklat
Baiklah, selanjutnya perjalanan dilanjutkan ke Ende, kota dimana Danau Tiga Warna "Kelimutu" berada. Sampai jumpa!

Sumber:

0 comments:

Follow me

My Trip